Menerima Kekurangan dalam Diri
Seorang
kepala negara berkembang menghadiri konferensi di sebuah negara maju.
Karena merasa terhina oleh kata-kata kepala negara tuan rumah yang
menyindir bahwa negaranya menyumbang pengangguran terbesar di dunia,
kepala negara tamu itu merasa sangat malu. Ia memanggil menteri tenaga
kerja yang dibawanya pada konferensi itu. Ia memintanya untuk mencari
seorang penganggur di kota di mana konferensi itu dilaksanakan.
Ia berkata kepada menteri itu, “Biar saya bisa mempermalukan presiden sok hebat itu.”
Menteri
tenaga kerja itu keluar dan berkeliling kota untuk mencari seorang
penganggur. Malam harinya dia menghadap presiden, “Pak, maaf. Saya belum
menemukan satu penganggur pun di negeri ini.”
Presiden itu marah besar. Lalu ia berkata, “Tolol! Cari lagi sampai dapat!” Wajahnya memerah.
Besoknya,
menteri tenaga kerja itu kembali mencari penganggur, tetapi sia-sia.
Pada hari terakhir konferensi, sang presiden harap-harap cemas. Alangkah
leganya ketika menteri tenaga kerja berkata kepadanya, “Pak, akhirnya
saya menemukan seorang penganggur.”
Dengan wajah berseri-seri, presiden itu berkata, “Cepat bawa ke sini. Biar kutunjukkan kepada presiden tuan rumah yang sok itu.”
Tetapi dengan nada penuh penyesalan, menteri tenaga kerja itu berkata, “Tapi pak, penganggur itu seorang warga negara kita!”
Berani
mengakui kekurangan merupakan salah satu keutamaan dalam hidup
manusia. Dengan mengakui kekurangan, orang ingin memperbaiki hidup.
Orang tidak perlu takut dipermalukan oleh orang lain, karena kekurangan
yang ada pada dirinya. Justru orang mesti bersyukur bahwa masih ada
orang lain yang mampu melihat kekurangan yang pada dirinya. Hal ini
sebagai suatu pemacu semangat yang membantu orang untuk bertumbuh dan
berkembang dalam hidupnya.
Karena itu, dibutuhkan suatu
kesadaran untuk menerima diri apa adanya. Orang tidak perlu memoles
kekurangan yang ada dalam dirinya dengan berbagai hal yang memberi
kesan hebat pada dirinya. Menutupi kekurangan dengan polesan-polesan
hanyalah membuat hidup semakin terjerumus ke dalam kesulitan baru.
Sebagai
orang beriman, kita diajak untuk tampil apa adanya. Orang yang
demikian akan mendapatkan perhatian dari Tuhan dan sesama. Orang yang
tidak menutup-nutupi kekurangan yang ada pada dirinya menunjukkan bahwa
ia seorang yang rendah hati. Ia terbuka untuk suatu kehidupan yang
lebih baik.
Setiap hari ini kita mengalami berbagai hal
yang baik, meskipun kita banyak memiliki kekurangan. Kita bukan manusia
sempurna. Yang sudah sempurna itu sudah tidak hidup di dunia ini lagi.
Karena itu, kita ingin tetap bertumbuh dan berkembang melalui
kekurangan-kekurangan kita. Untuk itu, dibutuhkan suatu penyerahan
hidup kepada Tuhan yang menyenggarakan hidup ini bagi kita. Tuhan
memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
sumber : http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2010/03/menerima-kekurangan-dalam-diri.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar