Senin, 09 Januari 2012

Menjadi Pelopor Perdamaian

Menjadi Pelopor Perdamaian




Suatu hari seorang anak kecil berdoa dengan sangat khusyuk di dalam rumah ibadat. Matanya berkaca-kaca. Ia berdoa, “Tuhan, Hatiku sedang galau saat ini. Begitu banyak kekerasan yang terjadi. Banyak teman-temanku yang terkapar mati. Mereka tidak berdosa, Tuhan. Tetapi kenapa mereka menjadi korban kekerasan seperti perang, kekerasan dalam rumah tangga?”

Anak berusia sepuluh tahun ini berdoa demikian, karena setiap hari ia mengikuti berita-berita TV dan membaca surat kabar yang terbit di kotanya. Hatinya terasa perih, ketika ia menyaksikan setiap kekejaman manusia terhadap sesamanya. Betapa tidak, ada anak yang dibunuh oleh orangtuanya seperti sedang sembelih ayam. Ada lagi anak-anak yang mati karena serangan para tentara di Irak atau bom bunuh diri di Pakistan.

“Tuhan, aku takut kalau dunia ini semakin menjadi tempat pembantaian terhadap teman-temanku. Mungkin aku juga dapat menjadi sasaran tangan-tangan yang haus darah. Aku takut, Tuhan,” doa anak itu lagi.

Ketakutan anak itu memang beralasan. Setiap saat kita dapat menyaksikan kekejaman yang terjadi di seantero dunia ini. Seolah-olah dunia ini bukan lagi menjadi tempat yang aman bagi langkah-langkah manusia. Mengapa semua ini bisa terjadi?

Salah satu sebab terjadinya peristiwa-peristiwa keji itu adalah hati manusia yang egois. Manusia hanya mengutamakan kepentingan diri sendiri. Padahal manusia itu makhluk sosial yang mesti hidup berdampingan secara selaras dengan sesamanya. Melukai hati sesama berarti melukai diri sendiri. Padahal Tuhan selalu mengasihi seluruh ciptaanNya. Ia menghendaki ciptaanNya tidak menderita.

Karena itu, sebagai orang yang beriman kepada Tuhan, kita semua diajak untuk menghentikan kekerasan dalam bentuk apa pun. Untuk itu, kita mesti mulai dari diri kita sendiri. Kita membuka hati kita untuk kasih Tuhan yang begitu besar kepada kita. Kita biarkan kasih Tuhan itu bekerja di dalam diri kita. Mengapa demikian? Karena kasih merupakan inti hidup manusia. Manusia tidak dapat hidup tanpa kasih.

Sebagai orang beriman, kita mesti mengandalkan kasih itu bagi hidup kita sehari-hari. Tuhan mengasihi semua orang yang memiliki hasrat baik bagi kehidupan. Untuk itu, kita mulai dari diri kita sendiri. Kita mau mengasihi orang yang dekat dengan kita. Kita mau memberantas kejahatan dan kekerasan yang terjadi di sekitar kita. Dengan demikian, kita dapat menciptakan suatu hidup yang damai dengan semua orang di sekitar kita.

Damai itu akan terjadi kalau kita memiliki niat baik untuk keselamatan seluruh ciptaan Tuhan. Siapkah kita menjadi pelopor-pelopor perdamaian di dunia ini?

Setiap hari kita mengalami begitu banyak hal baik bagi diri kita. Ada begitu banyak perhatian dari orang-orang di sekitar kita bagi hidup kita. Karena itu, kita ingin mensyukurinya. Kita berharap, Tuhan yang mahapengasih dan penyayang itu senantiasa menyertai kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

sumber : http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2010/04/menjadi-pelopor-perdamaian.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar