Memiliki Daya Tahan
Suatu
hari, seorang murid silat datang kepada gurunya. Ia mengatakan kepada
gurunya bahwa ia sudah layak disejajarkan dengan gurunya dalam banyak
hal. Soalnya, dia sudah menguasai seluruh jurus silat. Dia sudah
mempraktekkannya dengan baik. Bahkan ketika suatu hari dia dikeroyok
oleh enam orang kawanan penjahat, ia dapat mengatasi mereka. Ia
mengalahkan mereka dengan memukul mereka sampai pingsan.
Guru
itu menatap mata muridnya dalam-dalam lalu bertanya, “Apakah menguasai
seluruh jurus itu sudah cukup? Bukankah masih ada kualifikasi lain?”
Murid
itu dengan suara tegas menjawab, “Saya sudah mendisiplinkan tubuhku
sedemikian rupa, sehingga saya dapat tidur di atas tanah, makan rumput
di padang dan membiarkan diriku didera tiga kali sehari.”
Guru
itu menarik lengan muridnya. Lantas ia membawanya ke jendela. Ia
mengajaknya untuk melihat seekor sapi yang ditambat di lapangan dengan
rerumputan yang hijau. Lalu dengan wajah agak sedih ia berkata kepada
muridnya, “Lihat sapi itu? hendaknya Anda ingat bahwa sapi itu tidur di
tanah, makan rumput dan tidak kurang dari tiga kali sehari dicemeti.
Karena itu, sampai saat ini kamu hanya layak menjadi seperti seekor
sapi, bukan sebagai murid yang sudah lulus.”
Mata
murid itu menjadi merah. Ia sangat geram. Mengapa ia disamakan dengan
seekor sapi? Padahal ia sudah berjuang habis-habisan untuk menggapai
cita-citanya sebagai seorang yang dinobatkan juga sebagai guru atau
bahkan mahaguru di dunia silat. Hari itu juga murid itu mengundurkan
diri dari perguruan silat itu. Ia merasa diri tidak layak menempuh
pelatihan di padepokan itu.
Barangkali yang sangat kurang
dari sang murid dalam kisah tadi adalah kerendahan hati. Hidup ini
sebenarnya suatu proses. Dalam proses itu orang tidak bisa membuat
keputusan seenaknya sendiri. Orang mesti melewati proses demi proses.
Orang tidak bisa begitu saja meloncati suatu proses yang sedang
dilalui. Orang mesti menjauhi sikap tergesa-gesa.
Kesempurnaan
itu dicapai kalau orang sudah melewati proses pembentukan dirinya.
Kadang-kadang orang merasa diri sudah tidak perlu pembinaan lagi. Orang
ingin lepas bebas bagai burung-burung di udara. Orang tidak sadar
bahwa masih ada begitu banyak hal yang mesti dipelajari dalam kehidupan
ini.
Karena
itu, dalam proses pembentukan diri itu dibutuhkan suatu sikap rendah
hati. Orang mesti belajar dari ilmu padi. Semakin berisi semakin
merunduk. Kesombongan hanya mempercepat kegagalan dalam hidup. Kata
orang, kesombongan itu langkah awal menuju kebinasaan.
Orang
juga butuh kesabaran dalam menjalani setiap proses pembentukan
dirinya. Kesabaran itu sering menjadi kunci sukses banyak orang dalam
meraih cita-cita mereka. Hal lain adalah keuletan dalam mengikuti
setiap proses pembentukan.
Kita
boleh bertanya diri apakah kita masih memiliki kerendahan hati yang
mendalam? Atau kita sudah melepaskan kerendahan hati ini? Apakah kita
memiliki kesabaran yang cukup dalam perjuangan kita meraih sukses?
Apakah hidup kita hari ini didukung oleh keuletan dalam menyelesaikan
pekerjaan-pekerjaan kita? Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
sumber :http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2010/02/memiliki-daya-tahan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar