Menjadi Saudara bagi Semua Orang
Suatu
malam seseorang menelepon saya. Saya belum pernah bertemu dengan orang
ini. Namun dengan penuh keramahan ia menyapa saya, “Saudaraku yang
baik.” Lantas ia menyebutkan namanya. Pertama kali itu saya mendengar
namanya.
“Apa kabar saudaraku,” saya menjawab meski hati saya tetap bertanya-tanya tentang identitas orang itu.
Ia
tertawa ngakak. Seolah-olah malam itu ia mendapatkan seorang saudara
yang dapat ia curahkan seluruh isi hatinya. Memang, kemudian ia
bercerita tentang suka duka hidupnya. Yang paling banyak ia sharingkan
adalah pahit getir hidupnya dalam membangun usaha dan keluarga.
Ia
bercerita, “Beberapa kali usaha saya gagal. Usaha-usaha saya sudah
mulai besar, tetapi kemudian jatuh lagi. Saya harus merangkak lagi dari
bawah. Coba Anda bayangkan betapa sulitnya memulai usaha baru, tetapi
dengan semudah itu jatuh. Seolah-olah semua yang telah saya upayakan itu
sia-sia belaka.
Saya berusaha untuk menghiburnya. Saya
berusaha untuk menuntun dia menemukan makna dari kegagalan-kegagalannya
dalam usaha-usahanya. Saya berkata, “Saudaraku, Tuhan pasti
menolongmu.”
Ia menjawab, “Aku tahu Tuhan selalu menolong
saya. Buktinya, setiap kali saya gagal, saya bisa bangkit lagi dengan
usaha yang baru. Istri dan anak-anak saya mendapatkan ketenangan batin.
Terima kasih atas nasihat-nasihat saudara.”
Ia kemudian
tertawa terbahak-bahak. Lantas ia mengucapkan selamat tidur kepada saya
sambil berjanji akan menelepon lagi, kalau dia membutuhkan bantuann
berupa nasihat.
Saya agak bingung dengan tingkah orang
yang baru pertama kali berkenalan lewat telepon itu. Biasanya dalam
keadaan sulit seperti itu di penghujung pembicaraan akan meminta uang
untuk modal usaha. Tetap orang ini tidak. Ia hanya ingin mengungkapkan
isi hatinya. Itu sudah cukup baginya.
Beberapa
waktu kemudian, ia menelepon saya lagi dengan maksud yang sama. Kali
ini ia memamerkan keberhasilan usaha-usahanya. Ia tetap menyapa saya
dengan ‘saudaraku yang baik’. Aneh, setelah itu ia tidak teleponn lagi.
Mungkin ia tidak membutuhkan nasihat saya lagi.
Membangun
persaudaraan yang baik memang tidak mudah. Selalu saja ada hambatan.
Tetapi orang yang beriman biasanya menemukan cara-cara yang baik dalam
membangun persaudaraan. Ia tidak putus asa menghadapi hambatan-hambatan.
Justru hambatan-hambatan itu manjadi berkat baginya untuk membangun
persaudaraan yang lebih baik.
Persaudaraan yang sehat dan
baik itu dibangun dalam kasih. Orang yang memiliki kasih, dia akan
dengan mudah membangun persaudaraan dengan setiap orang yang dia
jumpai. Untuk itu kita perlu menghilangkan rasa curiga terhadap sesama
yang kita jumpai. Mari kita menjadi saudara bagi semua orang. Dengan
demikian hidup kita menjadi lebih indah. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
sumber : http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2010/02/menjadi-saudara-bagi-semua-orang.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar