Kamis, 28 April 2011

Mengembangkan Potensi Diri

Sebuah kejadian mengenaskan menimpa seorang ibu. Pasalnya, anaknya yang sedang lapar mendorongnya untuk berbuat nekat. Ia menjambret kalung emas milik seorang anak berumur empat tahun. Emas itu hanya seberat dua gram. Namun ibu itu terpaksa melakukan aksi jahatnya untuk memenuhi keinginan anaknya yang pagi itu tidak mau ke sekolah.
Ibu itu memegang anak laki-laki berusia empat tahun yang mengenakan kalung emas itu. Lantas ia melepaskannya dari leher anak itu. Ibu itu pun mengambil langkah seribu. Ia berlari kencang.
Anak laki-laki yang kebingungan itu pun mengejar ibu itu. Namun ia tidak dapat menangkapnya. Maklum, ia masih kecil. Namun ia mendapat bantuan dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Mereka mengejar ibu muda itu. Mereka menangkapnya. Untung, mereka tidak menggebukinya hingga babak belur. Mereka menyerahkan ibu itu ke polisi dengan barang bukti seuntai kalung seberat dua gram. Ia pun mendekam di sel polsek setempat.
Ketika diperiksa pihak polisi, ibu itu mengaku terus terang bahwa ia melakukannya semata-mata demi anaknya yang pagi itu belum makan. Ia berkata, “Saya kilaf dan tidak sengaja melakukan hal itu. Rencananya kalung itu mau saya jual dan saya belikan makanan untuk anak saya.”

Kesulitan hidup mendorong orang untuk berbuat nekat. Bahkan orang berani melakukan kejahatan untuk kelangsungan hidupnya. Dalam keadaan seperti itu orang mengalami kegelapan dalam hidupnya. Tidak ada jalan keluar yang mampu membantunya untuk keluar dari kesulitan.

Namun yang mesti disadari adalah sumber kesulitan hidup yang dialami itu. Setiap kesulitan hidup itu pasti ada sebabnya. Dalam kisah tadi, tidak dijelaskan alasan kelaparan yang diderita oleh anak ibu itu. Barangkali ibu itu kehilangan pekerjaan, sehingga ia tidak dapat membeli makanan untuk anaknya. Atau mungkin ia baru saja pisah dengan suaminya, sehingga ia mengalami hidup terlunta-lunta. Tidak ada yang menjamin kelangsungan hidupnya.

Kesulitan-kesulitan itu mesti diatasi. Caranya bukan dengan melakukan tindakan kejahatan. Namun orang mesti mencari cara-cara yang baik untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam hidup ini. Tuhan memberikan kepada setiap orang kemampuan-kemampuan untuk mengembangkan diri. Kalau kemampuan-kemampuan itu dikembangkan dengan sungguh-sungguh, orang tidak perlu mengalami kesulitan dalam hidup ini.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk selalu mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam diri kita secara maksimal. Untuk itu, dibutuhkan strategi-strategi pengembangan yang baik. Orang mesti memulainya sejak awal. Orang mesti mengalami proses pengembangan diri. Dalam proses itu orang dapat mengalami kesulitan-kesulitan dan persoalan-persoalan. Namun orang mesti melaluinya, agar dapat menemukan kemajuan dalam hidupnya. Mari kita kembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri kita demi kemajuan kita dan sesama. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ


sumber:http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2009/12/mengembangkan-potensi-diri.html

Rabu, 27 April 2011

Menjunjung Tinggi Martabat Manusia

Ada seorang pengusaha yang tidak memandang uang dan keuntungan pribadi sebagai satu-satunya ukuran kemajuan perusahaan. Tanpa sumber daya manusia yang memiliki loyalitas kepada perusahaan, ia menjamin perusahaannya tidak akan maju.
Karena itu, ia berani menginvestasikan lebih kurang 100 juta rupiah per tahun untuk membangun rasa memiliki perusahaan dan kebersamaan dengan karyawannya. Perusahaan yang dibangun dua belas tahun lalu itu tidak pernah mengalami kerugian. Bahkan setiap tahun keuntungannya selalu meningkat.
Kunci kesuksesan ini ada pada kebijakan sang bos yang mau memperhatikan semua karyawannya. Kesejahteraan para karyawan sungguh-sungguh diperhatikannya. Dengan demikian, mereka memiliki semangat bekerja dan rasa memiliki terhadap perusahaan itu.
Suatu kali, seorang karyawan mengalami sakit. Bos perusahaan itu mengurusnya sampai ia sembuh. Ia membiayai seluruh pengobatan karyawannya itu. Semua karyawan yang lain tidak iri hati melihat hal seperti itu. Bahkan mereka sangat mendukung kebijakan bos itu.

Setelah sembuh, karyawan itu kembali bekerja dengan baik. Ia sangat loyal terhadap bosnya. Ketika bosnya mengalami kesulitan pemasaran atas produk-produknya, ia membantunya dengan segenap tenaganya. Ia mencari peluang-peluang baru untuk pemasaran produk-produk perusahaan itu.

Dalam hidup ini hal yang sangat penting adalah kehidupan manusia. Dalam dunia kerja, sumber daya manusia merupakan unsur paling penting dalam suatu perusahaan. Tanpa sumber daya manusia yang baik, suatu perusahaan tidak akan bertumbuh dan berkembang dengan baik. Karena itu, seorang pemimpin perusahaan mesti memperlakukan para karyawannya dengan sebaik-baiknya. Mereka juga sangat menentukan kemajuan perusahaan itu.

Memang mesti diakui bahwa ada juga pengusaha yang sewenang-wenang terhadap para karyawannya. Ia menuntut mereka bekerja dengan sungguh-sungguh, tetapi ia sendiri tidak memberikan jaminan yang memadai bagi mereka. Akibatnya, loyalitas para karyawan terhadap perusahaan menjadi lemah. Ketika perusahaan mengalami persoalan, para karyawannya tidak peduli. Mereka masa bodoh saja.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk menempatkan manusia di atas segala-galanya. Martabat manusia mesti menjadi andalan utama dalam bekerja. Mengapa? Karena setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia bertujuan untuk memperjuangkan kesejahteraan dan kebahagiaan manusia itu sendiri.

Mari kita terus-menerus memperjuangkan hak-hak hidup manusia. Dengan demikian kesejahteraan dan kebahagiaan dapat dialami dalam dunia yang nyata. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ

sumber:http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2009/12/menjunjung-tinggi-martabat-manusia.html

Selasa, 26 April 2011

Cinta Kasih sebagai Andalan Hidup

 Suatu hari, seorang anak berkata kepada ibunya, “Ibu, saya mau pergi ke kota untuk mencari uang. Saya akan pulang dengan uang yang banyak, agar hidup kita menjadi jauh lebih baik.”

Ibunya memandang wajah anaknya dengan penuh belas kasihan. Lalu ia berkata kepadanya dengan suara lembut, “Aku tidak membesarkanmu untuk itu. Aku tidak ingin engkau menjadikan uang sebagai tujuan utama hidupmu.”
Anak remaja itu menatap ibunya dengan berlinang air mata. Ia menganggukkan kepalanya. Ia mengerti maksud ibunya. Ia mesti belajar untuk menyiapkan masa depannya.
Ketika menjadi dewasa, anak itu menjadi gubernur di propinsinya. Ia memerintah dengan baik. Ia seorang gubernur yang jujur, terhormat dan memiliki cinta yang mendalam terhadap rakyatnya. Ia membangun propinsinya dengan mengandalkan kekuatan dari rakyat. Dana yang ia peroleh dari pemerintah pusat ia gunakan untuk kesejahteraan rakyatnya.

Kepada rakyatnya, ia berkata, “Saya telah dididik oleh ibu saya untuk mengandalkan cinta kasih. Uang yang banyak yang kita miliki itu merupakan sarana untuk kesejahteraan kita bersama. Karena itu, andalan hidup kita pertama-tama bukan uang. Andalan hidup kita adalah saling mencintai sebagai sesama saudara.”

Banyak orang sering salah mengira bahwa uang adalah segalanya dalam hidup ini. Karena itu, mereka mengandalkan uang untuk meraih keinginan mereka. Akibatnya, mereka menjadi buta terhadap cinta kasih dalam hidup mereka. Mereka lalu mengandalkan uang sebagai jaminan kesejahteraan hidup mereka. Padahal uang itu hanya sarana untuk mencapai kesejahteraan dalam hidup.

Kisah tadi mau mengungkapkan bahwa cinta kasih mesti menjadi landasan hidup manusia. Dengan cinta kasih itu orang dapat mengembangkan dan memajukan hidupnya. Orang dapat membangun kesejahteraan bagi hidup dan masa depannya. Karena itu, orang mesti memulai hidup dari semangat cinta kasih kepada diri dan sesamanya.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk tetap mengandalkan cinta kasih di atas segala-galanya. Tentu saja cinta kasih bagi semua orang. Cinta kasih yang universal. Suatu cinta kasih yang dibangun berdasarkan hati yang tulus murni untuk kesejahteraan dan kebahagiaan bagi semua orang.

Hidup dalam dunia ini kita sering tergoda oleh ambisi-ambisi pribadi kita. Kita ingin menjadi kaya dalam waktu yang singkat. Kita ingin bahagia dalam waktu yang singkat. Padahal orang yang kaya dan orang yang bahagia itu biasanya melalui jalan berliku-liku. Mereka juga sering mengalami berbagai tantangan dan kesulitan-kesulitan.
Mari kita saling mengasihi dalam hidup sehari-hari. Dengan demikian, kita dapat membangun hidup yang sejahtera dan bahagia dalam dunia yang nyata. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ


sumber:http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2009/12/cinta-kasih-sebagai-andalan-hidup.html

Gunakan Uang untuk Kesejahteraan Bersama

Ada seorang yang sangat kaya yang sepanjang hidupnya bekerja keras untuk mengumpulkan uang. Ia mencintai uang lebih dari segala sesuatu yang lain. Bahkan istri dan anak-anaknya sering ia kalahkan demi mencari dan mengumpulkan uang.
Menjelang ajalnya, ia memanggil istrinya. Ia berkata, “Pada saat aku mati nanti aku minta supaya kamu memasukkan semua uangku ke dalam peti mati. Aku ingin membawa semua uangku menghadap Tuhan.”
Kemudian ia meminta istrinya untuk bersumpah dengan menumpangkan tangan di atas Kitab Suci.

Pada hari kematian orang kaya itu, istrinya duduk di samping peti dengan wajah yang penuh duka. Ia ditemani sahabat karibnya. Ketika upacara pemakaman selesai dan peti mati hendak ditutup, sang istri tampil ke depan. Ia berteriak, “Tunggu sebentar.” Lalu ia mendekati peti sambil meletakkan sebuah kotak di dalamnya. Kemudian para petugas menutup peti itu.

Beberapa saat kemudian, sahabat karibnya berkata kepadanya, “Aku yakin kamu bukan orang bodoh. Kamu pasti tidak meletakkan semua uang suamimu di peti itu, bukan?”

Istri itu menjawab, “Saya orang beriman. Saya tidak bisa berbohong. Saya telah bersumpah untuk meletakkan semua uangnya di dalam peti itu.”

Sahabat karibnya itu sangat terkejut mendengar kata-kata temannya itu. “Jadi kamu memberikan semua uang itu kepadanya?” tanya sahabat karib itu.
Istri itu menjawab, “Tentu saja. Tetapi saya memberikannya dalam bentuk cek.”

Uang begitu menggoda hati manusia. Dengan uang yang banyak orang dapat melakukan apa saja sesuai dengan keinginan hatinya. Uang dapat digunakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik. Uang dapat digunakan untuk menjalin relasi dengan sesama manusia. Uang dapat digunakan untuk membangun persahabatan dan cinta kasih dengan semua orang.

Namun uang dapat membawa orang kepada kegelapan dalam hidup. Karena godaan untuk memiliki uang yang banyak, orang dapat menghilangkan nyawa sesamanya. Uang dapat mengakibatkan penderitaan yang berkepanjangan bagi hidup manusia. Uang dapat menyebabkan orang masuk dalam penjara.

Karena itu, sebagai orang beriman kita diingatkan akan godaan terhadap uang. Kita boleh memiliki sebanyak-banyaknya uang. Namun yang penting bagi kita adalah kita menggunakannya untuk kesejahteraan hidup kita dan sesama. Uang yang kita miliki semestinya membantu kita untuk membangun hidup yang baik dengan sesama.

Dalam keluarga, uang mesti digunakan untuk kesejahteraan keluarga. Uang digunakan untuk menuntun anak-anak untuk meraih cita-cita yang baik. Uang mesti dipakai untuk menciptakan keharmonisan keluarga orang-orang beriman. Mari kita gunakan uang secara bijaksana, agar hidup kita menjadi lebih baik dan sejahtera. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ

sumber:http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2009/12/gunakan-uang-untuk-kesejahteraan.html

Minggu, 24 April 2011

Hidup Ini Rahmat dari Tuhan

Almarhum Ateng, seorang pelawak terkenal, memiliki iman yang begitu mendalam kepada Tuhan. Ia termasuk orang yang rajin beribadat, meski kesibukan sebagai seniman selalu menghantui hidupnya.
Suatu kali dia berkata, “Ketika saya masih muda, saya mencari uang. Saya kerja keras untuk mendapatkan uang itu. Tuhan memberkati dengan memberi saya uang itu. Tuhan juga memberikan banyak hal untuk mendukung hidup saya. Tuhan telah memberikan semua itu secara cuma-cuma. Dia tidak menuntut apa-apa dari saya. Sekarang saya mau membaktikan diri saya untuk Tuhan dan sesama.”
Di masa tuanya, Ateng aktif dalam hidup keagamaannya. Setiap kali ada acara di Panti Asuhan, ia selalu hadir untuk memberi warna tersendiri. Ia menghibur anak-anak panti asuhan dan mereka yang berkunjung dengan lawak-lawaknya yang segar dan menghibur. Orang-orang yang hadir mengalami sukacita yang besar. Mereka merasa bahagia.
Untuk acara-acara seperti ini, Ateng tidak pernah meminta uang. Ia hadir untuk memberi mereka hiburan. Ia memberikannya dengan cuma-cuma seperti Tuhan telah memberi kasih yang cuma-cuma kepadanya. Ateng pun merasa bahagia atas hiburan lawak yang ia bawakan untuk sesamanya.

Dalam kacamata iman, Ateng berkata, “Inilah cara saya bersyukur, memuji dan memuliakan Tuhan. Selama ini Tuhan telah memberikan semua kebutuhan saya. Tuhan telah memberkati karya dan usaha saya.”

Hidup ini adalah suatu anugerah dari Tuhan. Hidup kita ini suatu rahmat dari Tuhan. Tuhan memberikan hidup ini kepada kita, karena Dia begitu mencintai kita. Karena cintaNya itu, Tuhan selalu peduli terhadap hidup kita. Tuhan tidak mau membiarkan kita celaka dalam hidup ini. Karena itu, Dia selalu melindungi kita dari marabahaya.

Tuhan tidak hanya menganugerahkan hidup ini kepada kita. Tuhan juga menjamin hidup kita. Jaminan itu ditunjukkan dengan memberikan kemampuan-kemampuan kepada kita. Kita mesti gunakan itu untuk mengembangkan dan memajukan diri kita. Kalau kita tidak gunakan kemampuan yang diberikannya kepada kita, berarti kita melalaikan cinta kasihNya kepada kita. Akibatnya, justru kita yang akan mengalami kegagalan dalam hidup ini. Hidup kita menjadi tidak berarti tanpa menggunakan kemampuan yang diberikan Tuhan itu untuk kemajuan diri kita.

Ketika kita menggunakan dengan sebaik-baiknya rahmat Tuhan itu, kita semakin memuliakan Tuhan. Untuk itu, kita butuh ketekunan dalam berusaha. Kita butuh kesetiaan dalam mengembangkan dan memajukan kemampuan-kemampuan itu dalam hidup ini.

Mari kita berusaha untuk senantiasa setia kepada Tuhan, karena Tuhan selalu setia dan mencintai hidup kita. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ


sumber:http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2009/12/hidup-ini-rahmat-dari-tuhan.html

Selasa, 19 April 2011

Berbagi Kasih

 Seorang ibu merasa bangga dan terharu terhadap putri kecilnya. Putrinya itu ia dampingi dan bimbing dengan kasih untuk bertumbuh menjadi anak yang baik. Hasil dari pendampingan itu adalah anak itu semakin peka terhadap lingkungan sekitarnya. Ia mempunyai kasih yang besar dengan memberikan perhatian kepada teman-temannya. Mereka yang mengalami kesulitan dan menderita ia beri perhatian yang besar.
Ibu itu bercerita bahwa waktu putrinya merayakan ulang tahun yang kesembilan, ia merayakan dalam suasana yang sederhana. Ia mau merayakannya dengan teman-temannya.
“Kami sudah sibuk memesan hotel untuk merayakan ulang tahunnya. Semua temannya saya undang. Kami mencari tempat yang luas yang bisa dihadiri banyak undangan. Tetapi putri saya menolak. Ia ingin merayakan ulang tahunnya di panti asuhan bersama teman-temannya. Ia ingin berbagi kegembiraan dengan anak-anak panti asuhan,” kata ibu itu.

Meski heran terhadap sikap anaknya, ibu itu sungguh-sungguh merasa terharu. Anaknya memiliki hati yang mulia. Ia ingin berbagi kebahagiaan dengan teman-temannya di panti asuhan. Kebahagiaan itu juga dirasakan putri berusia sembilan tahun itu. Ia memberikan semua hadiah yang ia peroleh untuk anak-anak panti asuhan. Sungguh, ia mampu berbagi kasih dengan sesamanya.
Kita hidup dalam dunia yang semakin tipis dalam sikap peduli terhadap sesama. Banyak anak jaman ini tumbuh dalam dunianya sendiri. Misalnya, banyak anak menghabiskan begitu banyak waktu di depan playstation. Mereka merasa sungguh-sungguh menemukan kebahagiaan kalau berjam-jam menikmati permainan di video game itu. Mereka tidak peduli bahwa waktu yang mereka buang itu sebenarnya dapat digunakan untuk membangun relasi yang baik dengan sesamanya. Akibatnya, mereka tumbuh menjadi orang-orang yang kurang peduli terhadap sesama di sekitarnya.

Kisah tadi mau mengajak kita semua untuk sadar bahwa memiliki semangat berbagi dengan sesama itu merupakan panggilan hidup kita sebagai orang-orang yang beriman kepada Tuhan. Tuhan menghendaki agar kita membagikan kasih kita kepada sesama. Kasih yang kita bagikan itu tidak akan hilang binasa. Justru kasih yang kita bagikan itu memberikan suatu rahmat yang melimpah bagi hidup kita.

Berbagi kasih berarti kita ingin memberikan hidup kita untuk sesama. Kasih itu mengalir melalui perhatian, pelayanan dan sikap bela rasa yang kita berikan untuk sesama kita. Mari kita berusaha untuk selalu memiliki kemampuan untuk berbagi kasih dengan sesama kita. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ

sumber:http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2009/12/berbagi-kasih.html

Harta Kekayaan Bukan Tujuan Hidup Manusia

Ada sepasang suami istri yang sangat sibuk dengan berbagai usaha mereka. Mereka jarang sekali bertemu di rumah. Mereka juga tidak punya waktu untuk anak-anak mereka. Mereka berprinsip ‘asal ada uang semua akan beres’. Karena itu, anak-anak mereka jarang jumpai. Mereka menyediakan uang saku yang banyak untuk masing-masing anak.

Mereka terus memperluas usaha-usaha mereka di kota-kota lain. Mereka tidak pernah lelah mencari peluang-peluang baru. Mereka tidak pernah menyerah pada tantangan dan kesulitan yang menghadang mereka. Padahal mereka sudah punya segala sesuatu yang mereka butuhkan untuk hidup selama lima puluh tahun lagi.

Suami istri ini memang tidak pernah puas atas apa yang telah mereka miliki. Mereka ingin memiliki barang-barang kebutuhan hidup yang sebanyak-banyaknya. Hidup mereka sudah berkecukupan. Namun mereka masih saja tetap mau mengumpulkan harta kekayaan untuk diri mereka.
Suatu hari mereka diingatkan oleh salah seorang anak mereka yang merasa bosan tinggal di rumah. Anak itu mengatakan bahwa kedua orangtuanya tidak memperhatikan mereka lagi. “Mama, coba pikirkan kami. Kekayaan yang mama dan papa kumpulkan itu tidak lebih berharga dari kami,” kata anak itu kepada mamanya.
Namun sang mama cuek saja. Ia menganggap anaknya itu sudah cukup mendapatkan perhatian melalui uang saku yang semakin banyak setiap bulan itu. Bahkan ia keberatan terhadap kata-kata anaknya itu. Ia tetap jarang berada di rumah bersama anak-anaknya. Harta kekayaan sungguh-sungguh sangat menguasai dirinya. Ia tidak bisa lepas lagi dari kekayaannya itu.

Kelekatan pada harta kekayaan membawa orang jatuh pada menghalalkan segala cara. Demi uang, suami istri bisa mengabaikan tugas utama mereka dalam mendidik anak-anak mereka. Demi uang, mereka bisa meninggalkan rumah dan keluarga dalam waktu yang lama.

Harta kekayaan dapat menyilaukan mata orang. Akibatnya, orang menilai hidup ini dari seberapa banyak harta kekayaan yang dimiliki seseorang. Tentu saja hal ini akan sangat berbahaya bagi kehidupan manusia. Ada begitu banyak dimensi dalam pribadi manusia yang dapat hilang hanya karena orang terlalu lekat pada harta kekayaan itu.

Karena itu, sebagai orang beriman kita mesti hati-hati terhadap harta kekayaan itu. Harta mesti digunakan sebagai sarana untuk membantu hidup manusia menjadi lebih baik. Harta kekayaan itu bukan tujuan hidup manusia. Tujuan hidup manusia adalah kebahagiaan. Harta kekayaan dapat membantu manusia untuk mencapai tujuan hidupnya.

Ada nasihat, ‘Kuasailah harta kekayaan, maka engkau akan menang.’ Mari kita menggunakan harta kekayaan yang kita miliki dengan sebaik-baiknya demi kebahagiaan yang menjadi tujuan hidup kita. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ


sumber:http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2009/12/harta-kekayaan-bukan-tujuan-hidup.html

Minggu, 17 April 2011

Tuhan Mau Mengampuni Kesalahan Manusia

 Suatu hari seorang pastor terkejut melihat seorang perempuan memasuki rumahnya. Perempuan itu membawa sejumlah pasir yang masih basah oleh air laut. Ia bertanya, “Tahukah pastor apa ini? Tahukah pastor mengapa saya membawa pasir ini ke sini?”
Pastor itu menggelengkan kepalanya. Ia tidak tahu maksudnya. Ia menatap perempuan dengan pasir di tangannya itu dalam bingung dan diam.
Lantas perempuan itu menjawab sendiri pertanyaannya, “Inilah dosa-dosa saya. Dosa-dosa saya tidak terhitung banyaknya seperti pasir di laut. Bagaimana saya bisa memperoleh pengampunan bagi semua dosa saya?”
Setelah tahu maksudnya, pastor itu tersenyum. Lalu ia berkata, “Sekarang, kembalikan pasir-pasir itu ke pantai. Buatlah gundukan. Lalu duduk dan lihatlah bagaimana ombak datang dan mengikis habis gundukan itu perlahan-lahan tapi pasti. Itulah cara kerjanya pengampunan Tuhan. Belas kasihNYa seluas lautan. Menyesalah sungguh-sungguh, maka Tuhan akan mengampuni engkau.”

Perempuan itu terharu mendengar penjelasan pastor. Ternyata belas kasih Tuhan begitu luar biasa. Dia mengampuni dosa umatNya betapa pun banyak dan besarnya dosa manusia itu.

Ada banyak orang yang merasa bahwa Tuhan akan memberikan hukuman yang seberat-beratnya kepada orang yang melakukan banyak dosa. Mereka beranggapan bahwa Tuhan itu sebagai seorang hakim yang kejam yang selalu menjebloskan para penjahat ke dalam penjara. Karena itu, orang merasa sangat takut kepada Tuhan. Orang yang berdosa tidak berani dekat dengan Tuhan.

Kisah tadi menunjukkan bahwa anggapan seperti itu tidak benar. Ternyata Tuhan begitu baik. Tuhan lebih suka mengampuni daripada menghukum mereka yang bersalah. Tuhan lebih suka memberikan jalan keluar bagi para pendosa daripada menutup belas kasihanNya terhadap orang yang berdosa. Bagi Tuhan, lebih baik satu orang berdosa yang bertobat daripada seribu orang yang menganggap dirinya baik dan suci.

Namun Tuhan juga menuntut dari setiap orang hati yang mau kembali kepadaNya. Rahmat pengampunan baru memiliki daya guna yang kuat, ketika orang yang berdosa mengungkapkan pertobatannya dalam hidup yang nyata. Pertobatan itu tidak hanya kata-kata di mulut. Pertobatan itu mesti ditunjukkan dalam perbuatan sehari-hari. Nah, kalau ini terjadi, maka pengampunan dari Tuhan dapat terwujud dengan baik.

Mari kita hidup baik di hadapan Tuhan dan sesama. Mari kita saling mengampuni, karena Tuhan senantiasa mengampuni dosa-dosa yang kita perbuat. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ


sumber:http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2009/12/tuhan-mau-mengampuni-kesalahan-manusia.html

Minggu, 10 April 2011

Melibatkan Tuhan dalam Hidup Kita

Seorang ibu menderita kanker indung telur stadium empat. Tiga setengah tahun lalu dokter mengatakan bahwa ia hanya punya waktu empat bulan lagi untuk hidup. Dokter tidak berani mengadakan operasi pengangkatan rahim. Untuk sembuh kembali, ia mesti menjalani kemoterapi. Setelah menjalani kemoterapi sebanyak enam kali, kanker itu hilang. Kini ia masih hidup.


Hal yang sangat ajaib bagi ibu itu adalah saat-saat menghadapi perjalanan hidup yang tidak menentu itu. Kadang-kadang ia merasa begitu kuat untuk menghadapi penyakitnya itu. Namun kadang-kadang pula ia merasa tidak memiliki kekuatan. Ia merasa lemas, ketika mendengar sesama temannya yang menjalani kemoteraspi satu per satu meninggal dunia.


Ia berkata, “Saya tidak bisa mengerti mengapa saya masih hidup. Padahal banyak teman-teman saya yang menjalani kemo dengan saya meninggal dunia. Tetapi satu hal yang pasti adalah saya selalu berdoa kepada Tuhan. Saya yakin kekuatan doa itu telah memberi semangat kepada saya.”


Selama menjalani proses penyembuhan atas penyakitnya, ibu ini selalu menyerahkan hidupnya kepada Tuhan. Ia pasrah kepada Tuhan. Apa pun yang akan terjadi atas dirinya, ia serahkan seluruhnya kepada Tuhan. Baginya, hanya Tuhan yang dapat mengatasi penyakitnya.


Ia berkata, “Saya yakin, Tuhan masih mencintai saya. Tuhan tidak pernah meninggalkan saya berjuang sendirian menghadapi penyakit ini. Terlalu berat kalau saya hanya menghadapinya sendiri.” Berkat keyakinannya itu, ia sembuh total dari kanker ganas itu.


Kisah seperti ini bagai suatu kisah khayalan. Namun ini sungguh-sungguh terjadi dalam hidup manusia. Ternyata Tuhan mau intervensi ke dalam perjalanan hidup manusia. Tuhan tidak membiarkan manusia menderita seorang diri. Tuhan mau melibatkan diri dalam suka dan duka hidup manusia.


Kesadaran akan hal ini sering kali kurang. Orang lebih mendahulukan kemampuannya, kekuatannya. Setelah orang mengalami jalan buntu, baru mereka berseru-seru kepada Tuhan. Pantaskah sikap demikian sebagai orang-orang yang mengimani Tuhan?


Untuk itu, sebagai orang beriman kita diajak untuk senantiasa melibatkan Tuhan dalam hidup kita sejak dini. Janganlah ketika kita mengalami kesulitan baru kita berseru minta tolong kepada Tuhan. Sejak awal kita mesti berusaha untuk selalu hidup bersama Tuhan. Sebenarnya Tuhan tidak jauh dari hidup kita. Ia ada di dalam hati kita. Ia ada di dalam saku kita. Ia ada di dalam dompet kita. Bukankah kita percaya bahwa Tuhan itu ada di mana-mana?


Mari kita berserah diri kepada Tuhan yang mahapengasih dan penyayang. Dia selalu menjadi bagian dalam perjuangan hidup kita. Tuhan memberkati. **




Frans de Sales, SCJ


sumber:http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2009/12/melibatkan-tuhan-dalam-hidup-kita.html

Kamis, 07 April 2011

Tuhan Tetap Mengasihi Kita

Ada seorang bapak yang sangat kecewa terhadap Tuhan. Pasalnya, istrinya meninggal waktu masih sangat muda. Mereka baru saja menikah lima tahun, tetapi istrinya menderita kanker ganas lalu meninggal dunia. Harapannya untuk membangun keluarga yang bahagia dan sejahtera pupus. Ia harus membesarkan dua anaknya sendirian. Banyak persoalan hidup ia hadapi sendirian. Ia selalu berdoa kepada Tuhan, tetapi Tuhan seolah-olah tidak mendengarkan doa-doanya. Ia kecewa. Ia putus asa. Tuhan yang diimaninya tidak membantunya dalam menghadapi kesulitan.

Ia bertanya dalam hati, “Mengapa Tuhan tidak membantu saya? Mengapa Tuhan membiarkan saya berjuang sendiri di dunia ini?”

Lambat laun iman bapak itu mulai hilang. Ia tidak mau lagi berdoa dan beribadat. Baginya, hal-hal itu hanya buang-buang waktu. Akhirnya, ia memutuskan hubungannya dengan Tuhan. Ia kehilangan Tuhan dalam hidupnya. Baginya, Tuhan sudah mati.
Suatu hari, anak pertamanya sakit keras. Ia membawanya ke rumah sakit. Banyak teman-temannya datang untuk mengunjungi anaknya. Mereka menghiburnya. Mereka juga mendoakan agar anaknya segera sembuh. Beberapa hari kemudian anaknya sembuh. Ia tidak habis pikir mengapa orang-orang itu datang untuk mendoakan anaknya? Padahal ia sudah tidak mengimani Tuhan. Ia sudah putus hubungan dengan Tuhan. Bapak itu mengalami suatu pergulatan batin yang luar biasa.

Dalam kondisi seperti itu, seorang temannya berbisik, “Teman, dekatkan dirimu kepada Tuhan. Dia tetap mengasihi engkau.”

Akhirnya, bapak itu memutuskan untuk kembali kepada Tuhan. Ia berusaha untuk mengimaninya dalam suka dan duka hidupnya. Ia berpegang teguh pada Tuhan.

Dalam hidup ini godaan untuk meninggalkan Tuhan selalu terjadi. Kisah bapak tadi merupakan salah satu kisah hidup manusia. Kekecewaan dapat membawa orang pada jalan buntu. Akhirnya, Tuhan jadi sasaran. Padahal Tuhan selalu setia kepada manusia. Tuhan selalu mencintai manusia. Meski banyak persoalan yang dihadapi, Tuhan tetap mendampingi manusia. Caranya bermacam-macam. Tuhan dapat menggunakan ciptaanNya yang lain sebagai ungkapan kasihNya kepada manusia.

Karena itu, dalam hidup ini hal yang mesti selalu dipegang teguh adalah bahwa Tuhan tetap mengasihi manusia. Tuhan tetap peduli terhadap hidup manusia. Meski manusia mengalami berbagai persoalan hidup, Tuhan begitu baik kepada manusia.

Apapun yang kita alami dalam hidup ini mesti dilihat dari terang iman akan Tuhan. Dia menghendaki agar kita hidup baik. Dia menghendaki agar kita menemukan kebahagiaan dalam hidup ini. Untuk itu, Tuhan menggunakan berbagai cara untuk mengungkapkan kehendakNya itu.

Mari kita senantiasa pasrahkan diri kepada Tuhan. Dia senantiasa memberikan yang terbaik bagi kita. Dia selalu melindungi kita dari segala bahaya. **


Frans de Sales, SCJ

sumber:http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2009/12/tuhan-tetap-mengasihi-kita.html

Minggu, 03 April 2011

Berani Mengosongkan Diri

Pangeran Billah adalah putra mahkota Sultan Brunei Darusalam yang terkenal sebagai orang terkaya di dunia. Istananya, Nurul Iman, memiliki 1788 ruang dan kamar untuk menjamu tamu-tamunya. Beberapa di antaranya disalut emas murni.

Meski dibesarkan dalam gelimang harta, Pangeran Billah tidak menjadi anak yang manja. Sejak kecil ia diajar untuk tekun mempelajari Kitab Suci dan hidup yang saleh. Ia juga seorang pekerja keras.
Setelah lulus SMA, pada tahun 1995, ia mendaftar di Oxford Univerity di Inggris. Ia diterima di Oxford’s Fereign Service Program bersama 30 mahasiswa asing lainnya. Sejak menjadi mahasiswa, ia berusaha keras menyembunyikan identitasnya. Ia tidak mau dikawal. Ia memakai nama samaran Omar Hasan. Ia meninggalkan semua atribut kebangsawanannya dan pura-pura menjadi orang biasa. Ia bergaul dengan siapa saja tanpa pandang bulu. Tidak seorang pun temannya yang tahu bahwa ia anak Sultan Brunei.

Kisah ini tentu sangat menyentuh hati. Seorang pangeran yang kaya raya meninggalkan segala-galanya untuk meraih cita-cita yang tinggi dalam hidupnya. Untuk itu, ia mesti berani untuk dididik dengan cara-cara yang ditentukan oleh pihak universitas. Ia memiliki kerendahan hati yang begitu dalam. Ia tidak mau memamerkan kebangsawanannya.

Dalam hidup ini kita ditantang untuk bersikap rendah hati. Sikap ini mampu membantu kita untuk meraih kesuksesan dalam hidup. Kerendahan hati itu akan membawa orang kepada suatu hidup yang lebih baik. Banyak orang akan menjadi sahabat orang yang rendah hati. Orang yang sombong biasanya kehilangan banyak sahabat dalam hidupnya.

Salah satu hal yang menarik dari diri Pangeran Billah adalah ia berani mengosongkan dirinya. Ia berani kehilangan identitas kebangsawanannya untuk menjalin relasi yang lebih baik dengan sesamanya. Orang yang berani mengosongkan diri berarti orang berani pula menerima hal-hal yang baik dari luar dirinya. Orang yang ingin memiliki sesuatu itu mesti berani pula mengosongkan diri.

Kalau kita ingin memiliki banyak hal, maka kita diajak untuk rela melepaskan hal-hal yang bagi kita mungkin sangat berguna. Misalnya, kesombongan, keangkuhan dan sikap lekat pada apa yang kita miliki. Memang sulit bagi kita untuk melepaskan hal-hal ini. Namun kalau kita berusaha keras, kiranya kita akan mampu melakukannya.

Untuk itu, kita mesti bekerja bersama Tuhan. Kita mohon bantuan dari Tuhan yang mahapengasih dan penyayang agar kita diberi kekuatan untuk mampu menerima rahmat demi rahmat dari Tuhan. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ

sumber:http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2009/10/berani-mengosongkan-diri.html