Minggu, 30 Januari 2011

Senin,31 Januari 2011(Inspirasi Hari Ini)-Membangun Komunikasi yang Baik

Seorang remaja kelas tiga SMU sekarang memasuki usia 17 tahun.Remaja tingtinglah.Ia baru saja selesai dengan ujian akhir.Ia sudah dinyatakan lulus.Seperti remaja-remaja pada umumnya,ia juga ingin melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.Ia ingin menjadi sarjana dan kelak memiliki pekerjaan yang baik.Karena itu,setelah menyelesaikan sekolah di kota mpek-mpek Palembang,ini,ia berniat ke Jawa.Ia mau mencoba untuk mandiri.Tidak seperti sekarang,ia selalu tergantung kepada orangtuanya.

Dengan mantab,ia berkata,"saya ingin bebas.Saya ingin belajar hidup sendiri jauh dari orangtua.Tentu saja segala macam kebutuhan masih dari orangtua.Kan belum punya kerjaan.Saya berharap agar dengan hidup jauh dari orangtua itu saya menjadi anak yang lebih dewasa dan matang.Soalnya selama ini segala sesuatu diputuskan oleh orangtua."

Namun ia punya satu persoalan.Orangtuanya tidak mau kehilangan dia.Mereka ingin agar ia tetap tinggal di rumah.Anak itu berkata,"Kata mereka kalau mau kuliah,di Palembang saja.Papi enggan melepaskan saya untuk pergi jauh.Mami malah menangis terus begitu saya menceritakan niat saya.Padahal hati ini ingin belajar mandiri.Sampai kapan saya akan bergantung terus pada orangtua,kalau tidak diberi kesempatan untuk mengambil keputusan-keputusan penting mengenai diri sendiri?Kalau jauh dari orangtua kan saya bisa belajar mengambil keputusan-keputusan penting untuk masa depan saya sendiri."

Anak remaja itu heran,kenapa orangtuanya begitu kuatir akan dirinya.

Kebebasan itu dambaan setiap orang.Pada saat tertentu,orang ingin menentukan arah hidupnya sendiri.Tidak tergantung pada keputusan oranglain,bahkan orangtua sekalipun.Mengapa kebebasan seperti ini penting?Karena masa depan seseorang itu ada di tangan orang itu.Ia butuh belajar untuk menyelesaikan segala persoalan sendiri.Ia butuh suasana di mana ia memegang kendali dalam hidupnya sendiri.

Hambatan akan kebebasan itu terjadi sering karena komunikasi kurang berjalan dengan baik.Dalam kisah tadi tampak bahwa orangtua kurang merestui niat baik sang anak untuk belajar mandiri.Tampaknya ada saja missunderstanding antara anak remaja dan orangtua.Mungkin ada ganjalan-ganjalan yang mesti dilewati dulu.
Karena itu,dalam hal kebebasan yang sangat diperlukan adalah adanya komunikasi yang baik dan lancar di antara berbagai pihak.Komunikasi yang kurang baik akan mengakibatkan salah paham.Akibatnya bisa fatal bagi hidup manusia.Kita dapat menyaksikan kurang lancarnya komunikasi telah menyebabkan rapuhnya  kehidupan manusia.Relasi yang baik sulit terwujud.Ada prasangka dan kecurigaan  yang yang terjadi antara sesama manusia.

Karena itu,sebagai orang beriman,kita diajak untuk membangun komunikasi yang baik dan lancar di antara kita.Hal ini akan membantu kita dalam mewujudkan suatu masyarakat yang lebih baik dan manusiawi.Untuk itu,kita mesti bekerja bersama Tuhan.Kita membiarkan Tuhan menguasai diri kita dengan kekuasaanNya.Tuhan memberkati***

Frans de Sales,SCJ

Rabu, 26 Januari 2011

Kamis,27 Januari 2011 (Inspirasi Hari Ini)-Ketika Orang Harus Memilih

Seorang perempuan berusia 25 tahun sudah tiga tahun ini berpacaran dengan seorang pemuda.Pemuda itu pacar pertamanya.Mengingat usianya sudah usia nikah,ia tidak berniat untuk putus hubungan dengan pemuda itu.Lagipula mencari pasangan hidup kan tidak mudah.

Tapi ada hal yang mengganjal di hatinya.Pemuda itu masih ingin bebas dan senang bepergian dengan teman-teman wanitanya yang lain.Kadang hanya berdua saja.Pemuda itu sering ditelpon,dikirimi surat,bahkan dicium oleh teman-teman wanitanya itu.

Pemuda itu tidak pernah memperkenalkan pacarnya dengan teman-temannya atau orangtuanya.Dia hanya bilang ia sudah punya pacar.Dia takut kalau nanti pacarnya itu nanti judes pada teman-teman dan orangtuanya.

Perempuan itu bingung.Apakah pemuda itu dapat setia setelah menikah dengannya?Ia bergulat dengan dirinya sendiri.

Setiap orang merindukan kesetiaan dari kekasih atau sahabat karibnya.Tidak ada orang yang ingin dihianati oleh sesamanya.Apalagi oleh orang yang dicintainya.

Ketidaksetiaan,apapun bentuknya,akan meninggalkan rasa sakit yang begitu mendalam.Bahkan rasa sakit itu bisa bertahan bertahun-tahun lamanya.Dalam kisah tadi,ada kecemasan dari perempuan yang pacarnya punya banyak teman wanita.Persoalannya,apakah ia boleh mempertahankan pacarnya itu?

Sebenarnya perlu disadari bahwa masa pacaran itu bukan harga mati untuk menikah.Banyak orang menikah dengan pacar kedua,ketiga,atau ke sekian.Dalam masa pacaran itu,orang belum terikat.Soalnya adalah banyak anak muda merasa bahwa masa pacaran itu sudah segala-galanya.Akibatnya,ketika ada persoalan selama ini,mereka sering mengalami kegoncangan dalam hidupnya.Bisa-bisa mereka frustasi.

Karena itu,dalam masa pacaran ini semestinya orang tidak perlu memaksakan diri untuk mengikat dengan orang tertentu.Masa pacaran itu masa untuk melihat-lihat.Ibarat orang berada dalam sebuah toko serba ada (toserba).Ada banyak pilihan.Orang tidak harus memilih salah satu dari yang di jual dalam toserba itu.Kalau cocok dengan hati,baru orang dapat memilih atau membeli.Kalau tidak cocok dengan sama sekali,apa gunanya dipilih?Nah,kalau dipaksakan,orang akan menemukan kesulitan-kesulitan lebih besar di kemudian hari.Orang dituntut untuk pandai-pandai,ketika masuk toserba itu.
Jadi bagi mereka yang sedang pacaran,jangan terlalu gegabah dalam mengambil keputusan.Ingat,kalau sekarang Anda salah memutuskan,akan menjadi bumerang bagi Anda.Tuhan memberkati.***

Frans de Sales,SCJ

Selasa, 25 Januari 2011

Rabu,26 Januari 2011 (Inspirasi Hari Ini)-Cermat dan Pandai Mengatur Ekonomi

Kosultan perencanaan keuangan,Safir Senduk,mengamati banyak orang Indonesia terjebak gaya hidup konsumtif.Mereka seringkali membeli barang karena keinginan,bukan karena memang membutuhkannya.

Ia berkata:"Akibatnya banyak orang terjerat utang.Mereka menjalani hidup dengan 'gali lubang tutup lubang.'Sebaiknya belilah barang sesuai kebutuhan,bukan sesuai keinginan."

Pria yang sudah menulis sejumlah buku tentang perencanaan keuangan keluarga itu memberi saran agar orang membayar tunai saat membeli barang yang nilainya cenderung merosot.Ia berkata,"Mengapa harus membeli kredit jika bisa tunai?Sebab dengan membeli kredit,nilai barang yang di beli makin turun,padahal kita telah membayar dengan harga lebih mahal."

Safir yang juga laris sebagai pembicara di berbagai tempat ini menambahkan,mereka yang berpenghasilan besar belum dapat di katakan kaya jika pengeluarannyapun besar.Sebaliknya mereka yang bergaji kecil,tetapi dapat mengelola keuangan dengan cerdas,bahkan melakukan sejumlah investasi,layak di sebut kaya.Jadi,biar layak di sebut kaya,belilah barang sesuai dengan kebutuhan,bukan keinginan.

Itulah kondisi banyak orang Indonesia sekarang ini.Keinginan untuk menumpuk barang-barang begitu tinggi.Akibatnya,orang mengejar sesuatu memenuhi keinginan dirinya.Apa saja yang dirasa  diinginkan,orang membelinya.Orang kurang seleksi antara apa yang sungguh-sungguh di butuhkan dan apa yang diinginkan.

Banyak orang lalu terjebak dalam suasana hidup konsumeristis.Kalau sudah terjebak,orang akan sulit keluar dari situasi itu.Seorang ibu yang membiasakan anak-anaknya untuk secara selektif dalam berbelanja,misalnya,tidak akan mengalami kesulitan dalam banyak hal.Ia akan dengan mudah mengatur kebutuhan-kebutuhan hidup anak-anaknya.

Karena itu,pengelolaan keuangan dalam keluarga mesti dilakukan secara cermat.Di jaman ekonomi sulit seperti sekarang ini,keluarga-keluarga mesti pandai-pandai menggunakan pendapatannya untuk keberlangsungan hidup keluarga.Untuk itu,mereka mesti memutuskan apa yang sungguh-sungguh di butuhkan dalam hidup mereka.Mereka tidak bisa saja membeli sesuatu untuk memenuhi keinginan mereka belaka.

Sebagai orang beriman,kita di ajak untuk secara cermat dan bijaksana mengatur ekonomi rumah tangga kita.Hal ini juga bagian dari iman kita.Tuhan memberkati***

Frans de Sales,SCJ

Senin, 24 Januari 2011

Selasa,25 Januari 2011(Inspirasi Hari Ini)-Memupuk Kepekaan Terhadap Sesama

Bagi Butet Manurung,salah satu hal yang memprihatinkan dari keberadaan suku orang rimba atau suku anak dalam di pelosok hutan Jambi adalah munculnya proses pengidealan oleh dunia luar.

Ia berkata:"Hidup mereka sering kali di katakan kurang beradab dan salah.Padahal ini masalah perbedaan pandangan saja."

Tergerak pada perjuangan hidup suku orang rimba,ia mengabdikan diri di pedalaman Jambi.Di tempat itu Butet mengenalkan cara membaca,menulis,hingga berbahasa Indonesia kepada anak-anak suku orang rimba.

Ia juga mengajak mereka belajar mengasah keterampilan hidup.Perempuan bernama lengkap Saur Marlina Manurung ini berkata,"Untuk pembelajaran ini,aku menggandeng sukarelawan yang ahli di bidang pertanian.Sekolah kami bukan sekedar mengasah pengetahuan,tetapi bagaimana mempertahankan hidup atau sekolah hdup."

Ia bersama rekannya juga membuka enam sekolah yang tesebar di beberapa daerah,seperti di Sulawesi Selatan,Flores dan Halmahera.Dari enam sekolah itu,hanya dua yang di sokong donatur.Untuk menghidupi sekolah lainnya,ia mengandalkan subsidi silang,yakni penjualan buku hingga menyisihkan sebagian honornya sebagai pembicara.

Perjuangan seorang Butet untuk kemajuan anak bangsa yang tertinggal begitu besar.Ia mengorbankan segala yang ia miliki hanya untuk sesamanya yang menderita.Ia berani mempertaruhkan hidupnya untuk masuk keluar hutan rimba demi kemajuan sesamanya.Inilah iman yang hidup.Orang yang beriman itu menampilkan imannya dalam kepeduliannya terhadap sesama.

Kita hidup dalam dunia yang penuh tantangan.Ada orang-orang di sekitar kita yang membutuhkan bantuan kita.Ada orang-orang yang perlu di buka pikirannya untuk lebih maju dalam hidup ini.Sebagai makhluk ciptaan Tuhan,kita semua punya tanggungjawab untuk hidup yang lebih baik dari sesama kita.Kita hidup bukan hanya untuk diri kita sendiri.KIta hidup juga untuk oranglain.
Butet Manurung sudah memberikan suatu contoh yang begitu baik dan indah bagi kita.Ia menunjukan kepada kita bahwa sebenarnya kita bisa berbuat banyak hal untuk sesama kita.Kita bisa mewujudkan kepedulian kita dengan membantu mereka yang membutuhkan bantuan kita.

Sebagai orang beriman,kita di panggil untuk memiliki kepekaan terhadap sesama dan lingkungan sekitar kita.Kemajuan hidup sesama kita juga mendapatkan pengaruh dari kepedulian dan perhatian kita.Mari kita hidup semakin peka terhadap sesama di sekitar kita.Tuhan memberkati***

Frans de Sales,SCJ

Senin,24 Januari 2011 (Inspirasi Hari Ini)-Mengolah harta untuk Kebahagiaan Hidup

Di sebuah keluarga terjadi keributan antara dua orang anak.Anak pertama sangat suka akan anjing.Ia memiliki tiga ekor anjing kecil dari berbagai ras yang berbeda.Ia memeliharanya dengan penuh perhatian dan kasih sayang.Waktu luangnya ia habiskan unutk ketiga anjing ini.Bahkan uang saku yang di berikan oelh orangtuanya habis untuk membeli makanan bagi ketiga anjingnya.

Kalau ada anggota keluarga yang mengganggu anjing-anjingnya,ia menjadi sangat marah.Ia akan membela mati-matian ketiga anjingnya.Bahkan bisa terjadi perang mulut.

Sementara anak kedua tidak suka memelihara binatang.Waktu-waktu luangnya ia gunakan untuk memelihara tanaman di halaman rumahnya.Ia begitu perhatian terhadap tanaman-tanaman itu.Ia punya koleksi tanaman-tanaman yang mahal dari berbagai jenis tanaman.

Suatu hari anjing-anjing milik kakaknya menggunakan bunga-bunga di halaman rumah itu sebagai teman main.Banyak bunga yang rusak.Sang kakak membiarkan saja anjing-anjing itu menggigit bunga-bunga yang mahal dan indah itu.Tidak lama kemudian datang sang adik yang menendangi anjing-anjing itu satu per satu.Ia marah melihat tanamannya di rusak.Sang kakak tidak bisa menerima perlakuan adiknya terhadap anjing-anjingnya.Mereka pun bertengkar.Keributan besar pun terjadi antara mereka.Mereka hampir saja berkelahi.Unutng sang ibu datang melerai dan mendamaikan keduanya.

Harta dunia yang kita miliki bisa saja menjadi pemicu perpecahan.Keributan bisa terjadi gara-gara apa yang kita senangi di rusak oleh oranglain.Emosi kita bisa meluap-luap,kalau barang yang begitu berharga  dan kita cintai hilang atau rusak.Bisa saja kita tidak bisa tidur berhari-hari hanya memikirkan barang-barang berharga yang hilang atau rusak oleh keteledoran kita.

Kita memang membutuhkan harta atau barang-barang untuk melanjutkan hidup kita.Tidak ada orang yang dapat hidup di dunia ini secara baik,kalau ia tidak memiliki uang atau barang-barang.Karena itu,kita pasti ingin tetap menjaga baik-baik harta kekayaan yang kita miliki.
Namun cinta yang berkebihan terhadap harta kekayaan dapat membawa bencana dalam hidup kita.Kalau kita terlalu terikat pada apa yang kita miliki akan membiarkan barang-barang itu menguasai diri kita.Padahal semestinya kitalah yang menguasai barang-barang atau harta kekayaan itu.

Sebagai orang beriman,kita di ajak untuk menggunakan harta kekayaan itu untuk membangun persaudaraan dan damai.Orang beriman itu sadar bahwa harta kekayaan itu hanyalah sarana untuk kelangsungan hidupnya.Harta kekayaan itu bukan tujuan dari hidup ini.Tujuan utama hidup kita adalah mengalami kebahagiaan dan damai dengan sarana harta yang kita miliki.Percuma kita memiliki harta kekayaan,tetapi hidup kita tidak bahagia.Pecuma kita bekerja mati-matian untuk mengumpulkan harta,tetapi hidup kita selalu di kejar-kejar oleh ketakutan.Tuhan memberkati.**

Frans de Sales,SCJ

Kamis, 20 Januari 2011

Jumat,21 Januari 2011 (Inspirasi Hari Ini)-Berani Berkorban Bagi Sesama

Seorang gadis kesal sama papanya. Soalnya, papanya selalu menasihati dia untuk selalu tekun berdoa dan beribadat. Namun ia sendiri malas untuk melakukan semua itu. Kalau gadis itu mengingatkan papanya untuk berdoa dan beribadat, papanya selalu menegurnya dengan kata-kata yang pedas.
Akibatnya, gadis itu tumbuh menjadi anak yang cuek. Ia tidak begitu peduli terhadap papanya. Ia bosan berbicara dengan papanya. Baginya, tidak ada gunanya berkomunikasi dengan papanya dalam urusan ibadat. Pasti papanya tidak mau kalah, meskipun ia sendiri tidak melaksanakan apa yang ia perjuangkan.

Suatu hari gadis itu merasa sikapnya yang cuek itu mesti ia akhiri. Ia mulai sadar bahwa sebenarnya ia tidak bisa mengubah apa-apa pada diri papanya. Bahkan papanya semakin malas saja untuk berdoa dan beribadat. Ia berkata dalam hatinya, “Lebih baik saya mengubah diri saya sendiri menjadi lebih baik. Saya akan melakukan puasa pada hari-hari tertentu. Saya mau berdoa untuk papa saya, agar ia mau mengubah sikap hidupnya.”

Setelah melakukan puasa dan doa untuk sang papa dalam waktu yang lama, gadis itu menemukan ada perubahan dalam diri papanya. Ia merasa sangat bersyukur atas hal itu. Ia berdoa, “Tuhan, terima kasih Engkau telah mengubah sikap hidup papa saya. Semoga ia dapat menemukan kehadiranMu dalam hidup sehari-hari bersama keluarga kami.”

Banyak orang lebih suka menyaksikan orang lain berubah daripada dirinya sendiri berubah. Dalam kenyataan hidup, sangat sulit mengubah watak seseorang yang sudah dewasa atau sudah tua. Sangat sulit mengajar sesuatu yang baru kepada orang yang sudah tua. Bagi orang yang sudah tua, lebih baik mereka hidup apa adanya. Hidup sejauh mereka mampu.

Kisah gadis tadi menunjukkan bahwa perubahan itu bisa terjadi melalui suatu proses yang lama dan berat. Mengubah cara hidup orang lain yang sudah tertanam puluhan tahun itu butuh kerja keras. Gadis dalam kisah tadi melakukannya dengan korban. Ia mesti puasa dan berdoa, agar papanya dapat mengubah tingkah lakunya yang kurang baik.

Pengorbanan itu ternyata begitu penting dalam hidup sehari-hari. Tanpa korban, orang tidak bisa hidup dengan damai dan tenang. Tanpa korban, perubahan akan sulit terjadi dalam hidup seseorang.

Karena itu, sebagai orang beriman, kita diajak untuk rela berkorban bagi kebaikan sesama kita. Bahkan kita mesti berani berkorban bagi orang yang tidak bersabahat dengan kita atau musuh-musuh kita. Mampukah kita menjadi sahabat yang baik bagi musuh kita? Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ

Rabu, 19 Januari 2011

Kamis,20 Januari 2011 (Inspirasi Hari Ini)-Menumbuhkan Kepercayaan Dalam Hidup Berkeluarga

Ada seorang ibu yang punya dua orang anak. Setiap hari ia mengantar dan menjemput kedua anak ke sekolah. Sementara suaminya hingga kini tidak pernah peduli terhadap sekolah anak-anaknya. Dia lebih sibuk dengan pekerjaannya untuk menghidupi keluarga. Namun sering kali dia mengomeli ibu itu, kalau ia pulang terlambat setelah mengantar atau menjemput anak-anak.
Sang suami berkata, “Wah, kunjungi pacar lama, ya?” Kata-kata seperti itu sudah sering ia ucapkan kepada istrinya. Istrinya merasa tersinggung setiap kali mendengar kata-kata seperti itu. Ia bertanya dalam hatinya, “Bagaimana mungkin saya masih mau main selingkuh dengan lelaki lain? Saya kan sudah punya anak dan suami? Tidak ada niat sedikit pun kembali ke pacar lama yang juga tinggal di kota ini. Saya sudah menambatkan hati pada suami saya untuk selama hidup. Jadi saya tidak tahu mau buat apa. Sudah capek mengantar dan menjemput anak-anak malah masih dicurigai suami seperti itu.”
Ibu itu sering hilang akal kalau mendengar kata-kata suaminya. Ia juga punya perasaan. Ia tidak ingin hubungannya dengan suaminya menjadi retak. Ia sangat mencintai anak-anaknya. Ia ingin tetap membangun keluarga yang baik. Ia hanya berharap, agar suaminya berubah pikiran. Tidak memikirkan yang bukan-bukan tentang dirinya.

Kurangnya perhatian dari seseorang terhadap orang lain dapat menimbulkan persoalan-persoalan dalam hidup bersama. Apalagi dalam hidup berkeluarga. Sering muncul kecemburuan dalam membangun hidup berkeluarga. Kisah tadi menjadi salah satu contoh betapa kecemburuan itu bisa merenggangkan hubungan suami istri. Kecurigaan bisa terjadi dalam hidup berkeluarga, karena hal-hal yang sepele.

Karena itu, orang mesti mampu berefleksi diri. Artinya, orang mesti berani bertanya diri, ada apa dengan pasangannya. Lantas bagaimana dengan diri sendiri? Mengapa sang suami atau istri sampai tega melemparkan kata-kata yang menusuk perasaan? Mungkinkah ada ketidakjujuran dalam membangun relasi dalam hidup perkawinan?

Sebuah perkawinan yang harmonis itu menuntut pengertian yang mendalam dari kedua belah pihak. Perkawinan yang bahagia itu biasanya ditandai dengan adanya rasa percaya terhadap pasangan. Kepercayaan yang mulai luntur di antara pasangan suami istri sering menjadi pemicu hancurnya sebuah keluarga.

Untuk itu, keluarga-keluarga mesti memperhatikan hal ini. Kepercayaan satu terhadap yang lain mesti dibangun sejak awal. Kepercayaan itu bukan hanya janji-janji hampa di bibir saja. Kepercayaan itu mesti ditunjukkan dalam hidup nyata. Suatu kepercayaan yang tampak dalam tindakan nyata. Mungkinkah dapat terjadi?

Sebagai orang beriman, setiap pasangan suami istri mesti berani membangun kepercayaan di antara mereka. Untuk itu, mereka mesti memiliki cinta yang utuh dalam hidup perkawinan. Cinta mereka tidak bisa sepotong-sepotong. Kalau ini yang terjadi, bukan keharmonisan yang terjadi. Tetapi justru yang terjadi adalah kehancuran dalam hidup berkeluarga. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ

Selasa, 18 Januari 2011

Rabu,19 Januari 2011 (Inspirasi Hari Ini)-Mempertahankan Bahtera Perkawinan

Ada seorang ibu mengeluh bahwa suaminya yang sudah sepuluh tahun menikah dengannya ternyata tidak setia. Suaminya punya gandengan lain yang lebih cantik dan muda. Ia mengaku, sejak awal perkawinan itu suaminya tidak pernah memberinya nafkah baik lahir maupun batin. Anehnya, mereka sudah punya dua orang anak yang manis-manis.

Ibu itu juga tidak mengerti mengapa situasi seperti itu bisa terjadi. Yang pasti baginya sekarang adalah suaminya lebih memperhatikan gandengan barunya itu. Bahkan suaminya cuek saja, ketika ia mempersoalkan hal ini. Ia menuntut agar suaminya kembali hidup bersama dengannya. Ia meminta agar suaminya meninggalkan perempuan simpanannya.
Namun suaminya tidak bergeming. Ia semakin mesra dengan cewek selingkuhannya. Sang istri tambah sewot. Apalagi ia mesti menanggung hidup dirinya dan kedua anaknya sendirian. Suatu hari, sang suami itu akhirnya sungguh-sungguh meninggalkan rumah. Ia hidup bersama cewek simpanannya itu.

Kisah seperti ini biasa kita dengar. Ada ketidaksetiaan di antara suami istri, meski mereka sudah lama menjalin hubungan perkawinan. Pertanyaannya, mengapa hal ini mesti terjadi? Ada banyak sebab terciptanya situasi seperti ini. Mungkin saja pasangan itu sejak awal tidak sungguh-sungguh saling mencintai. Mereka menikah karena terpaksa. Bangunan cinta mereka belum sungguh-sungguh kokoh. Dengan demikian, ketika terjadi goncangan terhadap bahtera perkawinan mereka, perkawinan itu pun mudah goyah.

Jalan pintas yang dilakukan adalah perpisahan. Padahal perpisahan itu melukai banyak pihak. Selain suami istri yang mengalami perpisahan itu, anak-anak mereka juga akan mengalami luka batin yang mendalam. Mereka bertumbuh dalam suasana yang tidak seimbang. Tidak ada orang yang menjadi panutan bagi hidup mereka. Mereka bertumbuh dalam suasana ketidaksetiaan.

Karena itu, apa yang mesti dibuat oleh sepasang suami istri untuk mempertahankan perkawinan mereka? Pertama, mereka mesti membangun cinta yang lebih mendalam. Meskipun awalnya cinta mereka kurang mendalam, mereka mesti bisa memulai suatu proses untuk semakin saling mencintai. Ini tidak mudah. Namun mereka mesti mencoba. Mereka tidak boleh putus asa.

Kedua, mempertahankan perkawinan meski digoyang oleh gelombang itu untuk sesuatu yang mulia. Yaitu untuk kelangsungan cinta mereka sendiri dan cinta akan anak-anak yang lahir dari cinta mereka. Untuk itu, pasangan suami istri mesti tetap setia pada komitmen yang telah mereka buat ketika menikah. Bertahan dalam cinta itu lebih indah daripada menyerah kalah karena tantangan yang menghadang.

Sebagai orang beriman, kita ingin agar pasangan suami istri tetap setia seumur hidup dalam hidup perkawinan mereka. Karena itu, mereka mesti menyerahkan hidup mereka kepada Tuhan yang mahapengasih dan penyayang. Tuhan akan senantiasa melindungi setiap suami istri yang penuh iman mempertahankan bahtera perkawinan mereka. **


Frans de Sales, SCJ


Senin, 17 Januari 2011

Selasa,18 Januari 2011 (Inspirasi Hari Ini)-Hidup Di Dunia

Ada seorang tukang kayu. Suatu saat ketika bekerja, secara tak disengaja arlojinya terjatuh dan terbenam di antara tingginya tumpukan serbuk kayu. Arloji itu adalah sebuah hadiah dan telah dipakainya cukup lama. Ia sangat mencintai arloji tersebut. Karenanya ia berusaha keras untuk menemukan kembali arlojinya. Ia mempersalahkan keteledoran diri sendiri.

Lantas tukang kayu itu membongkar tumpukan serbuk yang tinggi itu. Teman-teman karyawan yang lain juga turut membantu mencarinya. Namun, sia-sia saja. Arloji kesayangan itu tetap tak ditemukan. Tibalah saat makan siang. Para pekerja serta pemilik arloji tersebut dengan lesu meninggalkan bengkel kayu tersebut. Saat itu, seorang anak kecil, yang sejak tadi memperhatikan mereka mencari arloji itu, datang mendekati tumpukan serbuk kayu tersebut. Ia menjongkok dan mencari. Tak berapa lama berselang, ia telah menemukan kembali arloji kesayangan si tukang kayu tersebut. Lantas ia mendatangi tukang kayu itu dan memberikan arloji kesayangannya.

Tukang kayu itu sangat gembira. Namun ia juga heran karena sebelumnya banyak orang telah membongkar tumpukan serbuk namun sia-sia. Namun cuma anak kecil itu seorang diri saja, ia berhasil menemukan arloji itu.

Tukang kayu itu bertanya, "Bagaimana caranya engkau mencari arloji ini?"
Jawab anak kecil itu, "Saya hanya duduk dengan tenang di lantai. Dalam keheningan itu saya bisa mendengar bunyi tok-tak, tok-tak. Dengan itu, saya tahu di mana arloji itu berada."

Kini kita hidup dalam dunia yang bising. Banyak orang mengalami kesulitan untuk mendapatkan keheningan dalam hidup ini. Atau banyak orang kurang menyadari pentingnya keheningan bagi hidup. Kita menyaksikan banyak orang memenuhi dirinya dengan hal-hal yang membuat ramai dirinya. Banyak telinga anak muda tidak lepas dari ear phone. Mereka tampak tidak bisa melepaskan diri dari musik. Akibatnya, mereka juga kurang peduli terhadap lingkungan hidup di sekitar mereka.

Ada lagi orang yang setiap saat selalu memenuhi kamar tidur atau kamar kerjanya dengan bunyi musik yang bising. Menurut mereka, dengan musik seperti itu mereka dapat menghilangkan kesepian hidup. Tetapi soalnya adalah kesepian ada dalam batin manusia. Jadi kehadiran musik hanya menghilangkan kesepian luar saja. Kesepian batin tetap ada. Dibutuhkan suatu keheningan batin untuk mendayagunakan kesepian batin menjadi sesuatu yang berguna bagi hidup.

Dalam keheningan kita dapat menemukan banyak hal baik bagi hidup kita. Kisah tadi merupakan salah satu contoh betapa keheningan itu sangat berguna bagi hidup manusia. Dalam keheningan itu seseorang dapat menemukan hal-hal yang sangat berharga dalam hidupnya.

Sebagai orang beriman, kita tetap membutuhkan keheningan. Dalam keheningan itu kita dapat menemukan dan menangkap kehendak Tuhan bagi hidup kita. Mari kita ciptakan suasana hening dalam diri kita. Dengan demikian, kita dapat menemukan kehendak Tuhan bagi hidup kita. Tuhan memberkati. **


189

Minggu, 16 Januari 2011

Senin,17 Januari 2011 (Inspirasi Hari Ini)-Pengaruh Lingkungan dalam Hidup Kita

Suatu hari, seorang nyonya, istri seorang tokoh masyarakat terkemuka, sedang berkunjung ke desa asalnya. Ketika sedang berjalan-jalan di lingkungan desa, ia mendapatkan segumpal tanah yang bentuknya aneh. Tanah liat itu ternyata berbau harum sekali. Diambilnya tanah liat itu lalu dibawanya pulang ke kota. Meski sudah dibawa berkilo-kilometer jauhnya, tanah liat itu tetap saja masih mengeluarkan aroma harum. Bahkan ketika tanah liat tersebut dibawa ke kamar tidur nyonya itu, seluruh ruangan dipenuhi dengan baunya yang harum.

Malam harinya, karena terdorong keingintahuan yang tak mampu ditahannya lagi, nyonya itu mengambil tanah liat tadi dan mengamat-amatinya. Kemudian ia bertanya dalam hati, “Tanah liat apa ini? Mengapa bisa begini harum? Siapa yang mengharumkannya? Dan untuk apa diharumkan?”

Tiba-tiba tanah liat itu berbicara. “Apakah nyonya benar-benar ingin tahu?” tanya tanah liat itu.
Mendengar kata-kata tanah liat itu, terkejutlah nyonya terhormat itu. Dengan gugup dan amat takut, nyonya itu menjawab, "Eh, iya. Aku ingin tahu."

"Tidak usah takut, Nyonya," kata tanah liat itu. Mendengar kata-kata tanah liat itu, nyonya itu menjadi tenang kembali.

Kata tanah liat itu, "Begini, nyonya. Saya hanyalah tanah liat biasa. Tetapi lama sekali saya ditempatkan berdampingan dengan minyak wangi dari Paris. Bahkan, saya sempat ketumpahan minyak dalam jumlah yang lumayan banyak. Karena itulah saya berbau wangi."

Kita hidup dengan orang yang memiliki berbagai watak, suku, kebiasaan yang berbeda-beda. Keberagaman itu turut mempengaruhi kepribadian kita. Lingkungan hidup di mana kita tinggal ikut berpengaruh dalam pembentukan kepribadian kita. Seseorang dapat memiliki watak yang keras juga dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia hidup. Ia tidak begitu saja lahir dengan watak yang keras. Lingkungan berperanan dalam membentuk watak seseorang.

Atau orang yang tumbuh dalam suasana kasih dan saling mengampuni akan memiliki watak seperti ini dalam perjalanan hidupnya. Ia menjadi orang yang mudah diterima oleh banyak orang, karena begitu mudah memperhatikan sesamanya yang membutuhkan pertolongannya. Ia menjadi orang yang mudah mengampuni sesamanya yang melakukan kesalahan terhadapnya.

Namun semua itu mesti mengalami proses dalam perjalanan hidup seseorang. Untuk itu, orang mesti berani mengolah kepribadiannya. Orang tidak bisa membiarkan wataknya yang keras dan mau menang sendiri terus-menerus bertumbuh dan berkembang. Kita hidup bersama orang lain. Mereka juga memiliki watak yang mempengaruhi hidup kita. Ada orang yang begitu mudah menyerah pada apa yang sudah ada. Tentu hal ini mesti mendapatkan perhatian. Kita ingin menjadi orang-orang yang memiliki kepribadian yang lemah lembut dan rendah hati.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk mengasah watak dan kepribadian kita. Dengan demikian kita dapat menjadi orang-orang yang mampu hidup bersama orang lain di sekitar kita. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ

Kamis, 13 Januari 2011

Jumat,14 Januari 2011 (Inspirasi Hari Ini)-Mengolah Pengalaman Hidup




Suatu Pagi yang cerah, ada seorang penganggur yang sedang duduk-duduk di tepi jalan di antara dua kota. Tak lama kemudian, lewatlah seorang turis di jalan itu. Wajahnya tampak kusut. Ketika melintas di hadapan sang penganggur, berhentilah sang turis dan bertanya kepadanya, “Pak, numpang tanya. Orang-orang macam apa yang tinggal di kota di depan itu?”

Tanpa memandang sang turis, sang penganggur balik bertanya, “Orang-orang macam apa yang Anda temui di kota yang baru saja Anda tinggalkan?”

Sang turis menjawab, “Oh, sangat mengerikan. Mereka egois dan kurang ajar.”

Mendengar jawaban itu, sang penganggur mendongakkan kepalanya. Lalu ia berkata, “Kalau begitu, di kota depan itu pun Anda akan menjumpai orang-orang yang sama.”

Tak lama setelah itu, seorang turis lain juga lewat di jalan itu. Wajahnya tampak riang gembira. Ketika melintas di hadapan sang penganggur, berhentilah sang turis dan bertanya kepadanya, "Pak, numpang tanya. Orang-orang macam apa yang tinggal di kota di depan itu?”

Tanpa memandang sang turis, sang penganggur balik bertanya, “Orang-orang macam apa yang Anda temui di kota yang baru saja Anda tinggalkan?”

Sang turis menjawab, “Oh, menyenangkan sekali. Mereka amat baik dan bersahabat.”

Sang penganggur mendongakkan kepalanya. Sambil tersenyum ia berkata kepada sang turis, “Kalau begitu, di kota depan itu pun Anda akan menjumpai orang-orang yang sama.”

Turis itu membalas senyum si penganggur, lalu berjalan menuju ke kota di depannya dengan gembira.

Pengalaman hidup kita dapat mempengaruhi cara pandang kita terhadap orang lain atau suatu masyarakat tertentu. Orang yang memiliki pengalaman indah tentang orang lain atau suatu masyarakat akan menyimpan dalam hatinya hal-hal yang baik. Orang yang punya pengalaman masa lalu yang jelek tentang orang lain atau suatu masyarakat akan menyimpan memori yang jelek pula.

Untuk itu, orang mesti mampu mengolah pengalaman masa lalu itu. Kisah tadi menunjukkan bahwa turis kedua dapat mengolah pengalaman masa lalunya. Ia memiliki suasana gembira dalam hatinya, karena ia memiliki pengalaman yang indah. Namun semestinya setiap orang mampu memiliki kegembiraan dalam hidupnya, meski memiliki pengalaman masa lalu yang kurang begitu baik.

Orang mesti berani menerima pengalaman jelek masa lalunya dan mengolahnya menjadi sesuatu yang berguna bagi hidupnya. Pengalaman masa lalu yang jelek itu mesti mengalami proses daur ulang. Hal ini membutuhkan suasana batin yang baik dan menyenangkan.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa mampu mengolah pengalaman-pengalaman hidup kita. Hanya dengan mengolahnya dengan baik, kita akan menjadi orang-orang yang senantiasi menghiasi hidup kita dengan suasana kegembiraan. Mari kita pandai-pandai mengolah pengalaman hidup kita. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ

Rabu, 12 Januari 2011

Kamis,13 Januari 2011 (Inspirasi Hari Ini)-Menemukan Solusi Atas Persoalan

Suatu senja, seorang laki-laki mengendarai seekor kuda menuju ke laut dan sampai di sebuah penginapan. Ia turun dari kuda dan dengan keyakinan seperti pengendara lain yang menuju ke laut malam itu, ia menambatkan kudanya di sebatang pohon di samping pintu dan memasuki rumah penginapan.
Tengah malam, ketika semua sedang tidur, seorang pencuri datang dan mencuri kuda pengembara itu. Di pagi harinya, laki-laki itu bangun dan mendapati kudanya telah dicuri orang. Ia sangat bersedih hati karena kudanya. Mengapa ada orang yang tega mencurinya? Kemudian, tamu-tamu lain yang tinggal di penginapan itu datang mengerumuninya dan mulai berbicara.

Laki-laki pertama berkata, “Betapa bodohnya kamu menambatkan kuda di luar kandang.”

Laki-laki kedua berkata, “Lebih bodoh lagi karena tak kauikat kaki kuda itul"

Laki-laki ketiga berkata, “Terlampau bodoh menuju laut dengan mengendarai kuda.”

Dan yang keempat berkata, “Hanya kaki kudalah yang lamban dan malas.”

Pengembara itu semakin heran. Kemudian ia berteriak, “Sahabat-sahabatku, karena kudaku dicuri, kalian buru-buru mencerca kesalahan dan kekuranganku. Tapi aneh, tak satu kata pun kalian ucapkan untuk menyalahkan orang yang telah mencuri kudaku.”

Mengeritik orang lain itu sering terjadi dalam hidup manusia. Orang sering merasa dirinya yang paling baik dan benar. Ia tidak menyadari bahwa apa yang dikritiknya itu sebenarnya tidak mampu ia lakukan. Ada orang yang hanya bisa mengkritik orang lain. Apa saja yang dibuat oleh orang lain dianggap salah.

Kisah tadi menunjukkan bahwa orang mesti hati-hati dalam mengkritik sesamanya. Orang mesti berani memberi solusi-solusi, tidak hanya mengkritik sesamanya. Sebenarnya kritik itu baik sejauh kritik itu membangun atau memperbaiki situasi yang kurang beres menjadi beres. Sebuah kritik yang tidak memberi kemajuan dalam hidup bersama hanyalah sebuah kritik yang tidak bermakna.

Sebagai orang beriman, kita mesti menyadari diri kita sendiri. Kita boleh saja mengkritik kalau kritik itu memberikan suatu kemajuan dalam hidup bersama. Kritik yang baik selalu memberi kemungkinan-kemungkinan bagi pembangunan hidup bersama. Kita tidak begitu saja mengkritik perbuatan orang lain. Sebelum kita mengkritik, kita mesti tahu lebih dulu apakah kritik itu mampu memberi manfaat bagi hidup bersama atau tidak.

Kalau sebuah kritik hanya memecah belah hidup bersama, kita mesti bertanya diri apakah kritik kita itu relevan atau tidak. Karena itu, mari kita membangun suatu hidup bersama yang baik. Kita beri solusi-solusi yang baik terhadap setiap persoalan yang kita hadapi dalam hidup bersama. Dengan demikian hidup kita menjadi lebih baik. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ

Senin, 10 Januari 2011

Senin,10 Januari 2011 (Inspirasi Hari Ini)-Berdoa Dengan Hati yang Tulus

Ada seorang pemuda yang malas berdoa. Ia berkata bahwa doa pagi waktu bangun tidur dan doa malam menjelang tidur intisarinya setiap hari sama saja. Waktu malam intinya ialah mengucap syukur untuk perlindungan sepanjang hari, lalu memohon perlindungan Tuhan untuk sepanjang malam. Sedangkan doa pagi intinya ialah berterima kasih untuk perlindungan sepanjang malam dan memohon kekuatan serta perlindungan untuk kehidupan di hari yang baru.
Pemuda itu kemudian mengambil dua helai kertas dan menuliskan doa pagi dan doa malam yang sudah ia hafal dengan baik. Setelah selesai ia tempelkan doa pagi di sebelah kiri tempat tidurnya dan doa malam di sebelah kanannya.

Keesokan harinya, ketika bangun di pagi hari, ia hanya berkata kepada Tuhan: “Tuhan, Engkau kupersilakan membaca doa pagiku di sebelah kiri ini. Silahkan baca ya Tuhan, itulah doaku.” Pada waktu malam, dengan mata yang mengantuk ia berkata, “Tuhan saya mau tidur. Silakan Engkau baca sendiri doa malamku.”

Doa seperti pemuda ini memang sangat gampang. Tetapi kemalasan seperti ini sering tidak membawa kebahagiaan bagi hidup. Doa seperti ini sering menghantui hidup seseorang. Orang berdoa hanya karena merasa wajib. Kalau tidak ada kewajiban, orang tidak perlu berdoa.

Hal yang sama akan terjadi ketika seseorang menjalankan ibadahnya hanya karena kewajiban agamanya. Ia merasa sudah beres kalau sudah melaksanakan kewajiban itu. Akibatnya, orang akan merasa dikejar-kejar oleh kewajiban. Padahal ibadah yang baik itu mesti dilaksanakan dengan hati yang bebas. Doa yang baik itu mesti muncul dari hati yang tulus. Doa orang yang percaya itu tidak memerintah Tuhan untuk bekerja bagi dirinya.

Karena itu, sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa berdoa dengan hati yang tulus. Doa orang yang tulus itu didengarkan oleh Tuhan. Untuk itu, orang tidak perlu berdoa dengan panjang-panjang. Berdoa dengan kalimat-kalimat yang pendek itu akan sangat efektif dan menghasilkan banyak buah bagi hidup.

Mari kita berusaha berdoa dengan hati yang tulus. Dengan demikian Tuhan yang mahapengasih dan penyayang memberikan yang terbaik yang kita butuhkan dalam hidup ini. Kita yakin, Tuhan itu baik kepada kita. Kita percaya Tuhan selalu mendengarkan doa-doa kita. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ

Jumat, 07 Januari 2011

Sabtu,8 Januari 2011 (Inspirasi Hari Ini)-Berusaha Menjadi Sabar di Hadapan Tuhan

Suatu hari seorang pemuda masuk ke rumah makan dan duduk di kursi yang disediakan di sana. Beberapa saat kemudian, datanglah seorang pelayan dengan daftar menu makanan restoran itu dan secarik kertas. Tujuannya agar pemuda itu menuliskan pesanan makanannya di atas kertas itu. Tetapi pemuda itu tidak menulis apa-apa. Ia hanya berkata, “Tolonglah agar segera dibuatkan makanan yang enak untukku. Saya sangat lapar.”

Pelayan itu menjadi heran. Lalu ia berkata, “Anda harus menuliskan dahulu di atas kertas ini makanan apa yang hendak Anda pesan. Setelah itu makanan itu dibuat oleh juru masak di dapur. Anda boleh lihat di daftar menu hari ini. Ada nasi rames, nasi uduk, soto ayam, bakmi goreng, capcay, tekwan dan mpek-mpek.”

Pemuda itu menjadi tidak sabar. Dengan marah ia berkata, “Aku tidak peduli. Pokoknya aku minta makanan secepatnya.”

Ada banyak orang yang kurang sabar dalam hidupnya. Bahkan ketika mereka memohon pertolongan dari Tuhan pun mesti cepat-cepat dikabulkan. Pikir mereka, tidak ada waktu lagi untuk menunggu lebih lama. Maka mereka sering memaksakan kehendak kepada Tuhan. Doa mereka harus segera terlaksana dalam hidup mereka.

Pertanyaannya, apakah sikap seperti ini menunjukkan sikap hati seorang yang beriman kepada Tuhan? Orang yang beriman itu orang yang sabar. Orang beriman itu orang yang penuh penyerahan diri kepada Tuhan. Dalam berdoa, orang beriman itu membiarkan Tuhan mengabulkan doa-doanya atau tidak. Pengabulan doa itu ada di tangan Tuhan. Yang penting bagi seorang beriman adalah ia berdoa kepada Tuhan dengan penuh pengharapan.

Doa yang manjur itu terjadi di kala orang mengarahkan doa-doanya kepada Tuhan. Maksudnya jelas bagi hidupnya. Orang yang tidak macam-macam. Orang yang tidak menggerutu dalam doanya akan mendapatkan pengabulan doa dari Tuhan. Doa dengan penuh iman itu membawa kebahagiaan bagi hidup.

Karena itu, sebagai orang beriman kita diajak untuk senantiasa menyerahkan setiap permohonan kita kepada Tuhan. Kita biarkan Tuhan yang mahapengasih dan penyayang itu mengabulkan permohonan kita. Tuhan yang punya hak untuk mengabulkan atau tidak mengabulkan doa-doa kita.

Mari kita berusaha untuk bersabar dalam doa-doa kita. Kita percayakan seluruh hidup kita ke dalam tangan Tuhan. Biarlah Tuhan yang mengabulkan setiap doa permohonan kita. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ

Rabu, 05 Januari 2011

Kamis,6 Januari 2011 (Inspirasi Hari Ini)-Berdoa Untuk Kebaikan Sesama

Ada seorang yang sangat saleh. Dia bernama Hyde. Ia menggunakan waktunya berjam-jam untuk berdoa setiap harinya, sehingga orang menyebutnya: Hyde si pendoa. Sebagai seorang yang sangat tekun berdoa, namanya sangat terkenal di seluruh dunia.

Pada suatu hari, seorang tokoh terkenal dari luar kota datang mengunjungi Hyde. Ia diperkenankan masuk ke dalam ruangan di mana Hyde sedang berdoa. Orang ini berpikir, “Ah... sebentar lagi aku pasti akan mendengar doa paling indah dari kata-katanya.”

Ketika ia masuk ke dalam ruangan itu, ia memang melihat Hyde sedang berdoa dengan penuh kesungguhan. Lalu ia juga ikut berlutut di sebelah Hyde. Tetapi ia tidak mendengar Hyde mengucapkan sepatah kata pun. Setelah ditunggu 5 menit, yang keluar dari mulut Hyde hanyalah kata ‘Tuhan’. Lima menit kemudian, nama Tuhan disebut lagi. Dan tidak berapa lama kemudian Hyde kembali mengucapkan nama terindah itu: ‘Tuhan’.
Apa yang terjadi? Tokoh terkenal yang berdoa di sisi Hyde itu menceritakan bahwa ketika Hyde menyebut nama Tuhan sampai tiga kali, ruangan itu dipenuhi dengan kuasa Tuhan sedemikian rupa. Ia merasa tubuhnya hampir terangkat dari lantai.

Doa adalah nafas kehidupan manusia. Sebagaimana tanpa nafas tubuh kita akan mati, demikianlah tanpa doa, kerohanian kita akan merana. Banyak orang menganggap remeh kekuatan doa. Ada orang yang menganggap bahwa berdoa itu membuang-buang waktu saja. Tidak ada hasil apa-apa. Benarkah demikian?

Kisah tadi menunjukkan bahwa doa mempunyai kekuatan yang luar biasa. Doa yang singkat tidak kalah kuatnya dengan doa yang panjang-panjang. Apalagi kalau doa itu dilantunkan dengan penuh iman kepada Tuhan.

Semua agama mengajarkan kepada kita betapa penting doa itu. Doa seseorang memiliki kekuatan untuk mengubah hati manusia. Manusia yang keras hatinya dapat berubah menjadi lembut, kalau ia didoakan oleh sesamanya. Kalau orang itu dipersembahkan kepada Tuhan, ia akan memiliki hati yang lemah lembut dan rendah hati.

Kata orang, kekerasan hati hanya dapat diubah dengan doa orang-orang yang penuh harap kepada Tuhan. Sebagai orang beriman, kita semua diajak untuk memanjatkan doa bagi semua orang yang ada di sekitar kita. Kita tidak hanya mendoakan diri kita sendiri. Kita mesti doakan juga orang-orang yang berada di sekeliling kita. Mereka menjadi bagian dari hidup kita. Mereka juga mesti mendapatkan perhatian dari kita lewat doa-doa kita.

Karena itu, mari kita berdoa setiap waktu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk semua orang. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ

Rabu,5 Januari 2011 (Inspirasi Hari Ini)-Membuat Prioritas Dalam Hidup

Entah karena terlalu lama bermain game perang yang menggunakan pedang, seorang anak kalap mengambil pedang dan menusuk keluarganya saat diminta berhenti bermain game.
Itulah yang terjadi di suatu pagi di Switzerland. Seorang anak berumur 19 tahun tak terima diminta berhenti bermain game kesukaannya oleh ibunya. Kesal, ia langsung mengambil pedang sepanjang 60 cm dan menusuk sang ibu layaknya menikam musuh di dalam game.
Kejadian itu sontak membuat kakak pemain game itu membela sang ibu. Alhasil, sang kakak juga terkena tusukan. Kedua korban segera dilarikan ke rumah sakit, karena menderita luka tusukan di tangan dan perut.

Beberapa hari kemudian kedua korban tersebut sudah membaik. Sang kakak sudah tak lagi dirawat, sementara ibunya masih dirawat untuk pengobatan lebih lanjut.

Tidak dijelaskan lebih detil, game apa yang sangat digandrungi remaja kalap itu. Hanya disebutkan, game tersebut merupakan Role Playing Game (RPG) yang banyak menggunakan pedang untuk membasmi musuh.

Saat ditangkap dan diperiksa, remaja itu dinyatakan sehat dan tidak menderita penyakit psikologis apapun. Perbuatannya itu murni karena marah dan kalap. Sebesar itukah pengaruh game kesukaannya hingga dapat 'terbawa' ke dalam kehidupan nyata?

Sesuatu yang sepele bisa membawa akibat fatal bagi kehidupan. Menegur anak sendiri yang terlalu berlebihan dengan hobbynya bisa saja membawa malapetaka. Untuk itu, orang mesti hati-hati.

Dalam kehidupan sehari-hari kita berjumpa dengan orang-orang yang begitu total dengan hobby-hobbynya. Misalnya, ada suami yang hobby memelihara burung-burung. Di waktu pagi, siang dan sore, ia mencurahkan perhatiannya untuk burung-burung peliharaannya. Ia begitu tenggelam dalam kehidupan burung-burung itu. Sering terjadi ia lebih peduli pada burung-burung itu daripada anak-anak atau istrinya. Prioritas perhatian untuk mereka semakin merosot. Akibatnya, relasi mereka menjadi renggang. Padahal anak-anaknya membutuhkan perhatian yang lebih untuk pertumbuhan kepribadian mereka.

Ada banyak dalih yang akan keluar dari mulut suami itu kalau diingatkan oleh istrinya tentang perhatian bagi anak-anaknya. Ia akan membela diri. Misalnya, ia akan mengatakan bahwa perhatian untuk anak-anak bisa dilakukan oleh ibu atau guru-guru di sekolah. Nanti kalau anak-anak yang sudah mulai menyeleweng dari kaidah-kaidah kehidupan bersama, lalu ia mulai sadar. Syukur-syukur kesadaran itu muncul sebelum penyelewengan itu belum terlalu jauh. Tetapi kalau sudah terlalu jauh akan berakibat fatal bagi kehidupan anak-anak itu.

Sebagai orang beriman, kita ingin agar kita memiliki prioritas-prioritas dalam hidup ini. Kita ingin menempatkan hal yang paling utama dalam hidup kita. Hal-hal lain yang menjadi pendukung hidup kita bukan menjadi prioritas perhatian kita. Untuk itu, keluarga-keluarga mesti duduk bersama menentukan prioritas apa yang menjadi perhatian mereka dalam kehidupan bersama. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ


Senin, 03 Januari 2011

Selasa,4 Januari 2011 (Inspirasi Hari Ini)-Jangan Hanya Bermimpi

Di sebuah gunung yang tinggi terdapat satu sarang burung elang. Sarang itu berisi empat butir telur besar. Suatu hari, terjadi sebuah gempa yang mengguncang gunung itu, sehingga menyebabkan sebuah telur terlempar keluar sarang, bergulir ke kaki gunung, hingga berhenti di dekat peternakan ayam. Ayam-ayam yang melihat telur itu berpikir bahwa telur besar itu pun harus dilindungi dan dijaga. Ada seekor ayam bersedia mengerami dan memelihara telur elang itu.
Setelah beberapa hari, telur itu pun menetas dan lahirlah seekor elang yang indah. Sayangnya, elang itu dibesarkan untuk menjadi seekor ayam, sehingga sang elang kecil itu pun percaya bahwa ia tidak lebih dari seekor ayam. Sang elang mencintai rumah dan keluarganya, tapi jiwanya berteriak agar dia dapat melakukan lebih banyak lagi.
Ketika suatu kali elang bermain-main di halaman, dia melihat ke atas di mana ada segerombol besar elang sedang terbang dengan sangat gagahnya.

Elang itu berteriak, “Oh, saya ingin bisa terbang seperti burung-burung itu.”

Para ayam pun menertawakan keinginannya itu. Kata mereka dengan nada ejekan, “Kamu tidak bisa terbang seperti burung-burung itu. Kamu tidak dapat terbang dengan burung-burung itu. Kamu adalah ayam dan ayam tidak terbang tinggi.”

Sang elang terus memandangi kelompok elang itu. Keluarganya yang asli berada di atas sana. Dia bermimpi bisa hidup bersama mereka. Sang elang tidak bisa melupakan mimpinya. Tetapi setiap kali dia membicarakan hal itu, semua ayam mengatakan bahwa dia tidak bisa terbang. Dan dia pun percaya. Akhirnya, sang elang berhenti bermimpi dan melanjutkan hidupnya sebagai seekor ayam hingga akhir hayatnya.

Ada orang merasa bahwa mereka hidup dalam suasana yang salah. Dalam kondisi ekonomi sulit begitu, ada orang yang menyesal hidup saat ini. Mereka bermimpi seandainya mereka hidup di tahun tujuhpuluhan mungkin hidup mereka lebih baik. Atau ada juga yang bermimpi hidup di negeri yang makmur dan aman sentosa. Mereka yakin, hidup mereka jauh lebih baik.

Tetapi sekarang orang mesti realistis. Inilah hidup itu. Hidup di jaman sekarang banyak menantang manusia. Manusia dituntut untuk menerima kenyataan hidup ini. Namun manusia mesti tetap berusaha untuk keluar dari kesulitan-kesulitan hidup itu. Caranya adalah dengan menyatukan kemauan, kerja keras dan mimpi. Orang yang ingin keluar dari kesulitan hidup itu mesti berani kreatif melakukan berbagai hal yang baik dan positif untuk kemajuan dirinya.

Inilah iman yang hidup. Iman yang hidup itu iman yang tampak dalam hidup nyata. Orang yang mau mengamalkan imannya dalam hidup sehari-hari itu menjadikan iman itu nyata dan berguna. Iman yang nyata dan berguna itu memotivasi orang untuk tetap bertahan dalam kesulitan hidup. Iman seperti ini mendorong orang untuk tetap melakukan hal-hal yang baik untuk keluar dari kesulitan hidup itu.

Karena itu, mari kita bekerja keras. Jangan terlalu lama bermimpi tentang hidup yang enak dan bahagia. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ