Memiliki Kepekaan terhadap Sesama
Setelah terjadi hujan
lebat yang mendatangkan banjir dan menghanyutkan puluhan rumah penduduk
di daerah kumuh, seorang pendeta datang mengunjungi tempat itu. Ketika
tiba di daerah kumuh yang terkenal itu, pendeta itu melihat seorang anak
berdiri telanjang di depan sebuah rumah. Dinding rumah yang terbuat
dari sisa-sisa sampah itu telah hanyut dibawa banjir. Sekilas pandang,
segala yang ada dalam rumah tersebut bisa dilihat tanpa hambatan apa
pun, karena memang rumah tersebut tak berdinding. Dengan penuh rasa
belas kasih pendeta itu bertanya, “Di mana ibumu?”
Tak ada
jawaban yang keluar dari mulut anak itu. Matanya memandang jauh ke
depan. Namun pancaran matanya mengatakan bahwa ia tak memiliki masa
depan yang jelas. Ia telah kehilangan segalanya. Kedua orangtuanya telah
hanyut bersama banjir. Dan satu-satunya yang kini ia miliki cuma sebuah
rumah tak berdinding, sebuah rumah tak beratap. Matanya jauh menatap
sebuah kehampaan.
Sang pendeta seakan mendapat pukulan yang
keras dalam batinnya. Kata-kata Sang Gurunya terdengar jelas di telinga
pendeta itu, “Aku datang agar kamu memperoleh kepenuhan hidup.”
Namun apakah anak ini memperoleh kehidupan yang penuh? Suatu kepenuhan
dalam kehampaan? Dalam kebisuannya, anak itu seakan berkata, “Aku butuh
uluran tanganmu.”
Pendeta itu bertanya keras, “Apakah yang
harus aku perbuat?” Peristiwa ini ternyata menjadi awal pertobatan
pendeta tersebut, yang selanjutnya mengabdikan diri untuk hidup bersama
kaum miskin, membantu mereka untuk bangun dan membantu diri sendiri.
Di sekitar kita ada begitu banyak orang yang kurang beruntung. Tentu
itu bukan kehendak mereka untuk hidup dalam kemalangan dan kemiskinan.
Mereka hidup dalam situasi terpaksa.
Ada seorang bupati yang
sangat memiliki perhatian bagi rakyatnya yang menderita. Ia membuat
program-program untuk mengentas kemiskinan di wilayahnya. Dia
menggunakan dana taktis yang biasanya dikucurkan setiap tahun. Jadilah
para tukang becak di wilayah kabupatennya dapat memiliki rumah sederhana
melalui kredit murah. Ia juga memberi beasiswa bagi anak-anak miskin.
Bahkan ia membebaskan biaya sekolah bagi warganya sampai sembilan tahun.
Cita-citanya adalah setiap warga di kabupatennya memiliki hidup yang
lebih baik.
Tentu hal seperti ini sungguh luar biasa. Seorang
pemimpin mesti memiliki kepekaan terhadap sesamanya. Seorang pemimpin
mesti memperhatikan sesamanya yang menderita. Dan caranya adalah dengan
membuat program-program kerja yang dapat mengentaskan masyarakat dari
kemiskinan.
Setiap hari Anda sudah bekerja keras untuk keluarga
Anda. Pertanyaannya, apakah di sela-sela kesibukan Anda, Anda masih
memiliki hati bagi sesama yang kurang beruntung? Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
sumber :http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2010/05/memiliki-kepekaan-terhadap-sesama.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar