
“Aku tidak membutuhkan obor,” kata orang buta itu menolak tawaran sahabatnya. “Bagiku, terang atau gelap sama saja.”
Sahabatnya itu menjawab, “Aku tahu bahwa kamu tidak memerlukan obor. Tetapi kalau kamu tidak membawanya, orang lain akan menabrakmu di jalan. Jadi kamu harus membawa obor ini,” kata sahabat itu.
Orang buta itu membawa obor yang diberikan temannya. Tetapi dia tidak menyalakannya. Tidak berapa lama kemudian, tiba-tiba ada orang yang menabraknya.

Orang yang menabrak orang buta itu berkata, “Obormu tidak menyala.”
Lantas orang itu pergi meninggalkan orang buta itu sendirian.

Mungkin kita mulai menyalahkan diri sendiri. Kita mencari kesalahan-kesalahan setelah mengalami suatu musibah. Kita bisa menyalahkan orang lain atas musibah yang kita derita.
Tetapi pernahkah kita menyadari bahwa dalam hidup ini kita tidak hidup sendiri? Bukankah masih ada banyak orang di sekitar kita yang berpengaruh terhadap hidup kita? Karena itu, meskipun kita sudah merasa bahwa kita sudah menyiapkan segala-galanya, kita masih mengalami hal-hal yang tidak kita inginkan.
Kisah orang buta tadi dapat menjadi contoh yang baik. Ia merasa diri sudah siap untuk berjalan dengan obor yang belum dinyalakan. Namun ternyata orang lain yang menabrak dirinya. Ternyata hal yang tidak ia butuhkan itu diperlukan oleh orang lain untuk keselamatan dirinya sendiri.
Karena itu, mari kita berusaha untuk menyadari pentingnya kebutuhan sesama kita. Yang tidak kita butuhkan ternyata dibutuhkan oleh orang lain yang hidup bersama kita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
sumber:http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2009/11/menyadari-kebutuhan-orang-lain.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar