Ketika Kita Berani Ubah Diri
Seorang
mistikus yang sudah lanjut usia pernah mengatakan tentang dirinya,
begini, “Ketika masih muda saya seorang revolusioner dan doaku pada
Tuhan adalah Tuhan berilah saya kekuatan untuk mengubah dunia. Ketika
saya mencapai usia tengahan dan menyadari bahwa hidup saya sudah
setengah lewat tanpa mengubah seorang pun, saya mengubah doa saya
sebagai berikut, ‘Tuhan berikan aku rahmat untuk mengubah semua orang
yang berkontak dengan saya, anggota keluargaku dan teman-temanku; itu
sudah cukup. Sekarang umur saya sudah tua dan hari-hariku sudah dapat
dihitung. Saya mulai menyadari betapa bodoh saya. Sekarang saya berdoa
sebagai berikut, ‘Tuhan, berikan aku rahmat untuk mengubah diriku
sendiri.’ Jika saya berdoa seperti ini sejak awal, saya tentu tidak
menyia-nyiakan hidupku.”
Mampukah
kita mengubah dunia yang semakin tidak karuan ini? Bayangkan, kini
begitu banyak generasi muda yang jatuh ke dalam ketergantuan obat-obat
terlarang. Free sex terjadi di mana-mana. Perselingkungan sudah menjadi
kisah biasa dalam hidup sehari-hari.
Korupsi
bukan hal yang baru lagi. Kurang gizi dan busung lapar masih saja
terjadi di banyak tempat di negeri ini. Belum lagi bencana alam yang
tiada henti melanda negeri dengan ribuan pulau yang indah-indah. Lalu
apa yang mau kita ubah? Jangan-jangan kita yang terperosok ke dalam
berbagai bentuk kejahatan yang ada. Jadi apakah kita mesti menyerah
terhadap berbagai hal negatif yang ada di negeri kita ini?
Sebagai
orang beriman, tentu kita tidak akan dan tidak mau menyerah begitu
saja terhadap berbagai kebobrokan yang kita jumpai. Orang beriman itu
dipanggil untuk memperbaiki keadaan masyarakatnya yang rusak. Soalnya
bagaimana? Mau berjuang dari mana?
Nah, dalam doa sang
mistikus itu kita dapat belajar bahwa mengubah dunia itu dilakukan dari
dalam diri kita. Kita mau mengubah diri kita sendiri. Dengan demikian,
dengan sendirinya dunia ini dapat berubah. Kalau setiap dari kita
mulai mengubah sikap-sikap kita yang tidak terpuji, lama-lama dunia ini
akan menjadi suatu tempat yang aman dan damai untuk kehidupan manusia.
Ambil
saja contoh, setiap dari kita mau tepat waktu. Kita mau masuk kerja di
kantor atau tempat kerja tepat waktu. Ini mau kita lakukan setiap
hari. Kita mau konsisten dengan komitmen yang kita buat ini. Tetapi ini
mesti dilakukan dari kesadaran setiap pribadi. Kiranya dalam waktu
singkat banyak pekerjaan kita tidak terbengkalai. Pelayanan kita bagi
sesama juga tidak akan tertunda-tunda.
Atau
contoh lain, setiap dari kita mau membuang sampai pada tempat yang
sudah disediakan. Kalau dalam perjalanan di kota kita tidak menemukan
tempat sampah, kita mau bawa pulang sampah kita itu sampai di rumah.
Setibanya di rumah kita buang sampah tersebut pada tempat yang sudah
disediakan. Kita mau tertib. Kiranya dalam waktu singkat kota kita akan
bersih. Kita tidak perlu kuatir lagi, kalau nanti parit-parit
tersumbat di musim hujan. Kota kita tidak akan mengalami banjir. Mau
coba? Ini mengubah dari dalam diri lalu hasilnya adalah dunia sekitar
bisa berubah. Setiap usaha kita untuk mengubah diri kita akan mendapat
bantuan dari Tuhan yang kita imani. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
sumber: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2010/03/ketika-kita-berani-ubah-diri.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar