


Dalam hidup ini banyak hal tidak terduga terjadi dalam hidup kita. Ada anak yang menurut kita memiliki egoisme yang begitu tinggi, ternyata begitu rela memberikan apa yang dimilikinya untuk sesamanya. Padahal yang dimilikinya itu sudah ia tabung bertahun-tahun. Hal seperti ini bisa terjadi, kalau orang memiliki hati yang mudah tergerak oleh penderitaan sesamanya.
Dalam hidup kita, kita berjumpa dengan banyak orang yang mengalami kesulitan. Mereka akan tetap tidak mendapatkan bantuan, kalau tidak ada orang yang tergerak hatinya untuk membantu. Siapa yang mesti membantu? Yah, kita yang ada di dekatnya. Kita yang mesti memiliki kepekaan hati untuk mereka. Kalau kita tidak mau membantu, siapa lagi yang akan membantu?
Untuk itu, kita perlu mendidik kepekaan hati. Hati yang peka itu tidak datang dengan sendirinya. Dibutuhkan suatu proses pendidikan yang berlangsung terus-menerus. Dibutuhkan banyak waktu untuk memiliki kepekaan hati itu. Ada kalanya orang merasa jenuh, karena orang yang dibantu tidak pernah mengucapkan sepatah kata terima kasih pun. Dalam hal ini orang ditantang untuk tetap bertahan dalam berbuat baik. Orang mesti tetap bertahan dalam membangun hati yang peka terhadap sesama.
Sebagai orang beriman, kita diajak untuk selalu memiliki kepedulian terhadap mereka yang menderita. Artinya, kita mau agar mereka yang menderita itu mendapatkan bantuan dari kita. Hanya dengan membantu itu kita memupuk kepekaan hati terhadap sesama yang menderita. Mari kita berusaha untuk selalu tetap setia pada komitmen kita untuk membantu sesama yang menderita. **
Frans de Sales, SCJ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar