
Ibunya memandang wajah anaknya dengan penuh belas kasihan. Lalu ia berkata kepadanya dengan suara lembut, “Aku tidak membesarkanmu untuk itu. Aku tidak ingin engkau menjadikan uang sebagai tujuan utama hidupmu.”


Kepada rakyatnya, ia berkata, “Saya telah dididik oleh ibu saya untuk mengandalkan cinta kasih. Uang yang banyak yang kita miliki itu merupakan sarana untuk kesejahteraan kita bersama. Karena itu, andalan hidup kita pertama-tama bukan uang. Andalan hidup kita adalah saling mencintai sebagai sesama saudara.”
Banyak orang sering salah mengira bahwa uang adalah segalanya dalam hidup ini. Karena itu, mereka mengandalkan uang untuk meraih keinginan mereka. Akibatnya, mereka menjadi buta terhadap cinta kasih dalam hidup mereka. Mereka lalu mengandalkan uang sebagai jaminan kesejahteraan hidup mereka. Padahal uang itu hanya sarana untuk mencapai kesejahteraan dalam hidup.
Kisah tadi mau mengungkapkan bahwa cinta kasih mesti menjadi landasan hidup manusia. Dengan cinta kasih itu orang dapat mengembangkan dan memajukan hidupnya. Orang dapat membangun kesejahteraan bagi hidup dan masa depannya. Karena itu, orang mesti memulai hidup dari semangat cinta kasih kepada diri dan sesamanya.
Sebagai orang beriman, kita diajak untuk tetap mengandalkan cinta kasih di atas segala-galanya. Tentu saja cinta kasih bagi semua orang. Cinta kasih yang universal. Suatu cinta kasih yang dibangun berdasarkan hati yang tulus murni untuk kesejahteraan dan kebahagiaan bagi semua orang.
Hidup dalam dunia ini kita sering tergoda oleh ambisi-ambisi pribadi kita. Kita ingin menjadi kaya dalam waktu yang singkat. Kita ingin bahagia dalam waktu yang singkat. Padahal orang yang kaya dan orang yang bahagia itu biasanya melalui jalan berliku-liku. Mereka juga sering mengalami berbagai tantangan dan kesulitan-kesulitan.

Frans de Sales, SCJ
sumber:http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2009/12/cinta-kasih-sebagai-andalan-hidup.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar