Selasa, 31 Agustus 2010

Inspirasi Hari ini,Selasa 31 Agustus 2010-Membangun persaudaraan dengan harta yang dapat binasa

Ada dua orang bersaudara bekerja bersama-sama di ladang milik keluarga mereka. Yang seorang telah menikah dan memiliki sebuah keluarga besar. Yang lainnya masih lajang. Ketika hari mulai senja, kedua bersaudara itu membagi sama rata hasil yang mereka peroleh.

Suatu hari, saudara yang masih lajang itu berpikir, ”Tidak adil jika kami membagi rata semua hasil yang kami peroleh. Aku masih lajang dan kebutuhanku hanya sedikit.”
Karena itu, setiap malam ia mengambil sekarung padi dari lumbung miliknya dan menaruhnya di lumbung milik saudaranya.

Sementara itu, saudaranya yang telah menikah itu berpikir dalam hatinya, ”Tidak adil jika kami membagi rata semua hasil yang kami peroleh. Aku punya istri dan anak-anak yang akan merawatku di masa tua nanti. Sedangkan saudaraku tidak memiliki siapa pun. Tidak seorang pun akan peduli padanya pada masa tuanya.”

Karena itu, setiap malam ia pun mengambil sekarung padi dari lumbung miliknya dan menaruhnya di lumbung milik saudara satu-satunya itu.

Selama bertahun-tahun kedua bersaudara itu menyimpan rahasia itu masing-masing. Sementara itu, padi mereka sesungguhnya tidak pernah berkurang. Suatu malam keduanya bertemu dan barulah saat itu mereka tahu apa yang telah terjadi. Mereka pun berpelukan.
Harta kekayaan bisa menjadi pemersatu dalam kehidupan berkeluarga. Tetapi harta kekayaan bisa saja memecah belah persaudaraan. Hal ini tergantung dari bagaimana orang memaknai kehadiran harta kekayaan dalam hidupnya. Orang yang hidupnya untuk mengejar harta akan menaruh obsesinya pada harta kekayaan. Orang seperti ini berusaha mati-matian untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Kadang ia lupa bahwa hartanya yang banyak itu tidak dapat ia gunakan. Ia senang mengumpulkannya, tetapi belum tentu dapat menggunakannya dengan baik.

Tetapi orang yang menggunakan harta kekayaan untuk kesejahteraan hidupnya akan memandang harta sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Harta kekayaan yang banyak itu bukan tujuan kebahagiaan hidup manusia. Tujuan utama kehidupan manusia adalah kebahagiaan, bukan mengumpulkan harta. Orang seperti ini akan menggunakan harta kekayaan untuk membangun persaudaraan. Ia memandang setiap orang sebagai sahabat yang dapat membantunya mencapai tujuan hidup, yaitu kebahagiaan.
Kisah tadi mengingatkan kita, agar kita memupuk persaudaraan dengan menggunakan harta kekayaan yang kita miliki. Kedua saudara itu tidak mau persaudaraan mereka rusak hanya karena kehadiran harta kekayaan.

Sebagai orang beriman, kita dipanggil untuk senantiasa menemukan makna hidup di balik harta kekayaan yang kita miliki itu. Karena itu, mari kita perkuat persaudaraan dalam hidup kita dengan menggunakan harta yang dapat binasa. Tuhan memberkati. **


sumber: rm.Frans de Sales, SCJ

Sekaligus saya ingin mengajak anda untuk berdoa kesucian para imam dengan klik link berikut:http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest&note_id=133850396634690

salam hangat,

Inspirasi Hari ini,Selasa 31 Agustus 2010-Membangun persaudaraan dengan harta yang dapat binasa

Ada dua orang bersaudara bekerja bersama-sama di ladang milik keluarga mereka. Yang seorang telah menikah dan memiliki sebuah keluarga besar. Yang lainnya masih lajang. Ketika hari mulai senja, kedua bersaudara itu membagi sama rata hasil yang mereka peroleh.

Suatu hari, saudara yang masih lajang itu berpikir, ”Tidak adil jika kami membagi rata semua hasil yang kami peroleh. Aku masih lajang dan kebutuhanku hanya sedikit.”
Karena itu, setiap malam ia mengambil sekarung padi dari lumbung miliknya dan menaruhnya di lumbung milik saudaranya.

Sementara itu, saudaranya yang telah menikah itu berpikir dalam hatinya, ”Tidak adil jika kami membagi rata semua hasil yang kami peroleh. Aku punya istri dan anak-anak yang akan merawatku di masa tua nanti. Sedangkan saudaraku tidak memiliki siapa pun. Tidak seorang pun akan peduli padanya pada masa tuanya.”

Karena itu, setiap malam ia pun mengambil sekarung padi dari lumbung miliknya dan menaruhnya di lumbung milik saudara satu-satunya itu.

Selama bertahun-tahun kedua bersaudara itu menyimpan rahasia itu masing-masing. Sementara itu, padi mereka sesungguhnya tidak pernah berkurang. Suatu malam keduanya bertemu dan barulah saat itu mereka tahu apa yang telah terjadi. Mereka pun berpelukan.
Harta kekayaan bisa menjadi pemersatu dalam kehidupan berkeluarga. Tetapi harta kekayaan bisa saja memecah belah persaudaraan. Hal ini tergantung dari bagaimana orang memaknai kehadiran harta kekayaan dalam hidupnya. Orang yang hidupnya untuk mengejar harta akan menaruh obsesinya pada harta kekayaan. Orang seperti ini berusaha mati-matian untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Kadang ia lupa bahwa hartanya yang banyak itu tidak dapat ia gunakan. Ia senang mengumpulkannya, tetapi belum tentu dapat menggunakannya dengan baik.

Tetapi orang yang menggunakan harta kekayaan untuk kesejahteraan hidupnya akan memandang harta sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Harta kekayaan yang banyak itu bukan tujuan kebahagiaan hidup manusia. Tujuan utama kehidupan manusia adalah kebahagiaan, bukan mengumpulkan harta. Orang seperti ini akan menggunakan harta kekayaan untuk membangun persaudaraan. Ia memandang setiap orang sebagai sahabat yang dapat membantunya mencapai tujuan hidup, yaitu kebahagiaan.
Kisah tadi mengingatkan kita, agar kita memupuk persaudaraan dengan menggunakan harta kekayaan yang kita miliki. Kedua saudara itu tidak mau persaudaraan mereka rusak hanya karena kehadiran harta kekayaan.

Sebagai orang beriman, kita dipanggil untuk senantiasa menemukan makna hidup di balik harta kekayaan yang kita miliki itu. Karena itu, mari kita perkuat persaudaraan dalam hidup kita dengan menggunakan harta yang dapat binasa. Tuhan memberkati. **


sumber: rm.Frans de Sales, SCJ

Sekaligus saya ingin mengajak anda untuk berdoa kesucian para imam dengan klik link berikut:http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest&note_id=133850396634690

salam hangat,

Senin, 30 Agustus 2010

Inspirasi Hari Ini,Senin,30 Agustus 2010-Persahabatan Yang Memperkaya Nilai-Nilai Kehidupan

Seorang pemuda berusia 20 tahun itu tampak sendirian di tengah keramaian pesta kaum muda. Ia duduk di pojok ruangan. Tiada yang menemani. Hanya sebotol minuman ringan dan sepiring makanan kecil. Wajahnya tampak murung. Ia tidak bergairah. Padahal kaum muda yang berpesta malam itu berjingkrak-jingkrak. Mereka tertawa. Mereka bernyanyi beria-ria. Tiada yang murung.

Pemuda itu tetap duduk di pojok ruangan itu. Padahal beberapa kaum muda mengajaknya untuk melantai bersama. Ia menolak. Ia memilih untuk menyendiri. Ia lagi tidak enak badan.

Belakangan baru ketahuan bahwa pemuda itu memang tidak punya teman. Ia tidak punya sahabat yang bisa diajaknya untuk ngobrol. Karena itu, tidak ada teman yang dapat ia bagikan perasaan hatinya. Suka dan duka ia miliki sendiri. Ia tidak mengalami betapa kayanya persahabatan yang baik. Ia terpuruk dalam kesendiriannya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena pemuda itu tidak mau membuka dirinya bagi persahabatan. Pemuda itu ingin hidup sendirian dan menyendiri.

Ketika ditanya, dia berkata, “Saya ingin hidup sendiri. Saya tidak ingin mengganggu orang lain. Saya juga tidak ingin diganggu.”

Membangun persahabatan dengan orang lain itu bukan untuk mengganggu ketenangan orang lain. Membangun persahabatan itu merupakan hakekat kehidupan manusia. Tidak ada orang yang diciptakan untuk dirinya sendiri. Setiap orang diciptakan untuk orang lain. Manusia itu makhluk sosial yang mesti membangun kehidupan bersama dengan orang lain.
Seorang bijak mengatakan bahwa manusia yang paling lemah adalah orang yang tidak mampu mencari sahabat. Namun yang lebih lemah dari itu adalah orang yang mendapatkan banyak teman, tetapi menyia-nyiakannya. Artinya, membangun persahabatan itu adalah suatu keharusan. Namun persahabatan itu mesti mampu memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Tidak hanya untuk satu pihak saja.
Persahabatan adalah bagian dari hidup manusia. Persahabatan itu memperkaya hidup manusia. Hanya dengan membangun persahabatan orang akan menemukan makna hidupnya sendiri. Hidup seseorang baru memiliki arti yang lebih dalam, ketika ia mampu hidup bersama orang lain.

Melalui persahabatan itu orang dapat membagikan hidupnya kepada orang lain. Orang dapat berbagi kebahagiaan yang menguatkan sesamanya. Orang dapat juga mensharingkan pengalaman hidupnya kepada orang lain. Dengan demikian, hidup ini semakin memiliki nilai-nilai yang berguna untuk kehidupan.
Sebagai orang beriman, dorongan kita untuk membangun persahabatan adalah kasih Tuhan yang senantiasa menyertai kita. Tuhan sendiri menghendaki kita hidup bersahabat dengan semua orang. Persahabatan itu mesti membangun pesaudaraan dan cinta kasih yang mendalam. Mari kita membangun persahabatan yang baik dan benar untuk kehidupan yang lebih baik. Tuhan memberkati. **

sumber:rm.Frans de Sales, SCJ

Sekaligus saya ingin mengajak anda untuk berdoa kesucian para imam dengan klik link berikut:http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest&note_id=133850396634690

salam hangat,

A.M.Adi Normawan

Minggu, 29 Agustus 2010

Inspirasi Hari Ini,Minggu,29 Agustus 2010-Memberi Motivasi dengan kata-kata

Ada dua orang laki-laki yang dirawat di kamar yang sama di sebuah rumah sakit. Yang satu harus duduk selama satu jam sehari untuk mengosongkan air yang ada di paru-parunya. Tempat tidurnya dekat jendela, sehingga ia bisa melihat keluar. Sedangkan yang lain mesti berbaring lurus di atas punggung. Tempat tidurnya agak jauh dari jendela, sehingga ia tidak bisa menyaksikan apa yang terjadi di luar.

Keduanya menghabiskan waktu mereka dengan obrolan-obrolan. Mereka menjadi sangat akrab, meski sebelumnya mereka tidak saling mengenal. Mereka bercerita tentang pekerjaan, keluarga dan tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi.

Setiap sore, laki-laki yang tidur dekat jendela menceritakan kepada temannya apa yang ia lihat di luar jendela. Berbagai kegiatan di luar jendela itu menarik perhatian temannya. Ia pun mendengarkan dengan penuh perhatian. Ia merasa bahagia. Ia merasa tenang, ketika mendengarkan kata-kata temannya. Meski ia tidak bisa melihat, namun mendengar saja sudah cukup baginya. Kata-kata temannya itu sungguh-sungguh bermakna baginya.
Ia mencoba membayangkan berada di luar jendela. Ia bayangkan sedang menggandeng istri dan anak-anaknya. Atau ia membayangkan sedang mendampingi istrinya yang sedang membaca novel di tepi kolam di rumahnya. Lantas pria yang tidur itu berkata, “Saya menyukai ceritamu. Suasana itu membuat saya semakin bersemangat untuk sembuh. Nanti ketika saya sembuh, saya akan menceritakan semua ini kepada keluarga saya.”

Kata-kata yang indah dan menarik dapat membangkitkan semangat seseorang yang sedang menderita. Kata-kata indah itu dapat membantu orang yang sedang sakit dapat sembuh kembali. Kata-kata itu seperti pemicu yang mampu menelisik sisi terdalam hati manusia. Kata-kata itu dapat membantu orang untuk melakukan sesuatu yang indah dan menawan bagi orang lain.

Kata-kata itu dapat membantu kita untuk menggerakkan tangan kita untuk melakukan sesuatu yang bernilai bagi hidup kita. Di dalam kata-kata itu tersimpan kekuatan yang sangat kuat. Kekuatan kata-kata itu selalu hadir dalam hidup kita. Untuk itu, kita mesti memiliki kata-kata yang sopan dan santun untuk membangun relasi yang baik dengan sesama. Kata-kata kita mampu membangkitkan semangat hidup orang lain.
Sebagai orang beriman, tentu kita ingin mendasarkan kata-kata kita pada firman Tuhan. Kalau kita menggunakan firman Tuhan itu dengan benar dan baik, kita akan membantu orang untuk memiliki semangat hidup. Orang yang sakit dapat menemukan kesembuhannya, ketika mendengarkan kata-kata kita yang santun dan lembut. Orang yang sedang putus asa dapat menemukan motivasi untuk melanjutkan hidupnya, ketika mendengar nasihat kita yang menyenangkan hatinya.
Mari kita gunakan kata-kata yang baik, benar dan santun dalam membangun persahabatan dengan semua orang. Hanya dengan cara demikian, kita dapat memberikan semangat hidup kepada sesama kita. Tuhan memberkati. **


sumber:rm.Frans de Sales, SCJ

Sekaligus saya ingin mengajak anda untuk berdoa kesucian para imam dengan klik link berikut:http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest&note_id=133850396634690

salam hangat,

A.M.Adi Normawan

Sabtu, 28 Agustus 2010

Inspirasi Hari Ini,Sabtu,28 Agustus 2010-Merebut Kesempatan Untuk Hidup Yang Lebih Baik

Seorang gadis melepaskan kesempatan yang begitu berharga baginya untuk membangun karier yang lebih baik. Ia ditawari untuk bekerja di perusahaan asing yang punya prospek yang sangat besar. Bahasa Inggrisnya sempurna. Ilmu dia punya. Tetapi yang membuat ia melepaskan kesempatan itu adalah hal sepele: ia tidak mau jauh dari keluarganya.

Terhadap keputusannya itu, banyak orang menganggapnya sebagai suatu kebodohan. Apalagi ketika mereka mendengar alasannya yang sepele itu. Tetapi baginya, itulah cara terbaik baginya untuk tetap dekat dengan orangtuanya. Ia lebih mencintai orangtuanya daripada membangun karier bagi dirinya sendiri. Ia memilih untuk tidak mempunyai apa-apa.

Banyak orang membutuhkan pekerjaan untuk kelangsungan hidupnya. Banyak orang ingin agar kariernya menanjak, sehingga mereka dapat membangun kehidupan yang lebih baik. Bagi mereka, kesempatan yang ada mesti direbut. Tidak boleh dibiarkan berlalu begitu saja. Kesempatan itu hanya datang sekali. Ia tidak datang untuk kedua kali.
Kesempatan itu adalah waktu, karena ia hanya datang satu kali. Setelah itu, ia berlalu ketika orang tidak menggunakannya dengan baik. Karena itu, orang mesti menggunakan kesempatan itu sebaik-baiknya dan sebanyak mungkin untuk kehidupan ini. Orang tidak boleh membiarkan kesempatan itu berlalu begitu saja. Menyia-nyiakan kesempatan hanyalah suatu kebodohan dalam hidup.
Kisah gadis tadi menunjukkan lemahnya iman seseorang. Orang yang punya iman itu orang yang mampu menghadapi tantangan jaman. Orang yang berani meninggalkan kelekatan dirinya dengan hal-hal di sekitarnya. Orang yang mampu menggunakan kemampuannya untuk membangun hidup yang lebih baik bagi kesejateraan dirinya dan sesama.

Karena itu, kesempatan adalah peluang yang dapat segera diambil untuk membangun hidup yang lebih baik. Kesempatan itu keluasan yang membuka jalan-jalan baru bagi masa depan yang terang benderang. Orang yang melewatkan kesempatan begitu saja akan mengalami penyesalan dalam hidupnya. Peluang itu berlalu bersama waktu. Tidak akan kembali lagi.
Di hadapan kita berjajar pintu-pintu kesempatan yang terbuka lebar. Kita mesti masuk ke dalam pintu-pintu itu. Kita rebut kesempatan itu untuk membangun suatu kehidupan yang lebih baik. Jangan kita hanya menonton dan mengagumi kesempatan-kesempatan itu. Kita maju dan menggunakannya untuk kebahagiaan diri kita.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa berusaha untuk merebut peluang-peluang yang berhamburan di depan mata kita. Peluang-peluang itu menjadi bekal bagi kita dalam perjalanan menuju kesejahteraan bagi hidup kita. Namun orang beriman mesti berpikir tentang hidup sesamanya. Orang beriman mesti peduli terhadap lingkungan hidupnya. Sesama bukanlah musuh yang mesti ditaklukkan, tetapi sesama adalah teman seperjalanan menuju kesuksesan. Tuhan memberkati. **

sumber:renungan Frans de Sales, SCJ

Sekaligus saya ingin mengajak anda untuk berdoa kesucian para imam dengan klik link berikut:http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest&note_id=133850396634690

salam hangat,

A.M.Adi Normawan

Jumat, 27 Agustus 2010

Inspirasi Hari Ini,Jumat,27 Agustus 2010-Membuka Diri Terhadap Dunia Yang Luas

Seorang gadis bertahun-tahun tinggal di dalam rumahnya saja. Kalau ia keluar, paling sebatas pagar sekeliling rumahnya. Di rumah ada televisi. Tetapi ia memilih tidak menghabiskan waktunya di depan televisi. Waktu-waktu digunakannya untukk bekerja. Akibatnya, ia tidak begitu tahu tentang kemajuan dunia. Ia lebih sibuk dengan dirinya sendiri.

Suatu hari, ia diminta oleh ibunya untuk berbelanja ke pasar untuk kebutuhan dapur mereka. Biasanya sang ibu yang belanja. Namun kali itu sang ibu berhalangan. Apa yang dilakukan gadis itu? Setelah di pasar, ia bingung tidak tahu mau buat apa. Ia tidak bisa memilih apa yang semestinya ia beli untuk kebutuhan dapur. Ia juga tidak tahu harga sayu-sayuran. Jadi ia memilih untuk pulang daripada kebingungan berjalan ke sana ke mari.
Ketika ibunya pulang, ibunya sangat terkejut ketika tahu bahwa putrinya tidak belanja barang-barang kebutuhan dapur. Ketika ia bertanya tentang hal itu, putrinya mengatakan bahwa ia tidak tahu mau beli apa. Selama ini ibunya sudah memenuhi dapur dengan belanjaannya. Ia tinggal memasak. Jadi dunia gadis itu hanya sekitar dapur. Ia tidak mengerti kalau di pasar itu lebih banyak barang-barang kebutuhan yang dijual daripada yang ada di dapur rumahnya.

Ada orang yang dunianya sangat sempit. Ada yang dunianya selebar meja tulisnya. Ada yang dunianya seluas rumah dan halaman rumahnya. Tetapi ada juga yang dunianya itu seluas jagat raya ini. Tak terhingga. Mengapa ini bisa terjadi? Karena orang yang punya dunia seluas jagat raya itu selalu membuka diri terhadap berbagai informasi. Ia juga mau mencari informasi yang berguna bagi dirinya sendiri. Ia tidak tinggal diam saja di tempat dan membiarkan dunia informasi datang mempengaruhinya.
Kisah tadi menunjukkan bahwa suatu dunia yang sempit itu membuat orang memiliki gerak hidup yang terbatas. Pengetahuan pun terbatas. Karena itu, ketika orang mesti keluar ke dunia yang lebih luas, orang mengalami kesulitan. Orang mengalami kebingungan. Tentu saja hal seperti ini tidak menguntungkan bagi kehidupan manusia.

Karena itu, orang mesti berani untuk berpetualang. Orang tidak bisa hanya terkungkung dalam dunia yang sempit. Di sekitar kita ada gunung, lembah, dataran dan lautan yang membentang. Semua itu menanti kita untuk kita jelajahi. Bukan hanya untuk bersenang-senang. Tetapi lebih-lebih untuk mengalami betapa dalam dan luasnya kasih Tuhan kepada manusia.

Tuhan telah menyediakan semua itu untuk kita garap. Tuhan menyediakan semua itu bagi kesejahteraan hidup kita. Tuhan menciptakan semua itu, agar manusia memiliki kehidupan yang layak.

Sebagai orang beriman, mari kita membuka diri kita lebar-lebar terhadap berbagai hal yang ada di sekitar kita. Kita serap semua itu demi kesejahteraan hidup kita. Dengan demikian, kita dapat menjadi orang-orang yang mampu bersyukur kepada Tuhan atas semua yang telah dianugerahkanNya kepada kita. Tuhan memberkati. **

sumber:rm.Frans de Sales, SCJ

Sekaligus saya ingin mengajak anda untuk berdoa kesucian para imam dengan klik link berikut:http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest&note_id=133850396634690

salam hangat,

A.M.Adi Normawan

Kamis, 26 Agustus 2010

Inspirasi Hari Ini,Kamis,26 Agustus 2010-Berani Menerjang Rintangan-Rintangan

Ada seorang pemuda yang selalu ragu-ragu untuk memulai suatu usaha. Padahal kalau saja ia mulai dengan berani usaha itu, ia akan meraub keuntungan yang berlipat-lipat. Tetapi karena ia selalu ragu-ragu, akibatnya usaha itu tidak pernah berjalan. Ia kehilangan keuntungan yang banyak. Ia menjadi seorang yang bermimpi tentang hasil usaha yang banyak. Tetapi ia sendiri tidak mampu meraihnya. Keragu-raguan itu telah membuat ia gagal dalam usaha tersebut.

Rintangan yang paling besar adalah sikap ragu-ragu itu. Kalau saja pemuda itu mampu menyingkirkan rintangan itu, ia tentu menjadi orang yang maju dalam hidupnya. Rupanya sikap ragu-ragu itu telah membuat ia tidak punya kemampuan untuk memiliki ketahanan dalam hidup. Apa saja yang ia usahakan selalu gagal. Ia terlalu banyak memikirkan tentang berbagai hal yang tidak masuk akal.
Itulah keterbatasan dirinya. Kemampuannya untuk menerjang sikap ragu-ragu dalam dirinya itu hilang. Ia tidak punya nyali untuk meneruskan perjalanan hidupnya. Ia mau hidup biasa-biasa saja. Ia tidak mau lebih maju lagi dalam berusaha. Ia mudah menyerah pada situasi yang ada.

Orang yang sering ragu-ragu dalam hidupnya biasanya akan menemukan suatu hidup yang tidak membahagiakan. Orang seperti ini sering punya macam-macam pikiran yang menaungi dirinya. Sebentar-sebentar ia akan bertanya pada dirinya sendiri, kalau saya lakukan ini apa yang akan terjadi? Kalau saya buat ini, bagaimana kata orang tentang diriku?

Tentu saja sikap seperti ini sering menghambat orang untuk maju dalam perjuangan hidupnya. Orang tidak pernah akan melangkahkan kakinya lebih jauh lagi. Orang seperti ini akan tetap berhenti di tempat. Tidak maju-maju. Orang mudah menyerah pada keterbatasan dirinya.

Apa yang mesti dilakukan terhadap orang seperti ini? Kepada orang seperti ini mesti dikatakan bahwa setiap orang punya keterbatasan. Namun keterbatasan itu dapat menjadi kekuatan bagi manusia untuk dapat maju dalam kehidupannya. Keterbatasan itu mampu membantu seseorang untuk memilah-milah apa saja yang bisa dilakukannya untuk kemajuan dirinya.
Yang mesti disadari dalam hidup ini adalah kita mesti berani untuk melangkahkan kaki kita. Kita mesti berani menerjang halangan-halangan yang mungkin akan menghadang kita. Karena itu, kita jangan dulu cepat-cepat tunduk pada rintangan-rintangan. Mungkin yang kita temui dalam perjalanan hidup kita bukan rintangan, tetapi jalan mulus yang membantu kita berhasil dalam usaha-usaha kita.

Karena itu, mari kita singkirkan pikiran-pikiran yang tidak-tidak yang ada dalam diri kita. Atau kita jadikan hal-hal itu sebagai kekuatan untuk membantu kita meraih sukses dalam usaha-usaha kita. Tuhan memberkati. **


sumber:rm.Frans de Sales, SCJ

Sekaligus saya ingin mengajak anda untuk berdoa kesucian para imam dengan klik link berikut:http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest&note_id=133850396634690

salam hangat,

A.M.Adi Normawan

Rabu, 25 Agustus 2010

Inspirasi Hari Ini,Rabu 25 Agustus 2010-Berpikir Baik Tentang Sesama

Suatu hari seorang bapak kehilangan uang sebesar lima ratus ribu rupiah. Ia sudah mencari ke mana-mana, namun tidak ia temukan. Ia sudah berusaha mengingat-ingat apakah uangnya itu tertinggal di kantor atau jatuh di jalan. Namun ia tidak ingat apa-apa. Yang pasti adalah ia memasukkan uangnya itu ke saku celananya, bukan di dompetnya. Karena itu, ia menaruh curiga terhadap pembantu rumah tangga yang pagi harinya mencuci celananya.
Namun ia tidak mau cepat-cepat menuduh. Sepulang dari kantor, ia bertanya kepada istrinya tentang uang lima ratus ribu rupiah yang hilang itu. Sang istri juga tidak tahu. Ia hanya memindahkan celana suaminya yang kotor itu lalu meletakkan di kamar mandi. Setelah itu, pembantu yang mencuci celana dan pakaian-pakaian yang lain. Bapak itu semakin bingung mendengar penjelasan istrinya. Ia semakin kuatir, karena uang itu bukan miliknya. Uang itu milik bersama teman-teman di kantornya.

Akhirnya, ia memberanikan diri bertanya kepada sang pembantu. Sambil tersenyum, pembantu itu berkata, "Pak, saya simpan uang bapak. Bapak tidak usah cemas. Uang bapak selamat."
Bapak itu memandang penuh senyum dan terima kasih kepada pembantu itu. Ia memeluknya. Ia meminta maaf kepadanya, karena sudah berprasangka buruk terhadapnya.

Sering orang mudah berprasangka buruk terhadap sesamanya. Kesalahan yang dibuatnya sendiri dituduhkan kepada orang lain. Kecerobohan diri sendiri dilimpahkan kepada orang lain. Orang mau melempar kesalahan dirinya kepada orang lain.
Kisah tadi mengajak kita untuk hati-hati dalam menuduh orang lain. Belum tentu orang yang kita tuduh itu seburuk yang ada dalam pikiran kita. Ternyata orang yang dituduh melakukan hal yang buruk itu orang yang baik. Orang yang peduli terhadap sesamanya. Orang yang mau menyelamatkan sesamanya.

Ketika Anda berhadapan dengan suatu persoalan, Anda mesti tanggalkan prasangka-prasangka. Prasangka itu seperti sepatu yang enak dipakai, tetapi tidak bisa dipakai untuk berjalan. Mengapa ada prasangka-prasangka? Karena orang tidak menguasai persoalan yang ada. Orang masih meraba-raba tentang suatu persoalan. Orang mesti berusaha menguasai sungguh-sungguh suatu persoalan.
Orang akan memiliki pandangan yang lebih jernih dan enak, kalau ia mampu melepaskan diri dari prasangka-prasangka. Persoalan hidup pun akan mudah diatasi. Untuk itu, orang mesti membersihkan dirinya dari pikiran yang buruk tentang orang lain. Orang mesti memiliki suatu pikiran positif tentang orang lain.
Sebagai orang beriman, kita diajak untuk menemukan hal-hal yang baik dalam diri sesama kita. Dengan cara ini, kita akan melihat sesama dengan mata yang jernih dan baik. Kita akan membangun suatu relasi yang lebih baik dengan sesama kita. Hidup kita akan bahagia dan damai. Tuhan memberkati. **

sumber:rm.Frans de Sales, SCJ

Sekaligus saya ingin mengajak anda untuk berdoa kesucian para imam dengan klik link berikut:http://www.facebook.com/
/note.php?saved&&suggest&note_id=133850396634690

salam hangat,

A.M.Adi Normawan

Selasa, 24 Agustus 2010

Inspirasi Hari Ini,Selasa,24 Agustus 2010-Menanamkan Kebaikan Dalam Hidup

Suatu hari seorang majikan mengeluh, mengapa salah seorang pembantunya suka memboroskan gajinya. Ketika baru beberapa bulan bekerja, pembantunya ini sudah minta dibelikan sebuah HP. Majikan itu tidak bisa menolak, karena uang yang digunakan adalah milik pembantu itu. Namun yang mengherankan adalah setiap bulan pembantu itu mesti mengeluarkan seratus lima puluh ribu rupiah untuk beli pulsa. Tambahan lagi, ia juga sering membelikan makanan dan pakaian untuk sanak keluarganya.

Melihat kebiasaan yang boros itu, majikan itu berkata kepadanya, "Yang kamu lakukan itu tidak bijaksana. Kamu bekerja keras, tetapi kamu habiskan hanya untuk hal-hal yang tidak berguna. Kamu tidak bisa menikmati hasil jerih payahmu. Orang lain yang menikmati kerja kerasmu itu."

Namun pembantu itu tidak mau mendengarkan nasihat majikannya. Ia tetap saja melakukan apa yang menjadi keinginannya. Ia merasa senang, ketika orang lain memuji dirinya yang mudah memberikan apa yang dimilikinya. Apa yang terjadi kemudian? Pembantu itu kemudian stress. Ia tidak punya apa-apa yang bisa ia banggakan. Gajinya habis hanya untuk hal-hal yang tidak berguna.
Banyak orang menghabiskan harta miliknya untuk hal-hal yang tidak perlu. Mereka melakukan itu demi gengsi, agar orang lain mengagumi diri mereka. Ternyata gengsi itu mahal harganya. Orang berani melepaskan milik kepunyaannya hanya demi gengsi.

Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa hidup apa adanya itu jauh lebih penting daripada mesti menonjolkan diri. Orang tidak perlu menunjukkan kebaikan dirinya secara berlebihan. Orang yang baik itu biasanya tidak menampakkan. Orang yang baik itu biasanya tidak menggembar-gemborkan diri.
Orang yang menampilkan kebaikan semu biasanya juga orang yang egois dalam hidupnya. Orang yang suka disanjung-sanjung. Kalau sanjungan itu sudah habis, orang seperti ini akan mengalami stress. Atau orang seperti ini akan mencari cara-cara baru untuk mempertahankan kebaikan semunya itu. Orang seperti ini akan selalu bersandiwara dalam hidupnya. Ketika sandiwara itu berakhir, orang seperti ini akan mengalami kekosongan dalam dirinya. Ia tidak punya jiwa yang kokoh lagi. Semangatnya menurun drastis. Habislah ia dalam perjalanan hidupnya.

Sebagai orang beriman, kita diharapkan untuk meningkatkan kebaikan kita. Namun bukan kebaikan yang semu, melainkan kebaikan yang sejati. Artinya, orang beriman itu tidak bermain sandiwara dalam hidupnya. Orang beriman mesti menampilkan diri apa adanya. Dengan demikian, ia menemukan damai dan sukacita dalam hidup ini.

Tuhan memberkati. **


sumber:rm.Frans de Sales, SCJ

Sekaligus saya ingin mengajak anda untuk berdoa kesucian para imam dengan klik linkberikut:http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest&note_id=133850396634690

salam hangat,

A.M.Adi Normawan

Senin, 23 Agustus 2010

Inspirasi Hari Ini,Senin,23 Agustus 2010- Atas Nama Cinta

Seorang penjaga lepas pantai berhari-hari berada di anjungan mercusuar. Ia meninggalkan sang buah hati yang baru dinikahinya satu tahun lalu. Ia bekerja di sana demi keselamatan kapal-kapal yang lewat di perairan sekitarnya. Ia tidak merasa lelah. Ia tidak merasa kesepian. Bahkan ia memiliki semangat yang luar biasa. Itulah pekerjaannya. Itulah tempat ia mendapatkan sesuap nasi untuk penghidupan dirinya dan sang buah hati.

Pada akhir pekan, ia akan turun ke darat. Ia digantikan oleh penjaga yang lain yang khusus bekerja selama akhir pekan. Ia akan kembali lagi ke anjungan mercusuar itu pada hari Senin hingga Jumat.
Ketika ditanya tentang hal itu, ia mengatakan bahwa itulah resiko dari suatu pilihan hidup. Ia sudah memilih untuk bekerja di tempat itu, maka ia mesti mempertanggungjawabkannya. Apalagi sang buah hati pun tidak keberatan. Malahan ia sangat mendukung sang kekasihnya dengan motivasi-motivasi yang tinggi.

Penjaga lepas pantai itu berkata, "Hal yang semakin mendorong saya bekerja di tempat ini adalah cinta. Pertama-tama saya mencintai pekerjaan ini. Tetapi yang juga menjadi hal yang utama adalah saya mencintai istri saya dan mereka semua yang ada di rumah saya."
Cinta memang merupakan kekuatan yang paling besar dalam hidup ini. Tanpa cinta, orang tidak akan mengorbankan hidupnya bagi sesamanya. Tanpa cinta, orang hanya akan mengalami kesia-siaan dalam hidup ini. Suatu pekerjaan tidak akan memiliki makna yang mendalam, kalau tidak disertai oleh cinta yang mendalam. Korban yang dilakukan untuk seseorang atau orang lain selalu didasari oleh cinta yang sejati dan luhur.

Hanya cinta yang mampu melahirkan pengharapan dan pengabdian kepada sesama. Cinta mampu menundukan hati yang keras dan kasar. Hanya cinta yang mampu memberi kekuatan kepada manusia untuk melakukan hal-hal yang spektakuler dalam hidup ini. Tentu saja cinta yang baik. Bukan cinta yang egois yang hanya mengutamakan kepentingan diri sendiri.
Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa orang yang berkorban demi cinta tidak pernah berpikir tentang resiko yang akan dihadapinya. Dalam benak orang seperti ini yang ada hanyalah kekuatan untuk memberikan hidupnya untuk sesama yang dicintainya. Ia tidak banyak berpikir tentang apa yang diperolehnya bagi dirinya sendiri. Ia hanya berpikir tentang apa yang dapat ia berikan bagi orang yang dicintainya.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa memberikan perhatian dan cinta kita kepada sesama. Mereka semua adalah milik Tuhan. Mereka juga dikasihi oleh Tuhan seperti Tuhan mengasihi kita. Dengan demikian, apa pun yang kita lakukan bagi sesama, kita lakukan demi cinta kita yang semakin besar kepada sesama.

Mari kita berusaha terus-menerus untuk mengabdikan hidup kita atas nama cinta. Dengan demikian, kita akan menemukan damai yang tahan terhadap setiap cobaan hidup.
Tuhan memberkati. **


sumber :rm.Frans de Sales, SCJ

Sekaligus saya ingin mengajak anda untuk berdoa kesucian para imam dengan klik linkberikut:http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest&note_id=133850396634690

salam hangat,

A.M.Adi Normawan

Minggu, 22 Agustus 2010

Inspirasi Hari Ini,Minggu 22 Agustus 2010-Bersiap Siaga Menghadapi Gelombang Kehidupan

Seorang bapak yang telah puluhan tahun bekerja keras untuk keluarganya mendapat tantangan di masa tuanya. Ia kehilangan istri yang sangat dicintainya. Ketika ia sukses dalam usaha-usahanya, sang istrilah justru yang memegang peranan yang sangat penting. Sang istri berhasil mengendalikan perusahaan di kala sang suami mesti mengurus berbagai hal untuk kelancaran usaha-usahanya.
Karena itu, kehilangan sang istri menjadi pukulan yang sangat besar dalam hidupnya. Ia tampak begitu murung mengarungi hari-hari hidupnya. Ia kurang punya semangat untuk meneruskan usaha-usahanya. Seolah-olah hidup ini sia-sia saja baginya. Padahal ia telah melewati berbagai tantangan yang menghadangnya.

Tentang kepergian istrinya untuk selama-lamanya, ia berkata, "Dia sangat berarti bagi hidup saya. Mengapa dia mesti meninggalkan saya seorang diri? Apalagi kami masih punya rencana yang besar untuk kemajuan usaha-usaha kami. Saya tidak bisa buat apa-apa lagi untuk kelanjutan usaha kami."

Dia sangat terpukul. Dia merasa kehilangan pegangan hidup. Badai dan gelombang menghantam dirinya. Ia tidak kuat menghadapinya.

Gelombang kehidupan bisa menerpa siapa saja. Kapan gelombang itu datang, orang juga tidak tahu. Bisa saja gelombang kehidupan itu datang ketika orang sedang menikmati sukses kehidupannya. Tetapi bisa saja gelombang kehidupan itu menerpa orang yang sedang memulai usaha-usahanya. Dalam kondisi apa pun semestinya orang siap untuk menghadapi gelombang kehidupan itu.

Kisah tadi mengatakan kepada kita bahwa sang bapak tidak siap menghadapi hal yang terburuk dalam hidupnya. Ia belum rela sang istri yang dicintai itu pergi meninggalkannya untuk selamanya. Mengapa bisa terjadi? Karena bisa saja ia kurang punya iman yang mendalam.

Semestinya ia yakin bahwa kematian itu bukan akhir dari segala-galanya. Kematian itu suatu saat untuk beralih ke kehidupan yang lain. Suatu kehidupanyang diyakini oleh orang beriman sebagai kehidupan yang abadi. Di sana,tidak akan ada lagi penderitaan. Tidak ada lagi gelombang yang mampu menerpa hidup manusia.
Karena itu, kesiapsediaan menjadi suatu hal yang sangat penting dalam hidup manusia. Orang mesti menyiapkan dirinya untuk menghadapi peristiwa yang paling pahit dalam hidupnya. Orang beriman diajak untuk selalu bersiap siaga. Mengapa? Karena kematian itu seperti pencuri yang datang tiba-tiba, tidak direncanakan.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk selalu siap siaga menghadapi gelombang kehidupan ini. Dengan cara ini, orang mampu menghadapi gelombang kehidupan ini dengan hati yang damai dan lapang. Mari kita berusaha untuk senantiasa menyertakan Tuhan dalam perjalanan hidup kita. Dengan demikian, kita dapat menerima peristiwa-peristiwa yang terburuk yang akan menimpa diri kita.
Tuhan memberkati. **

sumber:rm.Frans de Sales, SCJ

Sekaligus saya ingin mengajak anda untuk berdoa kesucian para imam dengan klik link berikut:http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest&note_id=133850396634690

salam hangat,

A.M.Adi Normawan

Sabtu, 21 Agustus 2010

Inspirasi Hari Ini,Sabtu,21 Agustus 2010-Mengubah yang negatif menjadi positip

Ada seorang pemarah. Apa-apa saja yang salah ia langsung marah. Ia tidak peduli siapa yang ia marahi.Bahkan orangtuanya sekalipun ia marahi, kalau mereka melakukan kesalahan sekecil apa pun. Ia gampang naik pitam. Ia mudah terbawa emosi. Karena itu, ia kehilangan banyak sahabat. Banyak temannya yang menghindar darinya. Mereka tidak mau ambil resiko bertengkar dengannya.

Suatu hari ia mulai menyadari kebiasaannya itu. Karena itu, ia mulai berusaha untuk mengendalikan dirinya. Ia berusaha untuk tidak marah,ketika salah seorang temannya mengganggunya. Namun ia tidak berhasil.Ia masih saja tetap meluapkan emosinya kepada orang-orang di sekitarnya yang membuat hatinya terasa jengkel.
Mengetahui niatnya untuk mengendalikan dirinya, seorang temannya memberinya nasihat untuk memakan dua buah cabe pedas begitu ia hendak marah. Baginya, nasihat ini sesuatu yang tidak masuk akal. Ia ragu apakah ia berhasil atau tidak. Namun ia mau coba juga.

Waktu pertama kali ia lakukan nasihat itu, mulutnya terasa sangat pedas seperti api yang membakar. Ia ingin berhenti saja. Namun keinginan untuk mengubah kebiasaan marahnya itu terus memotivasi dirinya untuk melakukan nasihat itu. Setiap kali ia hendak marah, ia mengambil dua buah cabe dari saku bajunya. Ia makan. Terasa pedas di mulut. Ia tidak jadi marah.

Akhirnya,ia berhasil. Ia merasakan betapa orang yang dimarahi itu juga akan mengalami pedas seperti cabe di dalam mulutnya. Ia sadar bahwa dalam hidup bersama orang tidak boleh saling menyakiti. Orang tidak boleh membuat sesamanya merasakan pedasnya dimarahi.

Setiap kita dapat menusukkan pisau belati kemarahan kepada sesama kita.Kita merasa kurang senang terhadap sesama kita. Kita merasa kurang puas terhadap sesama kita. Kita langsung mendampratnya habis-habisan.Padahal kemarahan itu akan meninggalkan bekas yang mendalam dalam diri sesama kita itu. Kemarahan itu seperti cabe yang pedas yang merusak relasi kita satu sama lain.

Karena itu, apa yang mesti kita lakukan kalau kita memiliki sifat yang mudah emosi, mudah marah? Kita mesti berlatih terus-menerus. Kita berlatih untuk mengalahkan kemarahan yang ada dalam diri kita. Mengapa?Karena orang yang mudah marah biasanya orang yang sulit menemukan jalan keluar, ketika menghadapi persoalan-persoalan. Orang yang kurang kreatif dalam hidupnya. Yang dimiliki hanyalah memaksakan kehendaknya kepada orang lain. Tidak ada jalan alternatif yang bisa ditempuh untukmemecahkan masalah-masalahnya.
Sebagai orang beriman, kita ingin agar kita terus-menerus memiliki kesadaran untuk mengubah yang negatif menjadi sesuatu yang positif bagi hidup kita. Kebiasaan marah dapat kita ubah menjadi kebiasaan untuk mudah mengampuni. Mari kita berusaha untuk berdamai dengan setiap orang. Hanya dengan cara ini, kita dapat membangun hidup yang lebih baik dengan sesama.


Tuhan memberkati. **

sumber:rm.Frans de Sales, SCJ

Sekaligus saya ingin mengajak anda untuk berdoa kesucian para imam dengan klik link berikut:http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest&note_id=133850396634690

salam hangat,
A.M.Adi Normawan

Jumat, 20 Agustus 2010

Inspirasi Hari ini,Jumat,20 Agustus 2010-Menjadikan Ketekunan Sebagai Kekuatan Diri

Seorang pengelana mengembara keberbagai tempat di pulaunya. Ribuan kilometer sudah ia jelajahi. Ia tidak pernah merasa capek. Bahkan ia merasa memiliki pengalaman yang lebih banyak daripada sebelumnya. Karena itu, ia tidak mau berhenti untuk berkelana.
Ketika ditanya tentang kebiasaannya itu, ia mengatakan bahwa ia lakukan semua itu untuk menemukan pengalaman hidup. Pengalaman hidup itu mesti dicari dan dikejar. Orang tidak bisa diam saja di tempat lalu mendapatkan pengalaman hidup sebanyak-banyaknya.

Suatu hari seorang temannya bertanya, "Bagaimana Anda mulai dengan ide berkelana itu?" Pengelana itu menjawab, "Sederhana saja. Yang dibutuhkan dari Anda adalah melangkahkan kaki Anda. Langkah pertama itu sangat menentukan keberhasilan Anda dalam upaya untuk berkelana."

Temannya itu terkagum-kagum mendengarkan penjelasan pengelana itu. Lantas pengelana itu melanjutkan,"Ribuan kilometer yang saya capai sekarang itu dimulai dengan satu angkah. Sebuah langkah besar sebenarnya terdiri dari banyaklangkah-langkah kecil."
Banyak orang takut untuk membuat langkah-langkah besar dalam hidup mereka.Misalnya, melakukan sesuatu yang spektakuler. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena mereka tidak pernah berani melangkahkan kaki mereka.Mereka takut salah untuk melangkah. Mereka punya nyali yang kecil.Padahal yang dibutuhkan hanyalah sebuah langkah awal yang pasti.Langkah-langkah berikutnya adalah kesuksesan hidup yang luar biasa.

Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa orang yang ingin sukses dalam hidup adalah orang yang mau bekerja dengan penuh ketekunan. Ketekunan itu menjadi kekuatan seseorang dalam meraih sukses. Keberhasilan tidak akan tercapai kalau orang tidak pernah mengerjakan sesuatu dengan tekun. Orang tidak bisa loncat dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain.Orang mesti berani mempertaruhkan hidupnya untuk pekerjaannya itu.Dengan demikian, ia akan menemukan keahliannya.

Karena itu, orang mesti berani untuk mengambil keputusan bagi hidupnya. Orang mesti berani mengambil langkah pertama yang penuh kepastian. Memang,mesti diakui bahwa ada banyak tantangan dan rintangan yang siap menghadang langkah-langkah kita. Tetapi kalau kita tetap punya keyakinan, kita akan sukses dalam perjalanan hidup kita.
Sebagai orang beriman, langkah-langkah kaki kita mesti disertai oleh Tuhan.Kita tidak bekerja sendirian. Kita mesti menyertakan Tuhan dalam perjalanan hidup ini. Hanya dengan menyertakan Tuhan, kita akan menemukan sukacita dan damai dalam perjalanan hidup kita. Orang yang berlangkah bersama Tuhan itu biasanya mendapatkan berkat dan perlindungan. Setiap rintangan akan dilalui dengan baik. Mari kita terus berlangkah bersama Tuhan yang kita imani.

Tuhan memberkati. **

sumber:Rm.Frans de Sales, SCJ

Sekaligus saya ingin mengajak anda untuk berdoa kesucian para imam dengan klik link berikut:http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest&note_id=133850396634690

salam hangat,
A.M.Adi Normawan

Kamis, 19 Agustus 2010

Inspirasi Hari Ini,Kamis,12 Agustus 2010-Memberi Tanpa Pertimbangan

Suatu malam seorang nenek tua datang ke sebuah keluarga. Sudah menjadi biasa, setiap bulan ia selalu dapat jatah dari keluarga itu. Tidak banyak. Hanya tiga puluh ribu rupiah. Namun malam itu ia sial. Tidak ada seorang pun yang tinggal di rumah itu. Rupanya keluarga itu sedang berlibur ke luar kota. Jadi ia tidak dapat apa-apa dari keluarga itu. Padahal ia tidak punya uang lagi untuk biaya hidupnya. Ia juga tidak punya uang lagi untuk ongkos pulang.

Dalam kebingungan, ia berusaha untuk meninggalkan rumah itu. Tiba-tiba ia berpapasan dengan seseorang yang tidak dikenalnya. Ia seorang anak muda. Nenek itu menyapanya dan meminta sejumlah uang, agar ia dapat pulang ke rumahnya. Anak muda itu merogoh saku celananya. Ada dua puluh ribu rupiah. Ia pun memberikannya kepada nenek tua itu.

Nenek itu heran. Kok ada anak muda yang begitu mudah memberinya uang? Dalam keheranannya, anak muda itu berkata, "Nenek tidak usah berpikir yang macam-macam. Saya beri dengan tulus hati. Sekarang nenek pulang ke rumah. Atau mau saya antar?"
Nenek tua itu tersenyum mendengar kata-kata anak muda itu. Lantas ia meminta anak muda itu mengantarnya ke rumahnya. Anak muda itu pun menaikkannya ke atas motornya. Ia mengantarnya sampai di rumah dengan selamat.

Memberi tanpa pertimbangan sering sulit dilakukan oleh banyak orang. Orang akan memiliki berbagai pertimbangan, ketika akan memberi sesuatu kepada sesamanya. Apalagi sesuatu yang akan diberikan itu sangat berharga bagi hidupnya. Orang berusaha untuk mempertahankannya sekuat-kuatnya.

Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa memberi tanpa pertimbangan itu mungkin. Anak muda itu dengan setulus hati memberi apa yang menjadi harapan sang nenek. Ia tidak peduli apakah nenek itu punya uang atau tidak. Yang penting baginya adalah memberi dengan setulus hati. Bahkan ia pun mau mengantarkan nenek itu ke rumahnya. Ia memiliki suatu kebajikan yang luar biasa besar.
Mengapa banyak orang tidak bisa memberi tanpa pertimbangan? Karena banyak orang lebih mendahulukan kepentingan dirinya sendiri. Orang ingin mendahulukan dirinya sendiri. Karena itu, sekaya apa pun orang, orang seperti ini akan mengalami kesulitan untuk memberi tanpa pertimbangan.
Memberi tanpa pertimbangan itu bagai menyingkirkan batu dari dalam hati kita. Ada usaha yang keras untuk mau melepaskan apa yang kita miliki untuk sesama yang sangat membutuhkan. Kalau orang sudah berhasil melepaskannya, orang akan mengalami sukacita dan damai dalam hidupnya. Orang akan berani melepaskan apa yang dimiliki tanpa banyak pertimbangan.
Sebagai orang beriman, kita mesti berani memberi tanpa pertimbangan kepada sesama. Mengapa? Karena setiap hari kita selalu mendapatkan kasih Tuhan. Tuhan memberi kita rahmatNya. Tuhan selalu melindungi hidup kita. Tuhan selalu menyediakan apa saja yang kita butuhkan untuk hidup kita. Mari kita berusaha untuk memberi tanpa pertimbangan.

Tuhan memberkati.


sumber:rm.Frans de Sales, SCJ

Sekaligus saya ingin mengajak anda untuk berdoa kesucian para imam dengan klik link berikut:http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest&note_id=133850396634690

salam hangat,
A.M.Adi Normawan