Rabu, 25 Januari 2012

Berani Menyerahkan Diri

Berani Menyerahkan Diri


Ada seorang anak yang terperosok ke dalam sebuah danau. Ia berjuang mati-matian untuk keluar dari danau itu. Di tepi danau itu berdiri ibunya yang berteriak histeris. Ibunya sendiri tidak bisa membantunya, karena tidak bisa berenang. Ia ketakutan melihat anaknya yang masih berusia lima tahun itu meronta-ronta dari tengah danau itu.

Di samping ibu itu berdiri seorang lelaki kuat yang tampak acuh tak acuh terhadap keselamatan anak itu. Berulang kali ibu itu meminta lelaki itu untuk menyelamatkan anaknya, tetapi dia tetap tidak bergerak sedikit pun. Beberapa saat kemudian perjuangan anak itu mulai berkurang. Tenaganya mulai habis. Akhirnya, ia kehilangan tenaga dan muncul di permukaan air dalam keadaan lemah dan tak berdaya. Pada saat itu, lelaki itu melompat ke dalam kolam itu dan menyelamatkan anak itu.

Ibu itu terheran-heran. Mengapa lelaki itu baru turun di saat anaknya sudah tidak berdaya? Setelah air dikeluarkan dari perut anaknya dan anaknya dapat bernafas kembali, ibu itu mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan lelaki itu.

Namun di dalam hati ibu itu masih tersimpan rasa penasaran. Ia pun bertanya, “Mengapa engkau tidak lebih cepat menyelamatkan anak saya?”

Lelaki itu menjawab, “Nyonya, saya tidak dapat selamatkan anakmu selama dia masih berjuang. Dia akan menenggelamkan kami berdua. Tetapi ketika dia semakin lemah dan berhenti berjuang, maka mudah bagi saya untuk menyelamatkannya.”

Ibu itu mengangguk-angguk, meski ia tidak dapat mengerti maksud lelaki itu. “Apa artinya berhenti berjuang baru bisa diselamatkan?” tanya ibu itu dalam hatinya.

Ketika orang masih bisa berjuang, ia tidak dapat menyerahkan hidupnya, nasibnya ke tangan orang lain. Perjuangan untuk mencapai sesuatu sering juga menyingkirkan orang lain. Atau suatu perjuangan untuk menggapai sesuatu dalam hidup dapat juga menjerumuskan sesama. Orang yang mau berjuang sendiri juga tidak akan menghasilkan banyak hal.

Karena itu, orang mesti berani menyerahkan hidup kepada sesama untuk dibantu agar dapat meraih kesuksesan dalam hidup. Orang yang ingin dibantu mesti percaya kepada orang yang dimintai bantuan itu. Kepercayaan itu penting artinya bagi yang membantu, karena ia akan membantu dengan segenap hati.

Bagi orang-orang beriman, penyerahan diri kepada Tuhan secara total menjadi suatu tuntutan yang mesti dijalani. Orang beriman mesti berani mempercayakan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Mengapa? Karena Tuhan itu segalanya bagi orang beriman. Tuhan mampu menyelamatkan orang dari kemalangan hidupnya. Hanya Tuhan yang dapat memberi petunjuk yang jelas kepada manusia.

Sadar atau tidak, hari ini kita sudah berusaha untuk menyerahkan hidup kita kepada Tuhan. Kita merasa diri sebagai orang-orang yang tidak berdaya. Kita adalah makhluk yang terbatas. Karena itu, kita meminta bantuan dari Tuhan. Kita yakin, hanya Tuhan yang mampu memberi kita pertolongan.

Karena itu, mari kita serahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan, Sang Penolong sejati kita. Jangan tergoda oleh berbagai tawaran dunia yang menggiurkan yang sering membuat kita tidak berdaya. Kalau kita mau Tuhan membantu perjalanan hidup kita, kita mesti pasrah secara total kepadaNya. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

sumber : http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2010/05/berani-menyerahkan-diri.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar