Kamis, 04 Agustus 2011

Melepaskan Irihati, Cemburu dan Dendam

Melepaskan Irihati, Cemburu dan Dendam


Ada seorang ibu yang selalu cemburu terhadap tetangganya. Kalau ada tetangganya yang beli kulkas baru, ia juga mau ikut-ikutan beli. Ia merasa gengsinya akan naik, kalau ia memiliki apa yang dimiliki oleh tetangganya. Karena itu, ia tidak mau kalah. Persaingan ia teruskan ke hal-hal lain.

Kecemburuan itu terus berkembang. Di dalam hatinya mulai tumbuh rasa iri terhadap tetangganya itu. “Ah, dia itu kan bisanya ambil uang orang lain untuk beli barang-barangnya. Suaminya kan biasa korupsi,” kata ibu itu suatu hari kepada seorang temannya.

Temannya itu tidak mau menanggapi. Ia tahu kalau tetangga ibu itu orang yang baik. Suaminya seorang yang jujur. Karena itu, tidak ada alasan untuk menuduh hal yang bukan-bukan kepada suaminya.

Melihat hasutannya tidak berhasil, ibu itu menceritakan hal yang bukan-bukan kepada temannya yang lain. Gosip terus ia lancarkan, meski temannya itu tidak mau peduli juga. Akhirnya, ibu itu jadi bosan. Namun ia tetap menyimpan rasa iri di dalam hatinya. Bahkan suatu hari ia membuat rencana yang membahayakan nyawa tetangganya. Namun rencana itu tidak berhasil. Ia mengurungkan niatnya untuk mencelakai tetangganya.

Kita hidup dalam dunia yang sering memupuk persaingan yang tidak sehat. Untuk bersaing dengan orang lain yang lebih mampu, orang berani melakukan hal-hal yang tidak jujur. Tipuan-tipuan sering dilakukan untuk bersaing dengan orang lain. Hal ini tentu akan merugikan diri sendiri dan orang lain. Untuk mencapai suatu hasil yang tinggi, orang mesti menipu diri sendiri. Orang menyembunyikan kemampuannya yang sesungguhnya.

Sering hal-hal seperti ini kemudian menimbulkan iri hati, dendam bahkan kebencian terhadp orang lain. Akibatnya, orang tidak peduli terhadap orang lain. Orang merasa diri mampu, tetapi sebenarnya tidak bisa buat apa-apa. Ketika harus berhadapan dengan dunia nyata, orang lalu sadar akan kenyataan hidupnya.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk membangun hidup yang mengandalkan ketulusan hati. Orang mesti tulus dalam kata-kata dan perbuatannya. Dengan demikian, ia dicintai oleh semua orang yang ia jumpai dalam hidupnya. Karena itu, pertanyaan bagi kita adalah sudahkah kita melepaskan diri dari iri hati, cemburu dan dendam?

Kalau kita bisa melepaskan iri hati, cemburu dan dendam, kita akan menjadi orang yang jujur pada diri sendiri dan sesama. Kita akan menjadi orang yang bahagia dalam hidup ini.

Setiap hari kita mengalami betapa hidup ini begitu indah. Tentu saja indahnya hidup ini tidak tercipta hanya dari yang baik-baik saja. Hidup ini juga tercipta dari kesulitan-kesulitan hidup. Karena itu, mari kita syukuri aneka pengalaman hidup ini. Kita mengsyukurinya karena aneka pengalaman itu mampu membentuk hidup kita seperti sekarang ini. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ


sumber:http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2010/01/melepaskan-irihati-cemburu-dan-dendam.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar