Jumat, 29 Oktober 2010

Sabtu,30 Oktober 2010 (Inspirasi Hari Ini)- Menggunakan Pikiran Kreatif

Musim panas. Tidak ada hujan di seluruh daerah. Sungai-sungai dan sumber-sumber air kering. Akibatnya, burung-burung dan binatang-binatang lain kehausan.

Seekor burung gagak terbang kian ke mari mencari air, tetapi sia-sia. Akhirnya, ia terbang ke kota. Burung gagak itu mengintai di dalam sebuah rumah. Ia melihat di atas meja ada sebuah tempayan besar berisi air.

Burung gagak itu sangat beruntung. Langsung saja ia terbang menerobos rumah itu menuju tempayan itu. Sayang, hanya ada sedikit air di dalam tempayan itu. Tambahan lagi paruhnya tidak dapat mencapai air, meskipun ia telah berusaha dengan keras.
Burung gagak itu melihat ke sekeliling untuk mencari jalan keluar. Beberapa batu kecil yang berserak di tanah dekat tempat itu memberinya gagasan. Dia terbang memungut batu-batu kecil itu dan memasukkannya satu per satu ke dalam buyung itu. Pekerjaan itu lama. Namun lama-kelamaan batu-batu kecil itu menaikkan permukaan air di dalam tempayan itu. Ketika air sudah mencapai mulut tempayan itu, maka burung gagak itu dapat memuaskan dahaganya.

Di saat orang merasa terdesak, biasanya pikiran-pikiran kreatif muncul. Orang-orang yang berasal dari daerah minus biasanya memiliki daya juang yang tinggi. Mereka tidak peduli pekerjaan yang dijalani. Yang penting pekerjaan itu halal dan dapat membantu mereka akan mengerjakannya dengan sukacita. Mereka tidak malu. Mereka tidak mengandalkan gengsi. Yang penting mereka dapat menemukan penghidupan yang layak.

Kisah burung gagak tadi menjadi inspirasi bagi hidup manusia. Burung gagak itu berusaha tak mengenal lelah untuk memenuhi dahaganya. Banyak waktu yang terbuang untuk melaksakan pikiran kreatifnya. Namun dengan cara itu ia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang sangat penting, yaitu air.

Dalam pengajaranNya, Yesus mengatakan bahwa orang mesti tulus seperti merpati tetapi licik seperti ular. Artinya, orang mesti kreatif dalam menempuh hidup ini. Kreativitas akan memampukan manusia mengatasi persoalan-persoalan hidup. Untuk itu, orang tidak boleh menyerah pada situasi yang dihadapi. Orang mesti berusaha mencari jalan keluar untuk mengatasi persoalan-persoalan hidupnya.

Kebutuhan hidup manusia di jaman sekarang ini semakin banyak. Kebutuhan itu menuntut manusia untuk berani bertaruh dalam memenuhi kebutuhan hidup itu. Sebagai orang beriman, kita diajak untuk menggunakan pikiran-pikiran kreatif kita dalam mengatasi berbagai persoalan hidup. Hanya dengan usaha tanpa mengenal lelah, kita akan meraih apa yang kita butuhkan untuk hidup kita. **


sumber:Frans de Sales, SCJ

Kamis, 28 Oktober 2010

Kamis,28 Oktober 2010 (Inspirasi Hari Ini)-Waspada Terhadap Godaan

Pada suatu waktu ekor seekor serigala terperangkap pada sebuah jerat. Ia berusaha melepaskan diri, tetapi tidak berhasil. Ia berteriak minta tolong sampai parau suaranya, tetapi tak ada seekor binatang pun yang datang menolongnya. Akhirnya dalam keputusasaan, daripada para pemburu menangkapnya ia memutuskan untuk meninggalkan ekornya. Ia kemudian kembali ke sarangnya tanpa ekor. Dalam perjalanan ia melewati sebuah sungai. Ia berhenti untuk melihat dirinya di dalam air yang jernih. Dia terkejut dengan dirinya yang begitu jelek.

“Oh, apa nanti kata binatang-binatang lain?” gumamnya dalam hati. “Mereka tentu akan mengejekku.”
Akan tetapi bagaimanapun karena tidak ada jalan lain, serigala itu memutuskan untuk tetap pulang. Ketika bertemu dengan teman-temannya dia dengan sombong bertanya, “Apakah kalian suka dengan keadaanku sekarang? Aku memutuskan untuk meninggalkan ekorku karena selama bertahun-tahun membawanya ternyata menjadi suatu beban. Sekarang aku dapat berjalan lebih bebas. Mengapa kalian tidak mencobanya? Apakah kalian tidak sadar akan kekurangan pada diri kalian?”
Serigala-serigala muda tertarik dengan gagasan itu. Mereka kemudian berpikir untuk mengikuti gagasan itu. Akan tetapi seekor serigala tua yang biasanya diam mendengarkan kini angkat bicara. Dia berkata, “Rekan-rekanku, sebelum kita melakukan rencana itu tunjukkanlah apakah mungkin kita memasang ekor-ekor itu apabila kita ingin mempunyai ekor lagi.”

Tentu serigala itu tidak dapat menjawabnya. Serigala-serigala muda itu akhirnya menyadari bahwa mereka ditipu. Mereka kemudian pergi sambil menertawakan si serigala tanpa ekor itu.

Banyak godaan yang kita hadapi dalam dunia ini. Godaan-godaan itu sering memukau mata manusia. Orang yang tidak tahan terhadap godaan akan segera menanggapi godaan-godaan itu. Padahal godaan-godaan sering mengakibatkan manusia jatuh ke dalam dosa. Kisah di atas menunjukkan suatu godaan yang begitu menarik perhatian. Kalau saja serigala-serigala muda itu tergiur oleh godaan itu, mereka akan menyesal di kemudian hari. Mereka akan kehilangan ekor yang merupakan bagian yang sangat berharga dalam hidup mereka.

Untuk itu, orang mesti berlatih terus-menerus untuk menangkal godaan-godaan. Orang mesti bijaksana dalam menghadapi setiap godaan, sekecil apa pun godaan itu. Sering orang jatuh ke dalam dosa, karena godaan yang kecil. Awalnya dirasa tidak apa-apa. Kalau kesadaran datang terlambat, akibatnya akan fatal bagi hidup. Lama-kelamaan orang akan merasa kebal terhadap dosa-dosa yang dibuatnya.

Karena itu, sebagai orang beriman, kita mesti berpikir sebaik mungkin sebelum mengambil suatu tindakan yang sangat berpengaruh bagi hidup. Kita tidak boleh tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Keputusan yang kita ambil itu memiliki dampak bagi hidup kita dan banyak orang.

Untuk itu, kita mesti ikut sertakan Tuhan dalam mengambil setiap keputusan untuk hidup kita dan hidup sesama kita. Mari kita belajar untuk senantiasa tidak mudah tergoda oleh berbagai tawaran yang menggiurkan. **



sumber:Frans de Sales, SCJ

Rabu, 27 Oktober 2010

Rabu,27 Oktober 2010 (Inspirasi Hari Ini)- Menabur Kebaikan Dalam Hidup


Di suatu perkampungan puncak gunung Pegunungan Bintang, hiduplah sekelompok orang yang masih murni. Mereka belum mengenal kemajuan modern. Mereka masih mengandalkan hasil alam. Mereka percaya bahwa alam dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.
Suatu hari datanglah seorang dari negeri maju. Melihat kondisi masyarakat di perkampungan itu, ia merasa prihatin. Lantas timbul keinginannya untuk memajukan masyarakat di perkampungan itu. Ia mulai memperkenalkan bibit-bibit pertanian. Yang paling menarik adalah bibit yang terbungkus dalam plastik putih, yaitu ‘bibit angin’.

Menurut orang itu, kalau bibit angin itu ditabur, akan tumbuh mata angin yang menyemburkan angin segar. Hasilnya, udara akan makin segar dan menyehatkan. Puluhan bahkan ratusan bungkus bibit angin ludes. Bahkan masyarakat di kampung itu rela mengeluarkan kekayaan mereka untuk membeli bibit angin.
Selang beberapa hari, udara pegunungan mulai terasa sejuk, karena bibit angin mulai tumbuh. Angin mulai bertiup dari bibit kecil itu kian ke mari sampai pegunungan lain. Bulan berganti bulan. Tumbuhan itu semakin besar. Lobang untuk keluar angin pun semakin besar. Akibatnya, bukan lagi angin yang keluar. Yang keluar adalah badai angin yang tak terkendali. Masyarakat pun mulai ketakutan. Angin yang ditabur, ternyata badai yang dituai.

Seringkali manusia tidak bisa mengendalikan diri. Sudah memiliki barang-barang kebutuhan hidup yang sudah melimpah, tetapi masih juga ingin memiliki barang-barang itu. Mengapa Komisi Pemberantasan Korupsi mesti dibentuk oleh DPR? Jawabannya, karena manusia tidak bisa mengendalikan diri. Korupsi yang terjadi itu merupakan akibat dari kurangnya manusia mengendalikan dirinya. Manusia tidak bisa membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Yang diinginkan itu belum tentu sudah menjadi kebutuhan hidup.

Karena itu, dalam hal ini orang mesti sungguh-sungguh memperhatikan kebutuhan hidupnya. Keinginan manusia itu mesti diatur dan dikendalikan. Tujuannya agar manusia tidak dikuasai oleh keinginan itu. Orang yang berhasil menguasai keinginannya akan menikmati hidup ini dengan damai dan tenteram. Orang tidak dikejar-kejar oleh keinginan dirinya.

Sebagai orang beriman, kita ingin agar hidup kita senantiasa berada di bawah kontrol diri kita. Untuk itu, kita perlu bertanya diri, apa yang sesungguhnya kita butuhkan dalam hidup ini? Mengapa sesuatu itu ingin kita miliki?

Kalau kita berani bertanya diri tentang kebutuhan hidup kita, saya yakin kita akan lebih kritis dalam menentukan kebutuhan-kebutuhan hidup kita. Kita akan menjadi orang-orang yang mampu mengendalikan diri kita terhadap setiap bentuk godaan. Mari kita berusaha terus-menerus menaburkan benih kebaikan dalam diri kita. Dengan demikian, kita tidak menuai badai yang menghancurkan diri kita sendiri. **


sumber:
Frans de Sales, SCJ

Sekaligus saya ingin mengajak anda untuk berdoa kesucian para imam dengan klik link berikut:http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest&note_id=133850396634690

salam hangat,

A.M.Adi Normawan

Selasa, 26 Oktober 2010

Selasa,26 Oktober 2010 (Inspirasi Hari Ini)-Menghargai Hal Kecil

Suatu hari, sebuah speedboat macet di tengah sungai yang lebar. Speedboat yang tampak perkasa itu tidak bisa melanjutkan perjalanan. Puluhan penumpang mulai merasa tidak nyaman. Namun mereka tidak bisa meninggalkan kendaraan air tersebut. Tidak ada speedboat yang dekat, sehingga mereka tidak bisa pindah dari speedboat yang macet itu. Anak-anak bayi mulai menangis karena panas. Beberapa penumpang mulai mengumpat dan menyalahkan sopir speedboat.
Ternyata mesin mengalami persoalan. Karet mesin putus. Tidak ada cadangan. Bagaimana bisa keluar dari permasalahan itu? Tidak mungkin berjam-jam terapung-apung di atas air tanpa kepastian. Tiba-tiba seorang anak kecil mengulurkan dua karet gelang miliknya.
Namun apalah artinya dua karet gelang untuk sebuah mesin speedboat? Sopir speedboat tersenyum sinis. Ia menganggap remeh pemberian anak kecil itu. Namun anak kecil itu meyakinkannya bahwa karet gelang itu dapat berguna untuk menyelamatkan semua penumpang. Beberapa saat kemudian sopir speedboat itu mengambil dua karet gelang itu dan memasangnya pada mesin. Begitu ia menghidupkan mesin, speedboat itu hidup. Ia pun siap melanjutkan perjalanan. Puluhan penumpang itu bisa selamat. Mereka pun dapat meninggalkan tempat itu yang bisa saja menjadi malapetaka bagi mereka.

Sering kita meremehkan hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Kita merasa bahwa yang kecil itu belum tentu dapat memberikan suatu kontribusi yang besar terhadap hidup manusia. Namun kisah dua karet gelang milik seorang anak kecil itu sungguh-sungguh sebuah peristiwa yang menyelamatkan. Ini sebuah mukjijat dalam hidup manusia.

Karena itu, melalui kisah di atas kita diajak untuk senantiasa menghargai yang kecil dan tampaknya tak berguna. Hal yang kecil itu ternyata mampu memberikan sesuatu yang begitu besar bagi hidup manusia. Bahkan hal-hal yang kecil dapat menyelamatkan kehidupan manusia.

Sebagai orang beriman, kita ingin agar hal-hal yang kecil yang ada di sekitar kita bermanfaat bagi hidup kita. Penghargaan terhadap hal-hal kecil itu suatu keutamaan dalam hidup kita. Di dalam diri kita juga ada hal-hal yang kecil yang sangat berguna bagi kelangsungan hidup kita. Tuhan menciptakan semua hal kecil itu bukan tanpa tujuan. Tuhan menciptakan hal-hal kecil itu untuk kita gunakan bagi kelangsungan hidup kita.

Untuk itu, kita mesti selalu memiliki kepedulian terhadap hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Mari kita memberi penghargaan dan penghormatan terhadap hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. **


sumber:Frans de Sales, SCJ

Sekaligus saya ingin mengajak anda untuk berdoa kesucian para imam dengan klik link berikut:http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest&note_id=133850396634690

salam hangat,

A.M.Adi Normawan

Senin, 25 Oktober 2010

Senin,25 Oktober 2010(Inspirasi Hari Ini)-Membangun Hidup Yang Kokoh


Suatu hari dua orang pemuda termenung di tepi sebuah danau. Hari itu langit biru dan angin bertiup menderu. Lama mereka membisu mengamati betapa angkuhnya bongkahan batu tempat mereka duduk merenung. Dalam hati mereka, bergejolak sebuah pertanyaan, “Mengapa batu ini seolah tak peduli dengan sapaan ombak danau yang begitu ramah?”
Deburan ombak danau itu tak henti menimbulkan pertanyaan sekaligus kekaguman. Ombak itu memang hebat. Meski batu tak bergeming sedikit pun, ombak itu tak mau berhenti menyapa, menghantam dan mendorong batu besar yang diduduki dua pemuda itu.

Hidup kita itu bagai ombak dan batu yang kokoh. Ombak yang tampak ramah, tidak begitu peduli kalau sapaannya tidak didengar oleh lingkungan sekitarnya. Ia terus menyapa. Ia terus menunjukkan kedigdayaannya. Ia tidak putus asa.
Ombak begitu mengagumkan. Ia begitu bersemangat mencoba membangunkan yang angkuh. Ombak begitu semangat meski usahanya tampak tanpa hasil. Di balik semua itu, deburan ombak menarik perhatian begitu banyak orang. Banyak orang yang datang ke pantai dapat menikmati deburan ombak yang mendesah. Hati orang yang sedang suntuk dan stress dapat diobati. Ombak dapat menghalau kegalauan hati manusia. Ada orang yang dapat mengalami kesembuhan berkat deburan ombak yang ramah.

Sementara batu yang kokoh itu dapat menjadi simbol ketegaran hati manusia. Batu yang kokoh itu bagai hati manusia yang kokoh yang tak terpengaruh oleh terjangan erosi jaman. Hati yang kokoh itu tidak mudah ditemukan. Hati yang kokoh itu dibangun melalui proses perjalanan yang lama. Ada kalanya orang gagal. Ada kalanya orang merasa putus asa. Namun proses seperti ini mesti dilalui untuk memiliki hati yang kokoh.

Memiliki hati yang kokoh itu tidak berarti memiliki hati yang kaku dan keras. Hati yang kokoh dan kuat itu hati yang memiliki kepastian hidup. Hati yang terarah kepada kebenaran dan kesempurnaan. Memang, tidak mudah. Namun orang mesti berusaha memiliki hati yang kokoh, agar tidak mudah dipengaruhi oleh kejahatan-kejahatan dunia. Kejahatan itu selalu menggoda manusia untuk meninggalkan imannya. Ini yang mesti diwaspadai oleh setiap orang beriman.

Sebagai orang beriman, kita ingin membangun hidup yang baik dalam hidup sehari-hari. Hidup yang baik itu hidup yang selalu terarah kepada kebaikan. Hidup yang senantiasa mengandalkan Tuhan. Hidup yang menuju kepada Tuhan yang merupakan sumber kebaikan. Mari kita membangun hidup yang kokoh dengan mengandalkan kebaikan Tuhan kepada kita. Tuhan memberkati. **


sumber:Frans de Sales, SCJ

Sekaligus saya ingin mengajak anda untuk berdoa kesucian para imam dengan klik link berikut:http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest&note_id=133850396634690

salam hangat,

A.M.Adi Normawan

Jumat, 22 Oktober 2010

"I KNEW YOU'D COME".

"Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran." (Amsal 17:17).
Alkisah menceritakan ttg 2 saudara laki2 yg sedang berperang bersama-sama di Perancis. Mereka berjuang u bisa bergabung kembali di unit kesatuan mereka, ttp hanya satu di antaranya yg dapat kembali dgn selamat. Ia mendekati komandannya & memohon ijin u menelurusi kembali langkahnya agar bisa menemukan saudara laki2nya.

Komandannya menolak."Itu terlalu berbahaya," katanya, tanpa penyesalan."Saudara laki2mu mungkin jg sudah mati, dan tidak ada gunanya mengambil resiko hanya u menemukan dia yg sudah mati."


Tetapi saudara laki2 tsb mendesak, dan memohon kepada komandannya untuk membiarkan ia mencobanya.Akhirnya disetujui, dan prajurit tsb kembali menuju ke medan peperangan untuk menemukan saudara laki2nya.Beberapa waktu kemudian, ia kembali-- dgn saudara laki2nya dipanggul dipundaknya. Baru saja ia mencapai bunker dg selamat, saudara laki2nyatersentak & gugur di pelukannya.

"Nah..kamu lihat," kata komandannya. Ia menepuk bahu prajurit tsb sambil menggelengkan kepalanya. " Aku telah membiarkanmu mengambil resiko u sesuatu yg sia-sia.""Oh tidak,pak," kata prajurit tsb dgn sopan. Air mata mengalir deras dipipinya."Tidak,pak, " ia mengulang kata2nya dgn penuh perasaan. "Ketika sy merangkak naik di sampingnya dimana ia terbaring, mengerangkesakitan dan sedang sekarat, dan sy memeluknya, ia berkata ," Aku tahu kamu akan datang,Tom. Aku tahu, kamu akan datang."


Kesetiaan prajurit tsb dihargai dgn kata2 terakhir saudaranya yg sedangsekarat. Dapatkah kita bayangkan bagaimana perasaan Tom mengetahui bahwa kata2 terakhir saudaranya adalah merupakan sebuah kesaksian terhadap kesetiaannya?

Jangan lupakan ,"TUHAN akan membalas kebenaran dan kesetiaan setiap orang." (1 Samuel 26:23). Kesetiaan kita mungkin dihargai dgn segera --dan bisa jg tidak. Kita dapat melihat hasil dari kesetiaan kita terhadap seorang temanatau anggota keluarga dalam masa hidup ini, dan bisa jg tidak. Tetapikesetiaan selalu memiliki penghargaannya sendiri, spt yang untuk Tom.

Kamis, 21 Oktober 2010

Kamis,21 Oktober 2010 (Inspirasi Hari Ini)-Saling Menguatkan Dalam Hidup Bersama

Guilemot adalah sejenis burung laut yang senang hidup berkelompok. Ribuan burung ini hidup bersama di puncak tebing dan batu karang. Karena tidak pandai membuat sarang, mereka hanya meletakkan telur di atas batu karang atau di tanah terbuka. Untung, telur mereka tidak mudah jatuh dari tebing, karena memiliki bentuk yang unik, yaitu seperti buah pir dengan salah satu ujung lebih runcing daripada ujung lainnya. Bentuk yang unik ini membuat telur mereka hanya menggelinding melingkar jika didorong atau terantuk.


Karena burung Guilemot tinggal di tebing batu karang yang sulit dijangkau, sebagian besar pemburu darat tidak bisa mengambil burung ini atau telur mereka. Untuk menghadapi burung lain yang mau mencuri telur mereka, seluruh kawanan burung itu bersatu memekik dan mematuk musuh-musuhnya. Kebersamaan mereka dan kepandaian mereka mencari tempat berlindung benar-benar patut mendapat acungan jempol.

Kehidupan bersama di jaman sekarang masih dibutuhkan. Orang yang hanya mau hidup sendiri biasanya akan kehilangan banyak hal dalam hidupnya. Ia tidak bisa mempertahankan cara hidupnya. Cepat atau atau lambat orang seperti ini akan tenggelam dalam persoalan hidupnya sendiri.

Karena itu, orang butuh sesama dalam hidup ini. Ada sesama yang ekslusif. Ada sesama yang inklusif. Yang penting adalah orang mau hidup dalam kebersamaan. Kisah di atas mau menunjukkan kepada kita betapa pentingnya hidup bersama itu. Burung-burung itu dapat mempertahankan hidup mereka dari serangan musuh-musuh.

Tentu saja hidup bersama yang kita bangun bukan pertama-tama untuk menghadapi musuh-musuh. Tetapi kita bangun hidup bersama untuk suatu kehidupan yang lebih baik dalam lingkungan kita.

Untuk itu, orang beriman itu mesti belajar hidup berkelompok seperti burung Guilemot. Kita mesti berani hidup berdampingan dalam persekutuan, sehingga kelemahan kita ditutupi oleh yang lain. Kelemahan orang lain ditutup oleh kekuatan kita. Ketika menghadapi persoalan yang berat, kita mesti saling mendukung. Suasana seperti ini paling ideal dikembangkan dalam kelompok kecil, yang jumlah anggotanya tidak begitu besar. Tujuannya untuk membangun kebahagiaan bersama. Kita membangun kepedulian di antara kita. Mengapa? Karena kita tidak diciptakan untuk hidup sendirian. Kita diciptakan untuk hidup bersama dalam suatu komunitas tertentu.

Mari kita berusaha membangun kebersamaan sebagai orang-orang beriman. Dalam kebersamaan itu kita dapat membaktikan hidup kita bagi orang lain. Kita dapat membagikan pengalaman-pengalaman hidup kita kepada sesama. Kita dapat saling menguatkan. Tuhan memberkati. **


sumber:Frans de Sales, SCJ

Sekaligus saya ingin mengajak anda untuk berdoa kesucian para imam dengan klik link berikut:http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest&note_id=133850396634690

salam hangat,

A.M.Adi Normawan

Rabu, 20 Oktober 2010

Rabu,19 Oktober 2010 (Inspirasi Hari Ini)-Kelemahan Membuka Jalan untuk Kemajuan Diri

Aktris asal Inggris, Keira Knightly, ternyata menyimpan cerita mengharukan atas perjuangannya meraih posisi terhormat sebagai aktris ternama. Ia membuktikan tak sekedar pekerja keras, tetapi juga pintar. Padahal ia berhenti sekolah setelah usia 17 tahun.
Keira yang dikenal lewat peran di film papan atas seperti Pride and Prejudice dan Atonement ternyata menderita disleksia. Kondisi itu membuat kemampuannya belajar menurun. Gejala disleksia ditemukan pada masa kanak-kanak Keira. Ketika masih kecil, ia mengalami kesulitan untuk membaca dan menulis. Ia harus dibantu kacamata khusus untuk membaca.

Waktu kecil Keira dikenal sebagai pelajar yang tekun belajar. Kelemahan yang dimilikinya justru menjadi pemicu untuk membuktikan bahwa ia memiliki kecerdasan juga. Problem disleksia lambat laun mulai teratasi saat usia belasan tahun.

Ia berkata, “Disleksia membuat saya harus mematok tekun membaca semuanya secara serius, sehingga saya bisa membuktikan bahwa saya tidak bodoh.”

Perempuan berusia 23 tahun ini memilih karir sebagai artis dan tidak menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi. Tentang hal ini ia berkata, “Saya bukan orang terdidik, tidak menyelesaikan kuliah karena beban ini.”

Mengakui keterbatasan merupakan suatu keutamaan dalam hidup ini. Orang seperti ini menunjukkan kerendahan hatinya. Ia ingin diisi oleh keutamaan-keutamaan hidup. Ia selalu membuka dirinya untuk berbagai hal yang dapat membantunya maju dalam hidup ini. Kisah tadi menunjukkan bahwa kelemahan yang dimiliki itu bukan berarti menutup pintu terhadap kemajuan dalam hidup. Justru melalui keterbukaan hati itu, kelemahan yang dimiliki dapat diatasi. Keira Knightly sudah membuktikan hal ini.

Soalnya, dalam hidup ini banyak orang tidak mau mengakui diri apa adanya. Mereka kurang jujur dalam hidup ini. Tipe orang seperti ini biasanya memiliki mekanisme bela diri yang kuat. Kalau ada orang memberikan masukan untuk dirinya, biasanya orang seperti ini sudah menyediakan seribu satu alasan. Inilah cara mempertahankan diri. Inilah cara menutup diri terhadap orang lain.

Sebagai orang beriman, keterbukaan hati kepada Tuhan dan sesama merupakan keutamaan yang mesti selalu dikembangkan. Kerendahan hati akan tercipta dari keterbukaan hati seperti ini. Hati orang menjadi lemah lembut. Tidak keras seperti batu.

Mari kita berusaha untuk senantiasa menerima diri apa adanya. Kita menyediakan diri yang senantiasa terbuka kepada kehendak Tuhan. Tuhan memberkati. **


sumber:Frans de Sales, SCJ

Sekaligus saya ingin mengajak anda untuk berdoa kesucian para imam dengan klik link berikut:http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest&note_id=133850396634690

salam hangat,

A.M.Adi Normawan

Selasa, 19 Oktober 2010

Selasa,19 Oktober 2010 (Inspirasi Hari Ini)-Membantu Sesama Yang Membutuhkan

Suatu ketika dua buah jambangan tertinggal oleh tuannya yang pelupa di pinggir sungai. Yang satu adalah jambangan kuningan yang berkilat indah, yang lain adalah jambangan tanah liat yang tidak begitu keras.
Mengalami kondisi di luar rumah itu, jambangan tanah liat berkata, "Oh, sungguh menyenangkan berada di luar, di bawah sinar matahari!"

Jambangan kuningan tidak mau ketinggalan. Ia berkata, "Ya, lebih baik daripada di atas bufet yang kaku.”
Saat mereka asyik bercakap-cakap datanglah badai. Kedua jambangan itu tersapu ke dalam sungai. Mereka terapung-apung di sungai. Jambangan tanah liat ketakutan. Ia berkata, "Sungguh menakutkan, kalau tahu begini aku di rumah saja. Aku pasti akan tenggelam. Aku hanyalah jambangan yang rapuh."

Jambangan kuningan, sahabatnya, menghibur, "Jangan takut, sahabatku. Aku akan melindungimu. Merapatlah ke sisiku dan aku akan mendorongmu ke pinggir dengan lembut."

Jambangan tanah liat berteriak, "Jangan lakukan itu! Jangan dekat badanku. Jika kita berbenturan, aku akan segera hancur. Aku akan segera lebur menjadi air.”

Dalam hidup ini kita memang membutuhkan bantuan dari orang lain. Mengapa? Karena kita ini manusia yang serba terbatas. Kita dapat menjadi orang yang mampu, kalau sesama kita mengulurkan tangan.

Namun ada kalanya bantuan tidak kita butuhkan untuk kelangsungan hidup kita. Kisah di atas mau menunjukkan bahwa niat baik yang ingin kita berikan kepada sesama belum tentu bermanfaat. Kita perlu melihat situasi dan kondisi yang ada di sekitar kita. Kita perlu melihat tanda-tanda jaman di sekitar kita. Untuk itu dibutuhkan kepekaan dalam hidup kita.

Orang yang memiliki kepekaan dalam hidup itu orang yang punya kepedulian terhadap sesama. Orang seperti ini tahu apa yang akan ia lakukan terhadap sesama yang membutuhkan bantuannya. Ia tidak sembarang memberikan bantuan. Namun tidak berarti ia mudah menutup diri terhadap kebutuhan orang lain.

Sebagai orang beriman, kita diharapkan memiliki kepekaan terhadap lingkungan sekitar kita. Kita mesti berani mengulurkan tangan membantu sesama di kala mereka membutuhkan bantuan kita. Bantuan itu seberapa kecil pun biasanya sangat berarti bagi yang mendapatkannya.

Mari kita memiliki kepekaan terhadap sesama. Kita berikan bantuan kepada mereka yang sungguh-sungguh membutuhkan bantuan. Dengan demikian, ada kebahagiaan dalam hidup sesama kita. **


sumber:Frans de Sales, SCJ

Sekaligus saya ingin mengajak anda untuk berdoa kesucian para imam dengan klik link berikut:http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest&note_id=133850396634690

salam hangat,

A.M.Adi Normawan

Senin, 18 Oktober 2010

Senin,18 Oktober 2010 (Inspirasi hari Ini)-Berusaha Mendengarkan Suara Hati


Suatu kali seorang anak menemukan sebuah kaleng berisi permen yang tertinggal oleh pemiliknya di depan pintu tokonya. Dengan hati girang anak itu melihat sekeliling. Ketika tahu bahwa dia hanya sendirian di situ, tak ada orang lain yang melihat, dia segera memasukkan tangannya ke dalam kaleng itu. Karena dia anak yang rakus, dia mencoba mengambil permen sebanyak mungkin dalam satu genggaman.

Pada saat itu terdengar bunyi langkah orang. Karena takut tertangkap, anak itu berusaha mengeluarkan tangannya. Tetapi tangannya tidak bisa keluar, karena mulut kaleng itu terlalu sempit. Untuk mengeluarkan tangannya, dia harus mengurangi jumlah permen dalam genggamannya, tetapi dia tidak mau melepaskannya. Anak itu terus-menerus menarik-narik tangannya tetapi sia-sia. Segera ia ketahuan pemilik toko itu. Ia harus melepaskan semua permen itu.

Milik orang lain itu memang selalu menggoda. Orang begitu ingin memiliki milik orang lain. Kisah di atas merupakan salah satu sisi kehidupan manusia. Seorang anak yang tidak didik untuk menahan diri terhadap milik orang lain akan dengan mudah menguasai milik orang lain. Apalagi kalau milik orang lain itu dibiarkan begitu saja.
Tetapi orang yang sejak awal dididik untuk menghormati milik orang lain, pasti akan memiliki sikap menghargai milik orang lain itu. Ia tidak akan menguasainya di kala milik orang lain itu dibiarkan begitu saja. Bahkan bila perlu ia menyelamatkannya. Ia akan menempatkannya di tempat yang aman untuk kemudian diberikannya kepada pemiliknya. Tentu perbuatan seperti ini akan mendapatkan penghargaan yang besar dari pemilik barang itu.

Untuk sampai pada sikap seperti ini, orang mesti belajar terus-menerus untuk menghargai dan menghormati milik sesama. Kadang-kadang ada godaan yang begitu besar untuk melanggar norma-norma yang ada, karena keinginan untuk memiliki itu begitu besar.

Berhadapan dengan situasi seperti ini, apa yang mesti dibuat oleh seorang beriman? Orang beriman mesti mendengarkan suara hatinya. Untuk itu, orang beriman mesti belajar untuk memilah mana suara hati yang murni dan mana suara hatinya yang kurang murni. Setelah menemukan suara hati yang murni, ia mesti tetap setia kepada suara hatinya itu. Ia mengambil keputusan berdasarkan suara hati yang murni itu. Dengan demikian, ia akan mengalami kebahagiaan dalam hidup.
Mari kita berusaha untuk mendengarkan suara hati kita. Kita gunakan suara hati kita yang baik untuk mengambil sikap yang baik terhadap hal-hal yang kita hadapi dalam hidup ini. Dengan demikian kita menjadi bahagia dalam perjalanan hidup kita. **


sumber:Frans de Sales, SCJ


Sekaligus saya ingin mengajak anda untuk berdoa kesucian para imam dengan klik link berikut:http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest&note_id=133850396634690

salam hangat,

A.M.Adi Normawan

Kamis, 14 Oktober 2010

Kamis,14 Oktober 2010 (Inspirasi Hari Ini)- Kerendahan Hati Itu Menghidupkan

Di dalam sebuah rimba tumbuh sebatang pohon jati yang besar di pinggir sebuah sungai. Di samping pohon jati tumbuh serumpun buluh muda. Rumpun buluh selalu menunduk penuh hormat setiap kali angin bertiup menerpanya. Pohon jati tidak setuju dengan kebiasaan buluh itu.
Pada suatu hari pohon jati berkata kepada rumpun buluh, “Kamu Buluh, mengapa kamu selalu merunduk setiap kali angin bertiup? Berdirilah tegak betapapun kencangnya angin bertiup!”

Rumpun buluh menjawab, “Oh pohon jati yang perkasa. Kami ini hanya kecil semampai. Bila kami harus melawan angin, kami tentu harus menanggung akibatnya.”

Dengan sikap dingin dan kembali sibuk dengan urusannya, pohon jati berkata, “Jangan pernah kalah!”
Namun rumpun buluh tidak mau mendengarkan nasihat pohon jati. Pada suatu malam datanglah badai besar. Angin bertiup kencang, menggoyangkan rumpun buluh hampir sampai ke tanah. Rumpun buluh itu tidak marah. Akan tetapi, pohon jati berjuang keras melawan angin, meskipun kali ini angin terlalu keras baginya.

Dalam sekejap pohon jati berderak-derak patah. Ia tergeletak di tanah dalam keadaan menyedihkan. Sementara rumpun buluh terus tunduk kepada angin dan tidak patah.

Pagi harinya, ketika badai telah berhenti, keadaan rumpun buluh tetap baik seperti semula. Tetapi pohon jati yang dulu kokoh dan rimbun kini tinggal sebatang kayu hutan yang patah dan telah mati.

Dalam hidup ini kerendahan hati ternyata masih sangat dibutuhkan. Kerendahan hati itu mampu membuat seseorang bertahan dalam badai dan gelombang kehidupan. Orang yang rendah hati biasanya menghadapi persoalan-persoalan hidup ini dengan tenang. Ia tidak panik. Ia tetap tegar menjalani kehidupan ini. Ia mengandalkan keadaan jiwa yang tidak mudah diobrak-abrik oleh emosi.
Sebaliknya, orang yang sombong biasanya merasa segala sesuatu yang bertentangan dengan dirinya bisa dilawan. Keangkuhan menjadi andalan dalam hidup. Akibatnya, orang seperti ini mudah sekali diobrak-abrik oleh emosi. Ketidaktenangan dalam hidupnya menjadi sasaran empuk. Kesulitan hidup dihadapi dengan hati yang penuh emosi membara. Kesulitan hidup pun sulit diselesaikan.

Sebagai orang beriman, kita ingin hidup dalam kerendahan hati. Orang yang rendah hati itu mampu membuka diri bagi kehadiran Tuhan di dalam dirinya. Orang yang rendah hati itu membiarkan Tuhan terlibat dalam setiap persoalan hidupnya.

Karena itu, lebih bijaksana kita memiliki sikap rendah hati dan berserah diri kepada Tuhan. Hati yang sombong dan keras membantu hanya menambah masalah dalam hidup kita. Hati yang keras itu akhirnya menghancurkan hidup kita sendiri.

Mari kita bangun sikap rendah hati dalam hidup ini. Biarlah Tuhan sendiri yang menjadi andalan hidup kita. **



sumber:Frans de Sales, SCJ

Sekaligus saya ingin mengajak anda untuk berdoa kesucian para imam dengan klik link berikut:http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest&note_id=133850396634690

salam hangat,

A.M.Adi Normawan

Rabu, 13 Oktober 2010

Rabu,13 Oktober 2010 (Inspirasi Hari Ini)-Menumbuhkan Nilai-Nilai Kehidupan

Ada seorang anak laki-laki hidup dengan bibinya, sejak orangtuanya meninggal. Bibinya adalah satu-satunya saudari dari ibunya. Karena dia tidak menikah dan tidak mempunyai anak, si bibi memanjakan anak itu.
Pada suatu hari anak itu mencuri sebuah buku di toko. Pemilik toko itu marah dan melaporkan hal itu kepada si bibi. Akan tetapi si bibi tidak menghardik anak laki-laki itu. Ia hanya tersenyum mendengar laporan itu dan bahkan memberinya permen.
Sampai waktunya anak itu tumbuh menjadi dewasa. Dia menjadi pencuri terkenal. Akhirnya ia ditangkap dan dijatuhi hukuman gantung. Orang banyak berkumpul di sekitar tiang gantungan ketika tali dipasang pada lehernya. Tiba-tiba seorang wanita menyibak kerumunan orang banyak, maju menjumpai si terhukum. Wanita itu adalah bibi yang telah membesarkan dia. Ia naik ke atas panggung, meratap sambil merangkul orang terhukum itu.

Tetapi orang terhukum itu berpaling dan menggigit telinga si bibi. Dengan jeritan menahan sakit wanita itu pergi. Orang banyak marah atas perlakuan yang mengejutkan dari orang terhukum itu. Akan tetapi orang terhukum itu segera memberi isyarat kepada orang banyak supaya diam. Lalu dia menjelaskan, "Wanita itu adalah penyebab semua ini. Jika saat aku kecil dia menghardik kesukaanku mencuri, aku tidak perlu menghadapi kematian hari ini."

Kisah di atas memang sebuah tragedi yang hitam dalam hidup manusia. Suatu kemanjaan dibalas dengan kekejaman. Namun kita tidak bisa begitu saja menyalahkan salah satu pihak. Ini kesalahan dari sebuah proses pendidikan.

Ada proses pendidikan yang sangat efektif bagi kehidupan manusia. Namun ada proses pendidikan yang menjerumuskan manusia. Dalam hal ini orang punya kebebasan untuk memilih proses pendidikan yang efektif bagi pertumbuhan manusia. Namun hal yang paling penting dalam pendidikan adalah menanamkan nilai-nilai yang baik bagi kehidupan. Artinya, nilai-nilai kasih dan kesetiaan yang wajar. Bukan kasih yang egois yang membawa manusia terjerumus ke dalam kegelapan hidup.

Proses pendidikan yang baik itu memberikan rangsangan kepada mereka yang sedang berada dalam proses itu. Tujuannya agar mereka secara kreatif menerima dan mengembangkan nilai-nilai yang diberikan. Ada kalanya ada teguran ketika ada pelanggaran terhadap nilai-nilai yang diberikan. Bahkan bisa juga ada hukuman yang diberikan kepada mereka. Tentu tujuannya bukan untuk mematikan kreativitas mereka. Tetap tujuannya agar mereka bertumbuh dan berkembang secara baik.

Setiap orang beriman dipanggil untuk senantiasa menumbuhkan nilai-nilai yang baik dalam proses pendidikan manusia secara utuh. Karena itu, mari kita berusaha untuk menghidupi nilai-nilai yang baik itu. Dengan demikian, kita dapat bertumbuh dan berkembang dalam kasih dan kesetiaan satu terhadap yang lain. Tuhan memberkati. **


sumber:Frans de Sales, SCJ

Sekaligus saya ingin mengajak anda untuk berdoa kesucian para imam dengan klik link berikut:http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest&note_id=133850396634690

salam hangat,

A.M.Adi Normawan

Selasa, 12 Oktober 2010

Selasa,12 Oktober 2010 (Inspirasi Hari Ini)-Menerima Kebaikan Tuhan

Samakah keadilan Tuhan dan keadilan yang dipraktekkan oleh manusia? Coba kita lihat keadilan yang didengung-dengungkan dan dipraktekan oleh manusia. Menurut orang-orang keadilan itu berarti orang menerima hak yang sama dengan hak orang lain. Semua orang mesti mendapat bagian yang sama, yaitu sama rasa, sama rata. Kalau tidak demikian, namanya tidak adil. Orang yang tidak bersikap dan bertindak adil itu biasanya mendapatkan hukuman.
Namun keadilan Tuhan tidak demikian. Tuhan telah menciptakan manusia dengan memberi mereka kemampuan masing-masing. Tuhan memberi rahmat kepada masing-masing manusia sesuai dengan kemampuannya pula. Karena itu, Tuhan ingin agar manusia mampu mengembangkannya dalam hidup sehari-hari.

Dalam pengajaranNya, Yesus menampilkan Tuhan yang begitu baik kepada manusia. Tuhan memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kasih Tuhan itu tidak pandang bulu. Tuhan memberi kebaikannya kepada semua orang. Bahkan Tuhan memberi hal-hal yang baik kepada orang-orang yang jahat. Karena itu, Tuhan mengharapkan manusia tidak iri hati, ketika sesamanya mendapatkan kemurahan dari Tuhan.
Mengapa manusia tidak boleh iri hati? Karena Tuhan sudah memberi rahmatNya kepada masing-masing orang. Tuhan menghendaki agar manusia mampu mengembangkannya. Tidak membiarkan kemampuannya itu berlalu begitu saja.

Tuhan itu baik kepada semua orang. Tetapi Tuhan mengutamakan kebaikannya kepada mereka yang kekurangan. Kebaikan Tuhan itu total. Kebaikan Tuhan itu untuk keselamatan manusia. Karena itu, sikap manusia terhadap kebaikan Tuhan adalah berani menerima kebaikan Tuhan itu dalam hidupnya.
Soalnya adalah ada orang yang terus-menerus menuntut, agar Tuhan selalu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Mereka selalu berdoa memohon kepada Tuhan. Bahkan mereka memaksa Tuhan untuk mengabulkan permohonan-permohonan mereka. Benarkah demikian? Bukankah ini justru suatu ketidakadilan?

Sebagai orang beriman, kita ingin agar kita menerima apa yang menjadi belas kasihan Tuhan atas diri kita. Kita mesti yakin bahwa Tuhan selalu baik kepada kita. Tuhan tidak akan menyakiti hati kita. Tuhan tetap setia kepada kita, meskipun kita sering kali tidak setia kepadaNya. Mari kita berusaha untuk menerima kebaikan Tuhan bagi hidup kita. Menerima berarti kita ingin mengandalkan Tuhan dalam hidup kita.

Untuk itu, kita mesti mengubah sikap pandang kita. Kita mesti berusaha untuk tidak iri hati kepada sesama yang sukses dalam hidupnya. Mereka yang sukses itu sungguh-sungguh menggunakan kebaikan Tuhan dalam hidupnya. Mampukah kita menggunakan kebaikan Tuhan bagi pertumbuhan hidup kita, baik jasmani maupun rohani? Tuhan memberkati. **


sumber:Frans de Sales, SCJ

Sekaligus saya ingin mengajak anda untuk berdoa kesucian para imam dengan klik link berikut:http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest&note_id=133850396634690

salam hangat,

A.M.Adi Normawan

Jumat, 08 Oktober 2010

Sabtu,9 Oktober 2010 (Inspirasi Hari Ini)-Arahkan Hidup Kepada Tuhan

Nabi Musa adalah orang yang sangat peduli terhadap rakyatnya. Dalam perjalanan di padang gurun selama empat puluh tahun, Nabi Musa membantu rakyatnya untuk setia kepada Tuhan. Berkali-kali ia mesti mengarahkan hati rakyat kepada Tuhan. Padahal mereka sering tidak peduli terhadap seruannya. Rakyat yang sedang kelaparan, misalnya, mengeluh kepada Nabi Musa. Tidak hanya mengeluh. Mereka juga mempertanyakan mengapa Nabi Musa membawa mereka keluar dari tanah Mesir.
Suatu ketika banyak rakyat yang dipagut oleh ular berbisa. Hal itu terjadi karena rakyat tidak percaya kepada Tuhan. Apa yang dibuat Nabi Musa? Ia memohon keselamatan bagi rakyatnya itu kepada Tuhan. Tuhan menyuruh Nabi Musa membuat tiang yang diberi ular tembaga di atasnya. Lantas Nabi Musa menacapkannya di tengah-tengah rakyat. Semua yang dipagut ular berbisa yang memandang kepada ular tedung itu memperoleh kehidupan.

Ternyata Tuhan begitu baik kepada rakyat yang berdosa melawannya. Tuhan tidak membinasakan mereka. Justru Tuhan membantu mereka untuk memperoleh kehidupan. Begitu besar kasih Tuhan kepada manusia.
Kasih Tuhan itu semakin besar ketika Tuhan Allah mengutus Yesus untuk membebaskan manusia dari kungkungan dosa. Cara Yesus membebaskan manusia dari dosa itu sangat tragis. Ia datang kepada umat milik kepunyaanNya, tetapi ditolak. Bahkan dengan cara yang sangat keji, mereka menangkap, menyiksa, mengadili dan membunuhNya. Mereka membunuh Yesus dengan menggantungnya di atas salib sebagai tanda penghinaan.

Tetapi apa yang terjadi sesudah penyiksaan yang keji itu? Yesus yang wafat di atas kayu salib itu kemudian bangkit pada hari ketiga. Yesus hidup lagi. Tentu hal ini pertama-tama karena kuasa Tuhan atas dirinya. Yesus itu nabi yang berkenan kepada Tuhan. Karena itu, Tuhan berkenan pula membangkitkanNya dari alam maut. Kematian tidak menguasainya. Ia bangkit dengan jiwa dan ragaNya. Ia tetap hidup di tengah-tengah umat manusia.

Bagi orang kristiani, Yesus menjadi tokoh istimewa. Yesus menjadi perantara antara Allah dan manusia. Yesus memberi hidup kepada manusia, kalau orang mau menyerahkan hidup kepada Tuhan. Setiap orang yang mau meninggalkan dosa-dosanya dan mengandalkan Tuhan dalam hidupnya akan memperoleh kehidupan yang abadi.

Soalnya adalah apakah manusia mau menerima Tuhan sebagai satu-satunya penyelamat? Bukankah manusia mudah tergoda oleh hal-hal duniawi yang menawarkan kebahagiaan instan? Mari kita mengarahkan hidup kita kepada Tuhan. Dia tidak akan pernah menyakit kita. Justru Tuhan senantiasa menawarkan kasihNya kepada kita. Tuhan memberkati. **


sumber : Frans de Sales, SCJ

Sekaligus saya ingin mengajak anda untuk berdoa kesucian para imam dengan klik link berikut:http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest&note_id=133850396634690

salam hangat,

A.M.Adi Normawan

Kamis, 07 Oktober 2010

Kamis,7 Oktober 2010 (Inspirasi Hari Ini)-Menasehati Sesama di Bawah Empat Mata

Ada seorang ibu yang merasa dikhianati oleh suaminya. Padahal sudah tiga orang anak gadis yang ia berikan untuk suaminya. Suaminya punya selingkuhan. Tidak hanya itu, selingkuhannya itu punya seorang anak lelaki. Ibu itu tidak habis pikir, mengapa hal itu bisa terjadi. Dua puluh tiga tahun mereka telah hidup bersama sebagai suami istri, tetapi mengapa hal seperti itu bisa terjadi?
Namun ibu itu tidak kehabisan akal. Ia berusaha untuk tetap setia kepada suaminya yang sah itu. Ia tetap memperhatikan suaminya, kalau ia pulang kerja. Ia membuatkan minuman kesukaan suaminya. Ia memasak makanan kesukaan suaminya. Kehangatannya terhadap suaminya tidak pernah berubah.
Sang suami merasakan semua kebaikan dan perhatian istrinya. Ia pun berusaha untuk tetap memberi perhatian kepada istrinya. Hingga suatu saat ia mengakui kesalahannya kepada istrinya. “Saya sudah salah melangkah. Saya mohon ampun. Ampuni saya,” pinta suaminya.

Istrinya menatap mata suaminya. Ia pun menganggukkan kepalanya. Ia memaafkannya. Tetapi ia menuntut agar suaminya tetap bertanggung jawab atas perbuatannya. Sebagai tanda pertobatan, ia minta suaminya untuk meninggalkan selingkuhannya. Namun ia juga minta agar suaminya memenuhi kebutuhan hidup anak dari hasil selingkuhnya itu.

Kisah seperti ini seringkali kita dengar. Namun yang sering terjadi adalah keributan demi keributan. Rebutan harta, rebutan anak dan perkelahian. Kisah tadi menampilkan sisi yang lain. Sisi pengampunan dan pertobatan. Orang beriman itu orang yang selalu mengampuni sesamanya yang melakukan dosa dan kesalahan. Orang beriman itu senantiasa murah hati dan besar belas kasihnya kepada sesamanya.

Tetapi orang yang berdosa dan bersalah itu juga mesti menunjukkan kerelaan untuk bertobat. Artinya, orang beriman mau berbalik kepada Tuhan yang begitu baik kepadanya. Pertobatan itu mesti ditunjukkan dalam perbuatan nyata. Tidak hanya janji-janji di bibir saja.

Dalam pengajarannya, Yesus menekankan pentingnya memenangkan sesama yang jatuh ke dalam dosa. Biasanya dalam hidup ini, orang berdosa itu dibiarkan begitu saja. Atau ditinggalkan banyak orang, karena dianggap sebagai pengganggu dalam kehidupan bersama. Namun Yesus ingin agar orang beriman membantu sesamanya yang berbuat dosa. Caranya adalah dengan menegurnya di bawah empat mata. Tujuannya agar orang yang berdosa itu tidak dihakimi secara massal.

Kalau orang berdosa ini mendengarkan nasihat, dia dapat bertobat dan kembali kepada Tuhan yang mahapengampun. Mengapa Yesus menginginkan pengampunan, bukan hukuman? Karena Tuhan itu baik. Tuhan selalu penuh perhatian kepada manusia. Tuhan itu mengasihi manusia. Kasih Tuhan itu tanpa batas.

Karena itu, mengampuni itu menjadi bagian dari hidup orang beriman. Orang yang sungguh-sungguh beriman itu mau berusaha agar sesamanya yang berbuat dosa dapat bertobat. Pertobatan itu pintu masuk ke dalam hidup yang bahagia. Alangkah indahnya memikili satu orang yang bertobat daripada punya satu juta orang yang dengan angkuh memfitnah sesamanya yang berbuat dosa. Tuhan memberkati. **


sumber:Frans de Sales, SCJ

Sekaligus saya ingin mengajak anda untuk berdoa kesucian para imam dengan klik link berikut:http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest&note_id=133850396634690

salam hangat,

A.M.Adi Normawan

Rabu, 06 Oktober 2010

Rabu,6 Oktober (inspirasi hari ini)-Semangat memurnikan jiwa

Perjalanan sebagai seorang pertapa, yang selalu meminta-minta, tidak menjawab kehausan dirinya. Kepada sahabatnya, ia berkata, “Teman, saya akan meninggalkan jalan para samana yang telah lama kita lalui bersama.”

Ungkapan ini seakan-akan memutus jantung sahabat setianya itu. Sudah lama mereka berteman. Sudah lama mereka bepergian bersama. Sudah begitu lama mereka hidup bersama. Temannya itu bertanya, “Apa yang masih akan kaucari?"

Pertapa itu menjawab, “Tahun demi tahun aku bertanya pada para bijak. Tidak jarang aku bertanya kepada Tuhan. Di depanku tampak sebuah pengetahuan.”
Kemudian ia menyanyikan sebuah syair bagi sahabatnya. “Ia yang semangat murninya terpantul ke dalam jiwa, mengetahui kebahagiaan yang tak terkatakan melalui ucapan.”
Hidup manusia itu mesti memantulkan kemurnian jiwanya. Namun kemurnian jiwa itu tidak dicapai dalam waktu yang singkat. Seperti emas, kemurnian jiwa itu mesti diuji dalam api yang membara. Artinya, medan kehidupan sehari-hari itu menjadi ujian suatu jiwa yang murni.

Apa maknanya kalau seseorang memiliki hati yang murni dalam hidupnya? Maknanya adalah orang tersebut melihat setiap persoalan secara bening. Orang tidak mudah dikaburkan oleh hal-hal yang membawa orang kepada ambisi untuk menguasai hidup orang lain. Godaan untuk menguasai hidup orang lain begitu kuat. Orang sering terjebak oleh hal seperti ini.

Banyak faktor yang menyebabkan hal ini. Salah satu faktor yang kuat adalah uang. Uang begitu menggoda manusia. Setiap orang berusaha untuk menguasai uang. Dengan uang yang banyak, orang dapat melakukan apa saja. Bukan hal-hal baik saja bisa dilakukan dengan uang yang banyak itu.

Kita menyaksikan dalam hidup kita sehari-hari begitu banyak orang menyalahgunakan uang. Orang dapat menggunakan uang untuk menguasai orang lain. Uang dapat digunakan untuk mempengaruhi massa dalam suatu acara tertentu. Tentu saja hal ini sangat berbahaya bagi kehidupan. Perhatian orang mudah sekali diarahkan kepada uang.
Sebagai orang beriman, kita mesti memiliki kesadaran bahwa uang atau harta kekayaan yang kita miliki itu sarana untuk menunjang kebahagiaan hidup. Kita butuh harta kekayaan atau uang untuk hidup. Namun jaminan kita yang utama bukan harta atau uang itu. Jaminan kita yang utama adalah Tuhan yang mampu memberikan kebahagiaan sempurna bagi hidup kita.

Tuhan begitu baik. Tuhan tidak pernah menyakiti hati kita. Karena itu, bersandar pada Tuhan merupakan satu-satunya jalan yang harus kita tempuh. Mengandalkan Tuhan dalam hidup ini merupakan cara yang terbaik bagi kita untuk memurnikan jiwa kita. Proses pemurnian jiwa itu mesti bersumber dari Tuhan sendiri. Karena itu, mari kita berusaha untuk senantiasa memurnikan jiwa kita dalam perjalanan hidup kita. Tuhan memberkati. **

sumber:Frans de Sales, SCJ

Sekaligus saya ingin mengajak anda untuk berdoa kesucian para imam dengan klik link berikut:http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest&note_id=133850396634690

salam hangat,

A.M.Adi Normawan

Selasa, 05 Oktober 2010

Selasa,5 Oktober (Inspirasi Hari INi)-Mengarahkan Hati Kepada Tuhan

Pada suatu hari, ada sekelompok besar orang beriman berbondong-bondong berjalan menaiki sebuah bukit ketika para bhiksu sedang menjemur sutra. Mereka mempunyai keyakinan bahwa ketika angin menghembusi sutra itu, angin tersebut dapat membebaskan masalah mereka dan memberikan kebijaksanaan. Mereka dengan begitu tergesa-gesa menaiki bukit untuk memperoleh keberuntungan.
Melihat kejadian itu, ulama berkata, “Jika demikian, saya juga akan menjemur 'sutra saya'!” Ia pun segera melepaskan pakaiannya dan berbaring di bawah terik matahari.

Beberapa umat terkejut melihat tingkah laku ulama itu. Bahkan para ulama yang mendengar kejadian itu segera memberi tahu ulama itu untuk tidak bersikap tak senonoh.

Ketika semakin banyak orang berkerumun menyaksikan tingkah ganjilnya, ulama itu berkata, “Sutra yang sedang Anda jemur telah mati sehingga banyak kutu buku di dalamnya. 'Sutra' yang sedang saya jemur masih hidup. Ia bisa mengajar kehidupan, bekerja dan makan. Seorang bijak harus mengetahui jenis 'sutra' manakah yang lebih berharga.”

Kisah ini berbicara tentang pengenalan akan diri kita sendiri. Banyak orang kurang begitu mengenal dirinya sendiri. Apalagi di jaman kini yang menawarkan begitu banyak kemudahan bagi hidup. Akibatnya, mereka begitu mudah terbawa oleh arus kehidupan ini. Apa yang mereka anggap baik untuk diri mereka sendiri akan mereka lakukan dengan sekuat tenaga. Padahal belum tentu hal itu sungguh-sungguh berguna bagi hidup bersama.
Untuk itu, orang mesti hati-hati terhadap berbagai tawaran kemudahan. Dengan berbagai hal yang disajikan di hadapan kita, bukan tidak mungkin kita masuk ke dalam perangkap materialisme yang berlebihan. Orang yang terperangkap ke dalam materialisme biasanya memiliki kecenderungan untuk mengandalkan materi dalam hidupnya. Ia akan mengejar dan mengumpulkan sebanyak mungkin materi untuk dirinya. Tidak peduli apakah dia sudah memiliki segudang besar barang kebutuhan hidupnya.
Tentu saja hal ini berbahaya bagi hidup. Mengapa? Karena seluruh hidup orang tertuju kepada materi. Padahal dalam salah satu pengajaranNya, Yesus sudah mengingatkan bahwa hati orang mesti selalu tertambat pada hati Tuhan. Artinya, orang mesti mendahulukan Tuhan dalam hidupnya. Orang tidak boleh mendahulukan materi dalam hidupnya. Mengapa? Karena materi selalu menggoda orang untuk melakukan kejahatan. Bukan rahasia lagi bahwa banyak orang terjerumus ke dalam korupsi, manipulasi dan perbuatan jahat lainnya karena kuatnya kuasa materi itu.

Sebagai orang beriman, kita diingatkan untuk mengarahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan. Kita mesti percayakan hidup kita kepada Tuhan. Dia sudah tahu apa yang menjadi kebutuhan hidup kita. Yang penting bagi kita adalah kita senantiasa melakukan hal-hal baik dalam hidup dan karya kita. Dengan demikian kita menjadi orang-orang yang berkenan kepada Tuhan. Tuhan memberkati. **

sumber:Frans de Sales, SCJ

Sekaligus saya ingin mengajak anda untuk berdoa kesucian para imam dengan klik link berikut:http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest&note_id=133850396634690

salam hangat,

A.M.Adi Normawan