Kamis, 10 Maret 2011

Menghadapi Kesulitan dengan Hati yang Tegar

Di Jepang ada seorang tentara yang tertangkap dan dimasukkan ke dalam penjara. Pada malam itu dia tidak bisa tidur karena sangat cemas. Ia takut keesokan harinya ia akan diinterogasi dan disiksa. Sepanjang malam itu ia membayangkan hal-hal buruk yang akan menimpa dirinya.
Sepanjang malam itu ia sangat resah. Namun setelah beberapa saat ia teringat kata-kata gurunya dulu. Gurunya pernah berkata, “Besok tidak nyata. Besok hanyalah bayang-bayang semu. Satu-satunya yang nyata adalah sekarang dan di sini.”

Tentara itu menjadi semangat lagi. Ia memejamkan matanya dan ia dapat tidur dengan nyenyak malam itu. Dalam hati ia berkata, “Apa yang akan terjadi besok, terjadilah. Saya akan menghadapinya dengan lapang dada.”

Keesokan harinya, proses interogasi berjalan seperti biasa. Tentara itu dengan tegar menghadapinya. Ia menjawab setiap pertanyaan dengan baik. Selang beberapa lama, tentara itu dibebaskan karena tidak terbukti bersalah. Ia pulang ke rumahnya dengan hati yang gembira.

Banyak orang resah dan gelisah akan hidupnya. Apalagi di jaman serba sulit seperti sekarang ini. Gaji pegawai negeri yang sebentar lagi naik membuat banyak pihak gelisah. Banyak orang tidak bisa tidur, karena hal ini. Kelanjutan dari naiknya gaji pegawai negeri adalah naiknya barang-barang kebutuhan hidup. Masyarakat kecil semakin resah akan hidupnya.

Tetapi pantaskah kita resah dan gelisah, karena naiknya harga-harga kebutuhan hidup? Bukankah hidup ini mengalir seperti air? Bukankah kita mesti menapaki hidup ini langkah demi langkah?

Hidup memang berat dalam kondisi perekonomian yang kurang begitu baik sekarang ini. Namun kita bisa bercermin pada krisis ekonomi yang terjadi sebelas tahun lalu. Ada begitu banyak usaha untuk keluar dari kesulitan hidup. Krisis yang dihadapi itu kemudian berangsur-angsur dapat diatasi.

Sebagai orang beriman, kita mesti tetap berpegang teguh pada Tuhan yang maha pengasih dan penyayang. Tuhan senantiasa menyertai kita sejelek apapun situasi yang kita hadapi. Yang dibutuhkan dari kita adalah penyerahan diri yang total kepada Tuhan. Dalam sikap penyerahan diri yang total itu, kita juga berusaha untuk keluar dari krisis yang kita hadapi. Tuhan akan membantu kita sejauh kita juga mau berusaha untuk keluar dari kesulitan yang kita hadapi.

Karena itu, janganlah kita cemas dan gelisah. Mari kita hadapi hidup ini dengan hati yang tegar, meskipun begitu banyak persoalan yang mesti kita hadapi. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ

sumber:http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2009/11/menghadapi-kesulitan-dengan-hati-yang.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar