Jumat, 26 Agustus 2011

26 Agustus-Hati yang Mudah Tergerak oleh Belaskasihan

Hati yang Mudah Tergerak oleh Belaskasihan



Ibu Teresa merasa terpanggil untuk melayani kaum miskin dan terlantar di kota Kalkuta. Tetapi peristiwa itu datang tidak terduga. Secara kebetulan ia menyaksikan orang-orang sakit yang menderita di jalanan kota Kalkuta. Tidak ada yang mengurus mereka. Begitu banyak yang kemudian mati tak berdaya.

Ibu Teresa tersentuh oleh penglihatan matanya itu. Waktu itu, ia seorang suster yang berprofesi sebagai seorang guru. Karena itu, bukanlah bidangnya kalau ia mengurusi kaum miskin, sakit dan terlantar.

Namun apa yang terjadi kemudian adalah ia merasa panggilan Tuhan di dalam hatinya begitu kuat. Panggilan Tuhan untuk mengurusi orang-orang miskin, sakit dan terlantar begitu menggetarkan hatinya. Karena itu, ia putar haluan. Ia melepaskan profesinya sebagai seorang guru dengan segala keteraturannya. Ia mulai mengurusi orang-orang miskin, sakit dan terlantar di kota Kalkuta, India.

Ia mulai mendatangi para gelandangan. Dengan tangannya sendiri ia mengangkat mereka dan membawanya ke tempat tinggalnya. Di sana ia membersihkan tubuh mereka. Luka-luka di tubuh mereka ia obati. Ia lantas memberi mereka makan. Ada yang sedang sekarat, ia beri ketenangan agar dapat meninggal dengan damai.

Karya Ibu Teresa ini kemudian berkembang. Banyak orang mulai membantu karyanya. Mereka memberi penghargaan yang besar atas karyanya itu. Sampai akhirnya ia menerima hadiah nobel perdamaian karena karyanya itu.

Di sekitar kita ada begitu banyak orang yang miskin, sakit dan terlantar. Mereka membutuhkan uluran tangan dari kita. Namun yang kita butuhkan adalah hati yang mudah tergerak oleh belaskasihan. Orang-orang yang miskin, sakit dan terlantar itu seringkali kurang mendapatkan perhatian. Bahkan tidak jarang mereka dicurigai.

Tuhan terus-menerus memanggil kita untuk membantu sesama yang miskin, sakit dan terlantar. Seketul roti saja akan sangat berharga bagi mereka yang miskin. Banyak orang kekurangan makanan. Untuk sekedar hidup saja banyak orang mengalami kesulitan.

Karena itu, kalau kita memiliki hati yang mudah tergerak oleh belaskasihan seperti Ibu Teresa, tentu kita akan segera membantu sesama yang sangat membutuhkan bantuan kita. Untuk itu, kita butuh rahmat dari Tuhan. Rahmat ini kita butuhkan, agar kita kuat dalam melibatkan diri untuk membantu mereka yang miskin, sakit dan terlantar.

Sebagai orang beriman, hati kita mesti mudah tergerak oleh penderitaan sesama. Karena itu, mari kita mendidik diri kita agar mudah tergerak melihat sesama yang menderita. Bayangkan, kalau mereka yang menderita itu adalah kita sendiri. Tentu kita butuh bantuan dari orang lain. Karena itu, mari kita mengulurkan tangan untuk membantu sesama yang menderita. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ


sumber: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2010/02/hati-yang-mudah-tergerak-oleh.html

Kamis, 25 Agustus 2011

25 Agustus-Membagikan Kemampuan Diri

Membagikan Kemampuan Diri


Andrew Carnegie, seorang yang berjasa terhadap bangsa Amerika, suatu hari mengeluh. Ia berkata, “Saya berutang terhadap semua keberhasilan yang pernah saya raih. Khususnya terhadap kemampuan saya untuk membuat orang-orang yang lebih pandai dari saya yang berada di sekitar saya.”

Carnegie mengaku, semasa hidupnya ia kurang mampu melakukan satu hal penting. Ia tidak bisa menularkan kelebihannya kepada orang lain. Kelebihannya itu ia gunakan untuk dirinya sendiri. Orang lain tidak boleh memiliki kelebihannya. Ia baru sadar, ketika ia sudah menjadi tua.

Karena itu, ia merasa memiliki utang yang besar terhadap bangsanya. Ia menyesal, dulu sewaktu muda ia tidak menularkan kelebihannya itu kepada orang-orang yang ada di sekitarnya. Seandainya keahliannya itu ia tularkan kepada orang lain, tentu banyak orang akan menggunakannya untuk kemajuan bangsa manusia.

Sering kita menyaksikan hal-hal seperti ini terjadi dalam hidup sehari-hari. Seorang pengusaha tentu akan tetap menjaga rahasia suksesnya. Ia tidak ingin rahasia suksesnya itu ditiru oleh orang lain. Baginya, rahasia sukses itu mesti ia simpan rapat-rapat untuk dirinya sendiri. Orang lain tidak perlu tahu.

Tentu hal ini sah-sah saja. Tidak ada orang yang bisa melarang seseorang untuk menyimpan rahasia suksesnya untuk dirinya sendiri. Namun seperti kisah di atas, hal yang baik yang tidak ditularkan kepada orang lain itu akan mati bersama orang yang memilikinya.

Hal yang baik itu tidak akan bertumbuh dan berkembang. Hal yang baik itu akan tetap satu saja. Tidak akan menjadi banyak. Padahal dalam hidup ini kita butuh semakin banyak hal baik yang mesti dikembangkan.

Kalau kita menularkan kebaikan-kebaikan atau keahlian-keahlian kita kepada orang lain di sekitar kita, maka hal-hal itu akan bertumbuh dan berkembang. Keahlian yang kita miliki itu akan hidup terus dalam diri orang-orang lain.

Sebagai orang-orang, kita didorong oleh suatu semangat untuk membagikan apa yang kita miliki kepada orang lain. Dalam hal ini yang kita miliki itu kemampuan atau keahlian dalam diri kita. Ketika kita membagikan atau menularkan hal ini kepada sesama, berarti kita ingin membagikan kasih kita kepada sesama yang ada di sekitar kita. Kasih itu juga tumbuh melalui hal-hal seperti ini. Kasih itu menjadi tampak, ketika kita membagikan kemampuan diri kita kepada orang-orang yang ada di sekitar kita. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ


sumber: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2010/02/membagikan-kemampuan-diri.html

Rabu, 24 Agustus 2011

24 Agustus 2011-Memperlakukan Sesama dengan Baik

Memperlakukan Sesama dengan Baik


Tiba-tiba saja seekor singa keluar dari kandangnya ketika sedang diadakan sebuah karnaval. Semua orang yang berada di sekitar kandang singa itu langsung lari terbirit-birit. Ibu-ibu menangis histeris ketakutan. Mereka berusaha menyelamatkan anak-anak mereka.

Semua orang berusaha menyelamatkan diri. Namun tiba-tiba muncul seorang anak kecil berjalan menuju singa itu. Ia tidak menyadari apa yang sedang terjadi. Ibunya berteriak histeris memanggil nama anaknya. Namun anak itu semakin cepat berlari menuju singa, si raja rimba itu.

Begitu dekat singa itu, ia langsung mengelus-elus singa itu. Herannya, singa itu tidak menerkamnya. Malah singa itu menjilat-jilat tangan anak itu. Mereka berdua pun saling memberikan perhatian dengan cara mereka masing-masing. Singa itu tidak hanya menjilat-jilat tangan anak itu. Ia juga menjilat mukanya, punggungnya dan kaki anak itu. Anak itu tertawa gembira mendapat perlakuan yang begitu baik dari singa itu. Sementara ibunya merinding ketakutan.

Tidak lama kemudian singa itu masuk kembali ke kandangnya. Anak itu mengunci kandangnya kembali. Setelah mengelus-elus dahi singa itu, anak itu kembali kepada ibunya yang sedang bercucuran air mata.

Begitu sampai dalam pelukan ibunya, anak itu tertawa gembira. Hari itu ia bisa menaklukan si raja rimba dengan elusan-elusannya. Ibunya bertanya, “Nak, mengapa kamu lakukan itu? Mama sangat cemas melihat tingkahmu. Lain kali mama tidak akan membawamu lagi kalau ada karnaval.”

Sambil tersenyum, anak itu menjawab, “Mama, singa itu sudah terlatih dengan baik oleh pelatihnya. Pasti dia tidak sembarangan menyerang orang. Apalagi kalau dia lihat anak kecil seperti saya. Dia pasti kasihan terhadap saya, mama. Kan tadi saya memperlakukannya dengan baik. Saya tidak marah kepadanya. Saya hanya mengandalkan senyum saya.”

Ibunya terheran-heran mendengar kata-kata anaknya. Senyum anak itu telah menyelamatkan dirinya dari sergapan singa. Apalagi anak itu memperlakukan singa itu dengan baik.

Sering kali orang salah persepsi terhadap orang lain. Orang yang penampilannya seram sering dikira sebagai orang yang ganas pula. Karena itu, orang mesti hati-hati dalam menilai orang lain. Orang yang tampilannya seram itu belum tentu punya sifat yang jelek pula.

Untuk itu, orang mesti berpikir positif terhadap sesama yang ada di sekitarnya. Artinya, orang mesti tidak memiliki praduga-praduga yang bukan-bukan terhadap orang lain. Yang mesti diutamakan adalah menerima kehadiran sesama secara baik. Orang juga mesti memperlakukan sesamanya dengan baik. Dengan demikian tidak terjadi kekacauan dalam hidup ini.

Dalam kisah di atas, anak itu memperlakukan singa itu dengan baik. Ia mengelusnya. Ia melayangkan senyum kepadanya. Perbuatan anak itu membuat singa yang ganas itu luluh.

Mari kita berusaha berbuat baik kepada setiap orang yang kita jumpai dalam hidup ini. Kita singkirkan berpikir negatif tentang orang lain dari pikiran kita. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ


sumber:http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2010/02/memperlakukan-sesama-dengan-baik.html

Selasa, 23 Agustus 2011

23 Agustus-Memberi Semangat kepada Orang Lain

Memberi Semangat kepada Orang Lain

Di suatu Tahun Baru, seorang milyoner menghadapi suatu tragedi yang mengerikan. Milyoner yang bangga karena tidak pernah memberi tips bagi setiap pelayanan itu kehilangan kepala akuntannya. Akuntannya itu bunuh diri dengan minum racun maut. Padahal selama tiga puluh tahun bekerja dengan milyoner itu, tidak ada masalah antara mereka. Laporan keuangan selalu ia buat dengan sangat baik. Tidak ada keanehan apa-apa pada laporan keuangan itu.

Bahkan laporan keuangan itu teratur secara sangat rapi dan sempurna. Akuntan itu seorang yang sangat jujur. Ia tidak pernah membuat rekayasa-rekayasa dalam membuat laporan keuangan. Ia juga seorang yang sangat pendiam. Satu-satunya surat yang ditinggalkan akuntan itu hanyalah surat pendek yang ditujukan kepada milyoner itu.

Isi suratnya adalah “Selama tiga puluh tahun bekerja, saya tidak pernah mendapat dorongan semangat satu kata pun. Saya bosan!”

Setelah membaca surat singkat itu, milyoner itu sangat terkejut. Ternyata apa yang ia perlihatkan selama ini tidak selalu menyenangkan semua pegawainya.

Memberikan motivasi kepada orang lain itu sangat berguna. Orang akan melihat sesuatu yang memberi semangat itu sebagai suatu kekuatan dalam usaha-usaha mengembangkan diri. Ada orang mengatakan bahwa salah satu yang membentuk keahlian seseorang itu adalah adanya motivasi dari luar diri. Motivasi yang diberikan oleh seorang pemimpin itu ternyata memberikan kekuatan dalam diri seseorang untuk mengembangkan keahliannya.

Kisah di atas menunjukkan bahwa seorang yang ahli itu masih membutuhkan semangat dari pemimpinnya. Ada berbagai bentuk semangat yang bisa diberikan. Misalnya, pujian atau ucapan terima kasih atas apa yang telah dibuat. Atau bisa juga dalam bentuk hadiah atas suatu prestasi yang telah ditunjukkan.

Bentuk-bentuk semangat ini diberikan tanpa biaya yang tinggi. Tetapi orang yang menerima penghargaan itu akan sangat bergembira. Ia merasa bahwa apa yang ia buat itu membahagiakan orang lain. Apa yang ia lakukan itu ternyata berkenan di hati pemimpinnya. Dalam kondisi seperti ini semangat untuk bekerja akan semakin kuat. Semangat untuk meningkatkan kemampuannya akan dikembangkan terus-menerus tanpa diperintah oleh orang lain.

Sering kali kita menganggap remeh pujian yang kita berikan kepada orang lain. Atau kita menganggap biasa ucapan terima kasih yang kita tujukan kepada orang lain. Namun pujian atau terima kasih itu sangat bernilai bagi yang menerima. Karena itu, baiklah kita senantiasa memberi pujian dan ucapan terima kasih kepada mereka yang bekerja dengan kita siapa pun mereka. Kalau Anda punya pembantu yang baik, berilah pujian kepadanya setelah ia melakukan pekerjaannya dengan baik. Ucapkanlah terima kasih untuknya. Hal-hal ini akan membantunya untuk meningkatkan kinerjanya dalam pekerjaannya.

Sebagai orang beriman, mari kita saling memberi semangat agar hidup ini semakin bermakna. **


Frans de Sales, SCJ

sumber: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2010/02/memberi-semangat-kepada-orang-lain.html

Senin, 22 Agustus 2011

22 Agustus-Melihat dengan Mata Batiniah

Melihat dengan Mata Batiniah

Sebuah perusahaan kosmetik berhasil meminta warga kota besar untuk mengirim surat singkat dan foto wanita paling cantik yang mereka kenal. Hanya dalam tempo beberapa minggu saja ribuan surat diterima oleh perusahaan itu.

Ada salah satu surat yang menarik perhatian karyawan, sehingga memberikannya kepada pemimpin perusahaan. Surat itu ditulis oleh seorang anak laki-laki yang berasal dari keluarga yang berantakan dan tinggal di lingkungan yang kumuh. Surat itu berbunyi, “Seorang wanita cantik tinggal di dekat rumah saya. Saya mengunjunginya setiap hari. Dia membuat saya merasa seperti anak yang paling penting di dunia. Kami bermain dam bersama dan dia mendengarkan setiap persoalan saya. Dia memahami saya dan ketika saya pergi, dia selalu mengatakan betapa bangganya dia terhadap saya.”

Anak laki-laki itu mengakhiri suratnya dengan berkata, “Inilah foto wanita paling cantik di dunia. Saya berharap memiliki istri secantik dia.”

Karena tertarik dengan surat itu, pemimpin perusahaan tersebut meminta foto wanita itu. Sekretarisnya menunjukkan foto seorang wanita ompong yang sudah lanjut usia sedang tersenyum dan duduk di kursi roda. Wajah di bawah rambut kelabunya awut-awutan dan penuh kerut-kerut. Matanya memancarkan keramahan.

Pemimpin perusahaan itu berkata, “Kita tidak bisa memakai wanita ini. Wanita ini akan menunjukkan kepada dunia bahwa produk kita tidak membuat seorang wanita menjadi cantik.”

Setiap orang tentu memilih hal yang paling baik dan indah untuk hidupnya. Apa pun yang terjadi, orang akan tetap mau memenuhi hidupnya dengan hal-hal yang terbaik dan indah. Namun dalam kisah di atas, anak laki-laki itu memilih seorang perempuan tua, ompong, beruban dengan wajah yang kerut-kerut sebagai yang tercantik. Tentu dia memiliki suatu pengalaman yang indah dengan perempuan tua itu.

Dari pengalaman itu, ia mau mengatakan bahwa yang cantik, yang indah itu sesuatu yang relatif. Dari sisi wajah, perempuan tua itu sudah tidak cantik lagi. Tetapi dari sisi hati, bagi anak laki-laki itu, perempuan itu seorang yang membuat ia terpesona. Ia menemukan cinta yang mendalam dari hati perempuan tua itu. Hal itu telah mendorongnya untuk memiliki istri yang memiliki kecantikan batiniah.

Kiranya ini yang penting. Dalam kenyataan hidup sehari-hari orang mengutamakan hal-hal yang lahiriah. Hal-hal yang tampil itulah yang diyakini sebagai sesuatu yang paling benar, paling baik. Padahal mata lahiriah sering keliru. Mata lahiriah sering tertipu oleh polesan-polesan lahiriah.

Karena itu, kita butuh mata batiniah yang melihat lebih jeli tentang suatu keadaan. Orang yang memiliki mata batin yang jernih biasanya orang yang peka terhadap situasi di sekitarnya. Orang yang mampu tanggap dan sering menilai sesuatu tidak berdasarkan apa yang dilihat oleh mata lahiriah.

Sebagai orang yang beriman kepada Tuhan, kita diajak untuk menumbuhkembangkan kemampuan mata batiniah kita. Mari kita terus-menerus mengembangkan hidup kita. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ


sumber: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2010/02/melihat-dengan-mata-batiniah.html

Jumat, 19 Agustus 2011

19 Agustus 2011- Waspada terhadap Godaan

Waspada terhadap Godaan


Seorang anak laki-laki Indian merasa bahwa dia siap menjadi pria dewasa. Kepala suku berkata, “Untuk menjadi pria dewasa, kamu harus mampu bertahan di pegunungan selama satu minggu. Jika kamu berhasil hidup, maka kamu dianggap sebagai pria dewasa.”

Pemuda itu pun pergi ke gunung untuk bisa menjadi seorang pria dewasa. Ketika dia mendaki gunung yang paling tinggi, dia melihat seekor ular derik sedang berbaring di atas salju. Pemuda itu terkejut, ketika ular itu berbicara kepadanya. “Tolong saya,” ujar ular yang bergetar kedinginan itu. “Saya kedinginan, tersesat dan jauh dari rumah. Tolong angkat saya dan bawa saya ke lembah yang hangat. Jika saya tetap di sini, saya pasti akan mati.”

Pemuda itu mendekati ular itu. Dia sangat berhati-hati. Pemuda itu berkata, “Saya tahu jenis ular sepertimu. Jika saya mengangkatmu, pasti kamu menggigit saya.”

Ular itu berkata, “Saya tidak akan menggigitmu. Saya akan menjadi temanmu, jika kamu mau membawa saya turun gunung. Percayalah kepada saya.”

Pemuda itu berpikir bahwa ular yang bisa berbicara pasti ular yang spesial. Ia pun mengangkat ular itu lalu membawanya ke lembah yang hangat. Begitu dia meletakkan ular itu ke tanah, tiba-tiba saja ular itu menggeliat dan memagut lehernya. Pemuda itu berteriak kesakitan. Ia berteriak, “Kamu menggigit saya. Kamu berjanji bahwa kamu tidak akan menggigit saya. Sekarang saya akan mati!”

Dengan desis iblis, ular itu berkata, “Mau tidak mau saya harus melakukannya. Kamu sudah tahu persis apa yang akan saya lakukan, kalau kamu mengangkat saya. Selamat tinggal, tolol.”

Ini kisah tragis sebuah perhatian. Pertolongan yang begitu baik dibalas dengan kekejaman. Seperti itu pula kerja dosa. Dosa mencobai kita dan menarik kita, agar kita mendekat. Dosa menyebarkan kebohongan. Dosa membujuk kita untuk melawan akal sehat dan menguasai kita. Dosa meyakinkan kita untuk mempercayainya. Itulah dosa. Dosa justru menunjukkan kuasanya yang paling mematikan, jika kita mengira dia adalah teman kita.


Sebagai orang beriman, tentu kita ingin lebih hati-hati terhadap godaan-godaan di sekitar kita. Banyak orang tentu tidak ingin jatuh ke dalam dosa. Mengapa? Karena dosa itu menyebabkan penderitaan. Namun tidak jarang pula banyak orang tidak tahan terhadap godaan-godaan di sekitarnya. Sudah tahu kalau menggunakan narkoba itu merusak diri dan generasi penerus bangsa, tetapi banyak orang masih nekat menggunakannya.

Karena itu, kita senantiasa diajak untuk selalu waspada terhadap setiap bentuk godaan di sekitar kita. Ada begitu banyak godaan yang dapat membuat kita lengah terhadap bisikan suara hati kita yang jernih. Karena itu, kita mesti selalu mendengarkan suara hati kita yang jernih.

Setiap hari kita mengalami betapa hidup ini begitu indah. Tentu saja indahnya hidup ini tidak tercipta hanya dari yang baik-baik saja. Hidup ini juga tercipta dari kesulitan-kesulitan hidup. Karena itu, mari kita syukuri aneka pengalaman hidup ini. Kita mengsyukurinya karena aneka pengalaman itu mampu membentuk hidup kita seperti sekarang ini. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ


sumber:http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2010/02/waspada-terhadap-godaan.html

Kamis, 18 Agustus 2011

18 Agustus 2011-Menumbuhkan Cinta yang Mampu Menghargai

Menumbuhkan Cinta yang Mampu Menghargai


Jean Ducuing, direktur sebuah kebun binatang di Pessac, Prancis, memiliki seekor kuda nil bernama Komir yang berusia 26 tahun. Ducuing bersahabat dengan binatang ini sejak binatang ini berusia tiga tahun. Usia Ducuing 62 tahun. Selama 23 tahun, setiap hari, Ducuing bermain-main dengan kuda nil itu.

Mereka bermain air bersama. Bahkan Ducuing melakukan guyonan yang keterlaluan. Dia sering memasukkan kepalanya ke mulut binatang yang bermulut lebar itu.

Namun persahabatan yang berlangsung hangat dan mesra itu berubah menjadi tragedi yang mengerikan. Hal itu dimulai, ketika Ducuing membeli sebuah traktor yang dipakainya untuk bekerja di sekeliling kebun binatang itu. “Kami memperhatikan bahwa setiap kali Ducuing mengendarai traktornya, Komir menjadi marah,” kata Jean-Claude Marchais, teman dekan Jean Ducuing.

Puncaknya terjadi pada minggu pertama November 1999. Mungkin karena merasa cemburu dengan mainan baru Ducuing, yaitu traktor, kuda nil itu melompati pagar listrik yang mengelilingi kandangnya. Ia kemudian mengunyah sahabat kentalnya itu sampai mati.

“Inilah kisah cinta yang berakhir dengan buruk,” kata Marchais.

Cinta yang berlebihan ternyata menumbuhkan kecemburuan. Ini cinta yang posesif. Cinta yang egois. Tentu orang tidak akan menyalahkan begitu saja kuda nil itu. Karena itulah naluri kebinatangannya yang tidak mau perhatian terhadapnya diambil oleh sesuatu yang lain.

Namun kalau cinta manusia terhadap sesama dikuasai oleh cinta yang posesif, manusia hanya akan terbenam dalam egoisme. Manusia dikuasai oleh rasa keinginan pribadinya yang begitu kuat untuk memiliki yang lain. Kecemburuan dan iri hati sering menyertai orang seperti ini. Ia bisa berbuat nekat, kalau cintanya untuk menguasai orang lain dihalang-halangi. Tragedi menyedihkan bisa saja terjadi. Banyak kisah cinta yang berakhir dengan tragedi kematian orang lain.

Sebagai orang beriman, tentu kita ingin mengembangkan suatu cinta yang lebih luas. Suatu cinta yang peduli terhadap hidup orang lain. Suatu cinta yang menghargai orang yang dicintai sebagai pribadi yang memiliki kebebasan dalam mengekspresikan cintanya.

Kalau kita mampu mengembangkan cinta yang tidak egois, kita akan dapat menjadi sahabat bagi banyak orang di sekitar kita. Cinta seperti ini akan bertahan lama. Cinta seperti ini tidak lekang oleh pengaruh jaman. Cinta seperti ini tidak terpengaruh oleh berbagai cobaan di sekitarnya.

Setiap hari kita mengalami betapa hidup ini begitu indah. Tentu saja indahnya hidup ini tidak tercipta hanya dari yang baik-baik saja. Hidup ini juga tercipta dari kesulitan-kesulitan hidup. Karena itu, mari kita syukuri aneka pengalaman hidup ini. Kita mengsyukurinya karena aneka pengalaman itu mampu membentuk hidup kita seperti sekarang ini. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ


sumber: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2010/01/menumbuhkan-cinta-yang-mampu-menghargai.html

Selasa, 16 Agustus 2011

16 Agustus 2011-Menghormati Para Pemimpin

Menghormati Para Pemimpin


Tanggal 26 Desember 1995, saya mengunjungi Disney World di Orlando, Florida, Amerika Serikat. Itulah kesempatan yang pertama dan mungkin yang terakhir saya bisa menyaksikan sebuah maha karya manusia. Di tempat ini diproduksi Film Kartun Mikey Mouse yang terkenal di senatero jagat itu.

Namun hal yang menarik perhatian saya adalah bagaimana rakyat Amerika menghormati para pemimpin mereka. Di salah satu gedung di Disney World itu dibangun sebuah bioskop. Namanya adalah Potrait of Presidents. Protret para presiden Amerika Serikat. Namun ini bukan sekedar sebuah potret. Di panggung dari gedung bioskop ini ditempatkan patung para presiden Amerika Serikat, sejak Presiden George Washington hingga Presiden Bill Clinton.

Yang menarik adalah patung para presiden ini bisa bergerak. Misalnya, patung presiden John Kennedy bisa berdiri lalu tersenyum kepada para penonton. Atau patung Presiden George Washington yang dengan senyum ramah menyapa para penonton.

Dengan cara seperti ini, rakyat Amerika mau memberikan penghormatan mereka kepada para pemimpinnya. Meski dulu pernah ada presiden yang dibunuh, itu hanyalah catatan tinta hitam dalam sejarah Amerika Serikat.

Seorang teman Amerika mengatakan, dengan cara seperti itu rakyat Amerika dapat mendidik anak-anaknya untuk tidak lagi membunuh para pemimpinnya. Mereka mesti memberikan penghormatan. Karena para pemimpin itu telah berjasa bagi kehidupan bangsa dan negara. Seorang pemimpin patut mendapatkan penghormatan.

Bagaimana Anda mendidik anak-anak Anda untuk menghormati para pemimpin? Kita memang belum punya banyak presiden. Sehingga belum perlu kita buat bioskop khusus untuk menempatkan patung-patung mereka. Namun kita bisa memberi penghormatan kepada mereka melalui berbagai cara.

Yang menarik di negeri ini adalah ketika ada pemimpin baru selalu saja ada usaha untuk menyingkirkannya. Caranya berbagai macam. Kritik-kritik pedas sering dialamatkan kepadanya. Kesalahan yang sedikit sering diungkit-ungkit. Akibatnya, belum seberapa dia melaksanakan tugasnya, sudah begitu banyak tuntutan kepadanya.

Untung bahwa tinta hitam pembunuhan para pemimpin, khususnya presiden, di negeri ini belum ditorehkan ke dalam buku sejarah bangsa ini. Namun kita perlu mendidik anak-anak kita untuk senantiasa memberi penghormatan kepada para pemimpin kita.

Sebagai orang beriman, kita yakin para pemimpin itu dapat menjadi tanda kehadiran Tuhan dalam hidup kita. Yang penting adalah mereka mampu menyuarakan dan berjuang untuk kepentingan rakyat yang lebih luas. Kalau seorang pemimpin mampu memperjuangkan kepentingan rakyat, ia mengemban amanat dari Tuhan sendiri. Mari kita doakan para pemimpin kita, agar mereka memimpin negeri ini dengan bijaksana. Dengan demikian kepentingan rakyat yang dijunjung tinggi oleh para pemimpin kita.

Setiap hari kita mengalami betapa hidup ini begitu indah. Tentu saja indahnya hidup ini tidak tercipta hanya dari yang baik-baik saja. Hidup ini juga tercipta dari kesulitan-kesulitan hidup. Karena itu, mari kita syukuri aneka pengalaman hidup ini. Kita mengsyukurinya karena aneka pengalaman itu mampu membentuk hidup kita seperti sekarang ini. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ


sumber:http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2010/01/menghormati-para-pemimpin.html

Senin, 15 Agustus 2011

15 Agustus 2011-Mencintai dengan Tulus

Mencintai dengan Tulus

Seorang anak dididik dengan semangat yang keras oleh ayahnya. Ketika sekolah, kalau mendapat nilai di bawah tujuh, telinga anak itu dijewer oleh ayahnya. Bila ia rebut dengan adiknya, ayahnya memukul mereka dengan rotan di kaki mereka. Setelah besar pun ia dilarang pulang ke rumah lewat dari jam sembilan malam. Begitu jam sembilan, pintu pagar dikunci.

Anak itu sadar bahwa cara pendidikan yang dilakukan ayahnya itu demi kebaikan dia dan adik-adiknya. Ayahnya mencintai mereka. Ia tidak ingin mereka terjerumus ke dalam hal-hal yang menyesatkan. Ia ingin agar masa depan mereka menjadi lebih baik.

Kata anak itu suatu hari, “Saya mengerti bahwa ayah saya sangat mencintai saya. Ia mendidik kami dengan cara seperti itu untuk kebaikan kami. Namun saya juga tidak bisa memungkiri bahwa saya mencintai ayah dengan rasa takut.”


Anak itu takut dimarahi kalau melakukan kesalahan. Karena itu, dalam hidup sehari-hari ia tampak terpaksa melakukan tugas-tugas. Ia tidak sekreatif teman-temannya yang lain. Ia lebih banyak menunggu diperintah untuk melakukan sesuatu. Apakah cinta seperti yang diperlihatkan oleh ayah itu sehat?


Begitu banyak orangtua yang ingin anak-anaknya sukses dalam hidup. Mereka tidak ingin anak-anak mereka terjerembab ke dalam persoalan-persoalan hidup seperti narkoba, tawuran massal atau persoalan-persoalan lain. Karena itu, ada orangtua yang begitu ketat mengawasi gerak-gerik anak-anak mereka. Hal seperti ini bisa menjadi bumerang. Di depan orangtua, mereka bisa sangat sopan seperti malaikat. Tetapi di belakang orangtua, mereka bisa menjadi begitu beringas. Mereka bisa bertingkah laku sembrono. Mereka bisa menjadi orang yang sangat jahat.

Karena itu, orangtua yang bijaksana mesti memberi saat-saat bebas bagi anak-anak mereka. Kebebasan itu akan menciptakan suatu kreativitas dalam diri anak-anak. Mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi orang-orang yang baik dalam hidup ini. Mereka menjadi anak-anak yang menghormati dan mencintai orangtua mereka secara tulus. Tanpa suatu paksaan apa pun.

Sebagai orang yang beriman kepada Tuhan, tentu para orangtua ingin membekali anak-anak dengan nilai-nilai rohani. Misalnya, anak-anak memiliki sikap yang jujur, tulus, rela berkorban bagi sesama. Hal-hal seperti ini mesti diajarkan kepada mereka. Namun lebih-lebih para orangtua memberi contoh kepada anak-anak dengan terlebih dahulu jujur, tulus dan rela berkorban bagi sesama.

Setiap hari kita mengalami betapa hidup ini begitu indah. Tentu saja indahnya hidup ini tidak tercipta hanya dari yang baik-baik saja. Hidup ini juga tercipta dari kesulitan-kesulitan hidup. Karena itu, mari kita syukuri aneka pengalaman hidup ini. Kita mengsyukurinya karena aneka pengalaman itu mampu membentuk hidup kita seperti sekarang ini. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ


sumber: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2010/01/mencintai-dengan-tulus.html

Jumat, 12 Agustus 2011

Bertahan dalam Perbuatan Baik

Bertahan dalam Perbuatan Baik



Tahun 1898, John Dunning, seorang wartawan perang kantor berita Associated Press, meliput perang Kuba. Sebelum berangkat, ia pamit kepada Cordelia Botkin, teman selingkuhnya. Ia berkata, “Setelah penugasan ke Kuba, sebaiknya hungan kita diakhiri. Saya ingin kembali kepada istri saya, Mary.”

Cordelia Botkin sangat terpukul mendengar kata-kata John Dunning. Ia sangat marah. Tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Itulah kebebasan John Dunning. Status hubungan mereka bukanlah sebagai suami istri.

Suatu hari, saat John Dunning masih bertugas di Kuba, datang sebuah paket bertuliskan ‘Untuk Nyonya Dunning’ berisi coklat. Mary, seorang anak senator di Delaware, sangat bergembira menerima paket itu. Segera saja ia memanggil saudari dan dua ponakaannya. Mereka melahap coklat itu sampai habis. Tidak lama kemudian mereka muntah-muntah dan sakit perut yang hebat. Dalam hitungan jam, mereka meninggal.

Otopsi terhadap keempat korban menunjukkan adanya racun arsen dalam jumlah banyak di tubuh korban. Penyelidikan mendapati tulisan pada paket sesuai dengan tulisan Cordelia Botkin. Ia pun ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara.

Kecemburuan yang buta ternyata bisa berakibat fatal bagi kehidupan. Rasa ingin memiliki yang begitu besar dari seseorang bisa mengakibatkan hal-hal yang negatif terhadap orang lain. Dalam hidup ini hal-hal seperti ini bisa saja terjadi. Dalam lingkungan keluarga sekalipun hal seperti ini bisa terjadi. Kita baca di surat kabar atau nonton di TV tentang seorang istri yang tega membunuh suaminya. Atau seorang suami yang tega membunuh istrinya. Kadang-kadang persoalan yang dihadapi hanya persoalan sepele. Tetapi justru persoalan sepele itu bisa berakibat fatal bagi kehidupan. Persoalan sepele itu ternyata mampu mengalahkan cinta yang sudah dijalin bertahun-tahun.

Karena itu, dibutuhkan suatu kewaspadaan dalam hidup ini. Hal-hal yang tidak baik itu bisa seperti penyakit kanker yang mematikan. Untuk itu, yang mesti dilakukan oleh setiap orang adalah berusaha untuk melatih diri, agar tidak mudah terjerumus ke dalam perbuatan negatif. Latihan yang terus-menerus dapat membantu seseorang untuk lepas dari kecenderungan-kecenderungan yang kurang baik.

Sebagai orang yang beriman kepada Tuhan, kita dipanggil untuk bertahan dalam perbuatan-perbuatan baik. Memang ada begitu banyak godaan di sekitar kita. Ada suami yang mudah tergoda oleh kecantikan gadis di tetangga. Baiklah ia berusaha untuk menahan diri dengan mengatakan bahwa istrinya yang paling cantik di dunia ini. Ada pemuda yang mudah tergoda oleh kenikmatan sementara narkoba. Baiklah ia berlatih untuk menjauhkan diri dari teman-temannya yang suka memakai barang terlarang itu. Dalam usaha-usaha untuk hidup baik itu, kita mesti mendekatkan diri kepada Tuhan. Kita bekerja bersama Tuhan untuk mengatasi berbagai persoalan hidup yang kita hadapi.

Setiap hari kita mengalami betapa hidup ini begitu indah. Tentu saja indahnya hidup ini tidak tercipta hanya dari yang baik-baik saja. Hidup ini juga tercipta dari kesulitan-kesulitan hidup. Karena itu, mari kita syukuri aneka pengalaman hidup ini. Kita mengsyukurinya karena aneka pengalaman itu mampu membentuk hidup kita seperti sekarang ini. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ


sumber: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2010/01/bertahan-dalam-perbuatan-baik.html