Menjadi Pelopor Perdamaian
Suatu hari seorang
anak kecil berdoa dengan sangat khusyuk di dalam rumah ibadat. Matanya
berkaca-kaca. Ia berdoa, “Tuhan, Hatiku sedang galau saat ini. Begitu
banyak kekerasan yang terjadi. Banyak teman-temanku yang terkapar mati.
Mereka tidak berdosa, Tuhan. Tetapi kenapa mereka menjadi korban
kekerasan seperti perang, kekerasan dalam rumah tangga?”
Anak
berusia sepuluh tahun ini berdoa demikian, karena setiap hari ia
mengikuti berita-berita TV dan membaca surat kabar yang terbit di
kotanya. Hatinya terasa perih, ketika ia menyaksikan setiap kekejaman
manusia terhadap sesamanya. Betapa tidak, ada anak yang dibunuh oleh
orangtuanya seperti sedang sembelih ayam. Ada lagi anak-anak yang mati
karena serangan para tentara di Irak atau bom bunuh diri di Pakistan.
“Tuhan, aku takut kalau dunia ini semakin menjadi tempat pembantaian
terhadap teman-temanku. Mungkin aku juga dapat menjadi sasaran
tangan-tangan yang haus darah. Aku takut, Tuhan,” doa anak itu lagi.
Ketakutan anak itu memang beralasan. Setiap saat kita dapat menyaksikan
kekejaman yang terjadi di seantero dunia ini. Seolah-olah dunia ini
bukan lagi menjadi tempat yang aman bagi langkah-langkah manusia.
Mengapa semua ini bisa terjadi?
Salah satu sebab terjadinya
peristiwa-peristiwa keji itu adalah hati manusia yang egois. Manusia
hanya mengutamakan kepentingan diri sendiri. Padahal manusia itu makhluk
sosial yang mesti hidup berdampingan secara selaras dengan sesamanya.
Melukai hati sesama berarti melukai diri sendiri. Padahal Tuhan selalu
mengasihi seluruh ciptaanNya. Ia menghendaki ciptaanNya tidak menderita.
Karena itu, sebagai orang yang beriman kepada Tuhan, kita semua diajak
untuk menghentikan kekerasan dalam bentuk apa pun. Untuk itu, kita mesti
mulai dari diri kita sendiri. Kita membuka hati kita untuk kasih Tuhan
yang begitu besar kepada kita. Kita biarkan kasih Tuhan itu bekerja di
dalam diri kita. Mengapa demikian? Karena kasih merupakan inti hidup
manusia. Manusia tidak dapat hidup tanpa kasih.
Sebagai orang
beriman, kita mesti mengandalkan kasih itu bagi hidup kita sehari-hari.
Tuhan mengasihi semua orang yang memiliki hasrat baik bagi kehidupan.
Untuk itu, kita mulai dari diri kita sendiri. Kita mau mengasihi orang
yang dekat dengan kita. Kita mau memberantas kejahatan dan kekerasan
yang terjadi di sekitar kita. Dengan demikian, kita dapat menciptakan
suatu hidup yang damai dengan semua orang di sekitar kita.
Damai itu akan terjadi kalau kita memiliki niat baik untuk keselamatan
seluruh ciptaan Tuhan. Siapkah kita menjadi pelopor-pelopor perdamaian
di dunia ini?
Setiap hari kita mengalami begitu banyak hal baik
bagi diri kita. Ada begitu banyak perhatian dari orang-orang di sekitar
kita bagi hidup kita. Karena itu, kita ingin mensyukurinya. Kita
berharap, Tuhan yang mahapengasih dan penyayang itu senantiasa menyertai
kita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
sumber : http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2010/04/menjadi-pelopor-perdamaian.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar