
Sejak itu, Mita memakai alat bantu dengar dan sekolah di SLB. Juga setelah keluarga mereka pindah ke Surabaya, ia kembali sekolah di SLB Karya Mulia. Namun, ia tidak kerasan karena merasa pelajaran di SLB tertinggal dari sekolah umum. Ia hanya tahan satu tahun di SLB. Ketika kelas 6, ia pindah ke SD umum. Namun, karena cacatnya, ia sering diolok-olok teman-temannya, tetapi ia tidak peduli. Selain itu, karena menyadari cacat pendengaran, ia memilih duduk di depan. Namun, karena posturnya tinggi, ia menghalangi anak-anak yang duduk di belakangnya. Hal itu membuat teman-temannya kesal, tetapi ia pura-pura tidak tahu. Ia lulus SD dengan menduduki ranking ke-20.
Di SMP dan SMA, ia juga masuk sekolah umum dan selalu masuk ranking sepuluh besar. Hal itu membuatnya bertekad untuk melanjutkan sekolah ke universitas. Ia mendaftarkan diri ke jurusan arsitektur Universitas Mercu Buana, Jakarta. Ternyata pilihannya tidak salah. Ia berhasil menyelesaikan kuliahnya dalam tempo empat setengah tahun dan dinobatkan sebagai lulusan terbaik.


Memang, mesti diakui bahwa cacat fisik sering kali membuat seseorang minder dan patah semangat. Namun Mita tidak mau menyerah, ketika menyadari cacat pendengarannya. Ia maju terus menghadapi berbagai tantangan. Ia membuktikan bahwa ia tidak kalah dengan orang yang normal. Cacat tidak perlu menghalangi prestasi seseorang.
Sebagai orang beriman, kita mesti sadar bahwa hidup kita selalu berada dalam naungan Tuhan. Dia akan membantu kita dengan memberikan kekuatan-Nya. Dia dapat membantu orang yang mengalami cacat fisiknya untuk terus-menerus berusaha dan maju. Namun Tuhan juga menuntut bahwa orang yang punya kekurangan dalam hidupnya itu mesti terus-menerus berjuang. Orang tidak boleh terpuruk dalam kekurangannya itu.
Kekurangan yang ada dalam diri kita mesti menjadi pemacu semangat untuk berusaha meraih sukses dalam hidup kita. Mari kita singkirkan semua penghalang dalam diri kita. Kita terus memiliki semangat untuk tetap maju dan berkembang dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar