Minggu, 20 Februari 2011

Rela Berkorban Untuk Sesama

Seorang petani ladang bekerja dengan tekun di ladangnya. Setelah sarapan, ia pergi ke kebunnya. Di sana ia mencangkul, membersihkannya lalu menanam. Ia melakukannya hingga sore hari. Lantas ia pulang ke rumahnya untuk berjumpa dengan anak istrinya. Rutinitas seperti ini ia lakukan setiap hari. Bahkan pada akhir pekan.

Terik matahari tidak mampu menghentikan tangannya untuk menyiangi tanaman. Ia mencintai tanaman-tanamannya. Mengapa? Karena itulah sumber hidupnya. Tanpa bekerja di ladangnya, asap di dapur keluarganya tidak bisa mengepul. Kepenatan dianggapnya sebagai bagian dari hidupnya.

Itulah tanda cinta yang ia berikan untuk keluarganya. Itulah rasa tanggung jawab yang ia tunjukkan kepada seluruh anggota keluarganya. Namun ketika ditanya tentang cinta, petani itu bingung menjawab. Baginya, cinta itu tidak perlu diungkapkan dengan kata-kata yang panjang lebar. Cinta itu cukup ditampakkan melalui perbuatan yang nyata.
Dewasa ini ungkapan ‘I love you’ sudah bukan hal baru lagi. Di jaman dulu ungkapan ‘saya cinta padamu’ menjadi hal yang begitu sakral. Tidak biasa diungkapkan di depan umum. Namun kini ungkapan ini sudah bisa didengar kapan saja dan di mana saja. Sudah biasa dan sudah menjadi bagian dari hidup kawula muda.

Soalnya adalah apakah ungkapan ini sungguh-sungguh suatu bentuk cinta yang mendalam akan sesama? Atau hanya sebuah lip service, kata-kata kosong sebagai basa-basi? Dalam hidup sehari-hari cinta itu mesti menduduki tempat tertinggi dalam hidup manusia. Mengapa? Karena manusia hanya bisa hidup kalau ada cinta kasih. Tanpa cinta kasih manusia tidak memiliki hidup.

Dalam kisah tadi, petani itu sungguh-sungguh mencintai sesamanya. Cinta itu ia tunjukkan dengan melakukan perbuatan yang nyata. Ia mengorbankan seluruh hidupnya untuk keluarganya. Ia tidak mesti mengatakan ‘I love you’ kepada seluruh anggota keluarganya. Mereka sudah tahu bahwa ia mencintai mereka dengan melakukan pekerjaan dengan tekun dan setia di ladangnya.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa mencintai sesama dan orang-orang yang dekat dengan kita. Caranya adalah dengan memberi perhatian dan berani mengorbankan hidup kita bagi sesama. Dengan cara ini, hidup kita akan menjadi lebih baik. Kita menjadi orang-orang yang berkenan kepada Tuhan. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

sumber:http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2009/10/rela-berkorban-untuk-sesama.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar